ANOTHER SOUL
Cast:
-
Cho Kyuhyun (SJ)
-
Mihaeru Keehl
(DN—you know who’s Mello or Mihael Keehl)
-
Etc
Genre:
Mystery, Thriller and a bit Supernatural
Rate:
For 16+ (Tidak dianjurkan untuk di
bawah 16 tahun)
Disclaimer:
The plot is MINE, well, please don’t
copy and paste without my permission. Characters belong to themselves, their
parents, and whatever
Warning:
Probably rush, typo(s)—Uh, I’m sorry for that,
and OOC. AU. I’ve warned you.
(AN: Enjoy
read my story with clasp a some cup of tea, milk, or coffee in your hand—because
the words are 4.977 ^.^)
[] Chapter 3 of 3
[]
***
Sosoknya Yang Lain: 18
Januari 2010
Sesosok laki-laki tengah berlari-lari di koridor panti
asuhan. Sepasang mata obsidiannya mencari-cari. Dan akhirnya sosok yang
dicarinya ia temukan.
…Mihaeru.
Kyuhyun terdiam beberapa saat. Ia takut matanya
mengelabuinya. Ia takut apa yang dilihatnya merupakan ilusi semata. Gadis
berambut pirang sebahu itu… tengah terlelap dengan kepala yang bersadar pada
samping ranjang tempat Linda terbaring koma. Ketika melihat Mihaeru seperti
itu, ia seperti gadis remaja yang lugu—berbanding terbalik ketika ia terbangun.
“Apa yang kaulakukan di sini, Keehls?” tanya Kyuhyun
lembut seraya menyentuh bahu Mihaeru. Gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya.
“Apa yang aku lakukan di sini?” ia balik bertanya.
“Apa maksudmu? Kau sudah di sini sejak aku masuk ke
ruangan Linda.”
Sepasang mata aquamarine itu mengerjap-ngerjap kembali.
“Oh, aku sedang menjenguknya. Kupikir—meskipun aku tak mengenalnya—aku pernah
melakukan kesalahan padanya. Jadi, entah malaikat mana yang menyuruhku datang
ke tempat ini.”
Kyuhyun tersenyum manis. Ia senang mendengar penuturan
Mihaeru, itulah sosok asli yang selama ini disembunyikannya. Entah apa
alasannya, Mihaeru kerap kali menjadi gadis sadis menyebalkan yang ditakuti
banyak anak panti asuhan.
Sebenarnya ia baik, terbukti saat kemarin ia meminta maaf
pada Kyuhyun sambil memberinya sebatang cokelat. Awalnya Kyuhyun terkejut,
tentu saja. Seorang maniak cokelat memberikan cokelatnya? Sungguh aneh, bahkan
Kyuhyun tak pernah terpikir sampai ke situ.
“Aku mencarimu sendari tadi. Roger membawa banyak cokelat
kali ini, dan ia memintaku untuk memanggilmu. Kurasa itu cokelat istimewa
karena sudah dua minggu lebih kau tidak membuatnya kepayahan.”
Dua manusia itu tertawa. “Kau benar, aku sedikit kasihan
padanya. Dia sudah tua tapi aku selalu membuatnya susah. Mungkin sudah saatnya
aku menjadi anak baik.”
Kyuhyun berhenti tertawa. Dari pandangan matanya, tampak
sebuah keterkejutan. Ia takut telinganya salah mendengar. Tapi, apa yang ia
lihat di wajah Mihaeru merupakan penegasan tentang pembenaran kata-katanya. Mihaeru
tampak tersenyum… sangat tulus.
Itu terlihat seperti… bukan dia yang dulu.
***
The Truth: 23
Januari 2010
Cokelat batangan berserakan di atas ranjang. Pemiliknya
sibuk memainkan kalung rosario-nya. Ia berbaring dengan kepala yang bertumpu pada
sebelah tangannya. Sesekali dipandangnya langit-langit kamar. Gadis itu
menghela napas bosan.
Kyuhyun yang sibuk dengan permainan dalam komputernya
menoleh ke arah Mihaeru.
“Ada apa denganmu, Keehls? Kau bahkan tidak makan cokelat
sejak tadi.”
Pandangan manik aquamarine itu kini terarah pada Kyuhyun.
“Aku bosan. Kalau kau mau, ambil saja semua cokelatnya,” jawabnya lempeng. Lalu
mata indah itu kembali terarah pada kalungnya yang jauh lebih indah.
“Aku sudah tahu rasanya sejak waktu itu kau memberiku dua
batang cokelat. Kau tahu? Aku baru sadar ternyata cokelat itu menipu. Awalnya
sangat manis tapi setelahnya lidahku terasa sangat pahit. Dan untuk tawaranmu
atas cokelat-cokelat tak berdosa itu, aku menolaknya.”
Mihaeru tak menjawab. Kyuhyun berpikir sejenak sebelum
akhirnya ia memutuskan untuk mengakhiri permainannya.
“Aku ingin bertanya padamu, Keehls,” ujar Kyuhyun seraya
membaringkan dirinya di samping gadis blonde
itu.
“Tanyakan saja.”
Kyuhyun menghela napas. Ia terlihat gugup. “Menurutmu…
aku ini bagaimana?”
Mihaeru menoleh sekilas, lalu matanya kembali terfokus
pada kalung yang sedang ia mainkan. “Kau? Kau itu… kekanakan. Harus aku akui,
kau memang tampan. Dan… kau juga sangat cerdas.”
Kyuhyun merasa persendiannya lumpuh. Ia bersikap biasa
meski ia tahu lambat-laun gadis itu pasti menyadarinya. Tanpa perlu menunggu
lama, keringat mulai bermunculan di setiap organ ekskresinya.
“Kau kenapa, Kyuhyun?”
“A-aku? Aku tak apa. Sepertinya aku harus pergi menemui
Halle.” Setelah mengatakan itu, Cho Kyuhyun segera melesat meninggalkan
kamarnya.
***
BRAKK!!!
Sesosok manusia yang sekilas seperti makhluk halus karena
penampilannya yang serba putih sama sekali tak merasa terganggu dengan
kedatangan laki-laki berambut ikal. Nate melanjutkan menyusun menara dari
kartu—yang roboh karena efek getaran dari pintu yang dibuka paksa oleh
Kyuhyun—dari awal dengan tenang.
“Dia bukan Mihaeru!” ujar Kyuhyun dengan napas memburu
setelah berlari cepat ke ruangan Nate.
“Sudah lama sekali… kenapa kau baru menyadarinya?” kata
Nate santai. Sepasang mata obsidian itu membola. Jadi, selama ini Nate sudah
tahu?
“B-bagaimana bisa…?”
“Harusnya kau sudah sadar sejak menguping percakapanku
dengan Mihaeru-san. Ia mengatakan bahwa dia tak secerdas diriku, itu sama
sekali bukan seorang Mihaeru Keehl. Kau tahu selama ini ia selalu ingin
menggeser posisiku sebagai nomor satu.” Nate bertutur tanpa mengalihkan
pandangannya dari menara kartu yang sedang disusunnya.
“Dia juga berkata aku sangat cerdas. Mihaeru yang asli
takkan pernah mengatakan itu sekalipun aku mengancamnya. Ia selalu berpendapat
tentangku bahwa aku itu sangat bodoh—mengingat aku lebih mencintai konsol game-ku daripada apapun juga.”
“Hmm…”
“Pantas saja dia lebih sering memanggilku ‘Kyuhyun’,
Mihaeru yang sebenarnya selalu memanggilku ‘Cho’ karena dia beranggapan namaku
terlalu sulit diucapkan oleh lidahnya.” Entah kenapa Kyuhyun merasa bodoh
karena baru menyadari sekarang.
“Jadi, setelah kau mengetahui semuanya, apa yang akan
kaulakukan?”
“Apa? Apa maksudmu, Nate? Aku kemari karena ingin meminta
pendapatmu soal itu. Kenapa kau bertanya balik padaku?”
Laki-laki berambut putih yang melawan gravitasi itu
terdiam beberapa detik. “Kau tahu, aku tak pernah salah mengambil tindakan
dalam mengisi soal yang sulit. Tapi… Mihaeru-san dan jiwa lain yang ada dalam
dirinya bukan merupakan soal yang sulit. Dua hal itu sangat berbeda. Dilihat
dari mana pun, aku tak memiliki kemampuan untuk memanggil kembali jiwa
Mihaeru-san yang asli.”
Kyuhyun terduduk lemas. “Bagaimana ini? Aku tak tahu
harus berbuat apa untuk memanggil jiwa asli Mihaeru. Apa yang harus aku
lakukan? Tuhan… bagaimana bisa hal absurd seperti ini terjadi?”
Nate tak acuh mendengar keluhan Kyuhyun. Dengan santai,
ia terus menyusun kartu-kartunya menjadi sebuah menara.
“Kau harus tahu satu hal, Kyuhyun. Jiwa lain dalam diri
Mihaeru-san dapat mengusasai apa yang ada dalam pikiran Mihaeru-san. Dia mengetahui apa yang tubuhnya ia kendalikan. Ia tahu segala hal yang diketahui Mihaeru-san. Dan selama ini ia menjadi sosok Mihaeru-san yang palsu
dengan sukses. Bahkan teman satu kamarnya sendiri baru menyadarinya sekarang.”
“Sialan… sebenarnya kenapa dia bisa masuk ke dalam tubuh
Mihaeru?”
“Aku tidak tahu. Mungkin kau memiliki petunjuk lain.”
Kyuhyun berpikir keras. Tak perlu waktu lama, ia pun
menemukan jawabannya. “Lukisan dan kalung rosario itu!” ia memekik keras.
***
Speculation: 25
Januari 2010
Setelah bergulat dengan berbagai macam kemungkinan,
akhirnya Cho Kyuhyun mendapat kesimpulan.
Jiwa lain yang ada dalam tubuh Mihaeru tak lain dan tak
bukan adalah Dmitri Jeevas. Entah bagaimana bisa Linda tahu soal itu dan
menuntunnya bersama Mihaeru menuju lukisan tersebut. Atau bahkan mungkin… Linda
juga memiliki jiwa lain dalam tubuhnya, setidaknya pernah. Dan hal itulah yang membuatnya mampu memengaruhi Kyuhyun
untuk datang ke Museum Gasttrax.
Yang selama ini membuat Linda koma adalah, karena jiwa
lain tersebut berpindah tempat ke tubuh Mihaeru. Jiwa asli Linda Brown entah
sedang di mana, mungkin tersesat di suatu tempat yang tak memiliki ujung.
Rasanya cukup masuk akal.
Dan alasan di balik ‘jiwa lain’ tersebut tak lain adalah
kalung rosario yang selama ini dipakai Mihaeru. Dmitri pasti mengira bahwa
Mihaeru adalah Joannette—istrinya yang menghilang. Atau setidaknya, Dmitri
pasti mengira kalau Mihaeru mengetahui keberadaan istrinya mengingat kalung Joannette
yang dipakainya.
Terlalu banyak kemungkinan yang bermunculan ke permukaan.
Satu-satunya untuk memastikan kebenaran itu hanya bertanya langsung pada jiwa
lain itu. Tapi… tentu saja tidak mungkin.
Kyuhyun menghela napas. Ia sudah mendapatkan kesimpulan
bagaimana cara untuk memanggil jiwa asli Mihaeru. Yaitu dengan menunjukkan apa
yang selama ini diinginkan gadis blonde
itu. Yang paling diinginkannya adalah… bertemu dengan ibunya. Mustahil. Mana
mungkin Kyuhyun harus pergi ke dunia bawah dan membawa ibu Mihaeru ke dunia,
lagipula, entah benar atau tidak dunia bawah itu ada. Itu hanya cerita dari
mulut ke mulut.
Laki-laki itu mengacak rambutnya frustasi. Ia benci
ketika ia harus merasa kebingungan. Ia meringkuk di balik selimut tebal yang
membungkus tubuhnya.
“Aku merindukanmu, Keehls,” gumamnya.
Dan sebuah ide bodoh muncul di kepalanya. Mau tidak mau
ia harus—dengan terpaksa—memercayai apa yang dikatakan Halle Lidner. Mihaeru
menyukainya. Yang perlu ia lakukan adalah mengungkapkan perasaannya pada gadis blonde tersebut, mungkin saja itu
merupakan salah satu hal yang paling diinginkan Mihaeru—walau kemungkinannya
tak lebih dari sepuluh persen.
***
The Tragedy: 26
Januari 2010
Cho Kyuhyun menggigit jari kukunya yang tak seberapa
panjang. Entah kenapa ia merasa gelisah. Ia merutuki dirinya sendiri yang lebih
terlihat seperti seorang laki-laki yang sedang dimabuk asrama—meski
kenyataannya tidak seperti itu.
Laki-laki pemilik rambut ikal itu tak bisa berhenti
mondar-mandir. Ia tengah menyibukkan diri dengan menenggelamkan otaknya bersama
ribuan pernyataan yang memungkinkan untuk mengungkapkan perasaan. Ya,
perasaannya pada sosok Mihaeru palsu demi memanggil jiwa Mihaeru yang
sebenarnya.
Kyuhyun tidak—belum—memikirkan opsi lain kalau misinya
kali ini gagal. Apabila dipikir secara gamblang, seorang Mihaeru Keehl bukan
gadis remaja yang akan sudi mengemis cinta. Dia tipe tak acuh cenderung
berkepribadian dingin. Tak bisa dibayangkan jika Mihaeru menangis meraung-raung
karena ditolak pria. Ia sungguh
bukan pemuja cinta.
Tapi… apa boleh buat?
Bukankah sudah dua kali Halle Lidner mengatakan bahwa
Mihaeru menyukai Kyuhyun? Meskipun hal itu tidak bisa dijelaskan secara teori
bahkan dengan otak jeniusnya sendiri.
Mihaeru keluar dari ruangan setelah ia selesai berganti
pakaian. Untuk penampilan, gadis itu selalu terkesan kelam. Nyaris seluruh
aksesorinya berwarna hitam, dimulai dari pakaian kulit ketat lengan buntung
hitam yang mengilap, celana jeans—yang tak kalah ketat— warna hitam, juga
sepasang sepatu boots selutut. Sementara kedua telinganya berhiaskan anting
hitam, dan lehernya yang tentu saja dihiasi kalung rosario kebanggaannya. Penampilan
sangat ‘lelaki’ yang melekat pada perempuan asli.
Jangan tertipu oleh
penampilannya, idiot! Dia itu bukan Mihaeru yang sebenarnya! Kyuhyun
membatin kala ia terpaku pada penampilan Mihaeru.
“Kau sudah selesai berganti pakaian, Keehls?” pertanyaan
bodoh penuh basa-basi.
Gadis blonde
itu mengangguk. “Ya.”
Mihaeru yang sebenarnya takkan menjawab pertanyaan bodoh
yang dilontarkan Kyuhyun. Ia pasti akan mengabaikannya dengan tidak
menjawabnya. Kalau tidak, setidaknya gadis tersebut pasti akan memaki dirinya
seperti; di mana kau simpan bola matamu, tolol?, atau; apa kau bermutasi
menjadi orang idiot dengan pertanyaanmu yang tak kalah idiot?
Meski getir, Kyuhyun tetap merindukan Mihaeru Keehl yang
sebenarnya. Mihaeru yang galak, suka menuntut, menyebalkan, tak memiliki
batasan dalam berucap, dan keras kepala. Satu-satunya sosok gadis yang paling
disegani—atau ditakuti? —oleh anak-anak panti asuhan. Namun, meski begitu,
Mihaeru adalah gadis yang bangga memperkenalkan Kyuhyun sebagai temannya. Teman…
ya, hanya sebatas teman.
Teman dalam artian yang sesungguhnya. Hanya Kyuhyun yang
tidak diganggu ketika Mihaeru sibuk ‘bermain’ dengan anak-anak panti,
bermain-main bersama mereka dengan mengempeskan bola yang sedang dimainkan
kedua kesebelasan anggota football,
bermain-main dengan menghancurkan menara kartu yang dibuat Nate selama
berhari-hari, serta menumpahkan cat pada lukisan wajah Kyuhyun yang dilukis
Linda, dan tentu saja, masih banyak lagi.
Hanya Kyuhyun yang tidak diajak ‘bermain’—walaupun pernah
suatu hari Mihaeru melubangi konsol game-nya
dengan menembakkan pistol baru miliknya dengan alasan mencoba kehebatan pistol
tersebut. Selebihnya tidak. Karena Kyuhyun adalah… satu-satunya teman.
“Sejak kemarin kau bersikap aneh, Kyuhyun.” Mihaeru
berkata tanpa memandang wajah Kyuhyun. Ia sibuk memasukkan Walther P99 ke dalam
wadah pistol yang disangkut di sabuknya.
Nah, Mihaeru yang
asli takkan memanggilku Kyuhyun. Laki-laki itu membatin.
“Aku aneh? Benarkah?”
“Ya.”
Cho Kyuhyun merapat mendekati gadis blonde tersebut, ia mengerling nakal. Kalau Mihaeru yang sebenarnya,
sudah dapat dipastikan Kyuhyun akan mendapat berhujam tinjuan ketika melakukan
itu. “Ada yang ingin kutanyakan padamu.”
Mihaeru mengernyit. “Tanyakan saja.”
“Kenapa kau memanggilku Kyuhyun?”
Dan gadis bermanik aquamarine nan indah itu tertawa
lantang, sangat lantang. Bulu kuduk di bawah leher Kyuhyun meremang kala mendengarnya.
Itu benar-benar bukan tawa milik Mihaeru. Bukan. Sama sekali. “Apa yang
sebenarnya sedang kaupikirkan? Jawabannya sederhana, tentu saja karena namamu
adalah Cho Kyuhyun.”
Dengan akting yang tak lebih baik dari figuran, laki-laki
bermata obsidian itu ikut tertawa. Sangat terlihat dipaksakan. “Kau benar. Aku
sungguh bodoh. Kupikir kau masih sulit mengucapkan nama Kyuhyun dengan fasih,”
ujarnya sedikit menyinggung jiwa lain dalam tubuh Mihaeru.
Gadis dengan pakaian serba hitam tersebut menghentikan
tawanya. Kyuhyun dapat menangkap kegugupan dalam pancaran mata aquamarine itu.
Terbukti, ia langsung mengalihkan pandangannya pada segerombolan anak-anak yang
sibuk memperebutkan satu bola di lapangan tak jauh dari tempatnya berdiri.
“Keehls…” Kyuhyun melirih tepat di telinga Mihaeru. Gadis
itu tersentak kaget karena posisi teman satu kamarnya yang terlalu dekat.
Dengan susah payah, laki-laki tersebut menahan degupan keras pada jantungnya.
Ia tidak boleh ketakutan ataupun gugup, tidak boleh.
“…”
Tangan kanan Kyuhyun meraih pinggang ramping Mihaeru,
sedikit gemetar sebenarnya. Laki-laki itu menutup matanya sebelum melakukan
sesuatu yang paling inti dalam rencananya. Ia menelan ludah dengan sulit, dan
ia kembali membuka mata obsidian miliknya. Lidahnya terjulur dan menjilati
cuping Mihaeru.
Gadis tersebut sama sekali tidak bereaksi. Meski terlalu
banyak ‘jika Mihaeru yang sebenarnya’ tapi, harus diakui bahwa memang jika
Mihaeru yang sebenarnya, setelah Kyuhyun melakukan hal menjijikkan itu, sudah
dapat dipastikan Kyuhyun akan menjadi bulan-bulanan gadis tersebut—tak peduli
status ‘teman’ yang ia tempelkan padanya.
“Keehls… aku tidak tahan… aku sungguh menyukaimu… dan…”
ia menghentikan ucapannya, lagi-lagi air liurnya sulit untuk ditelan. Lalu Kyuhyun
pun melanjutkan kalimatnya, “Dan… dan tentu saja aku… menginginkanmu.”
Sebuah tinju melayang begitu saja.
“APA YANG KAULAKUKAN PADAKU, IDIOT?!!” teriak Mihaeru
lantang. Kyuhyun yang tersungkur karena tinju yang dialamatkan Mihaeru padanya
hanya membulatkan mata. Tak mungkin… apakah semudah ini? Laki-laki itu
tersenyum lebar. Mihaeru telah kembali.
“Keehls, kau sudah kembali?”
Tiba-tiba tubuh Mihaeru menegang. Kedua lengannya
memegang tempurung kepalanya. Dan ia berteriak. Semuanya berubah seketika.
Tatapan itu… tatapan aquamarine itu terlihat kesal. Ia menurunkan dua tangannya
dari kepalanya.
“B*stard! Jadi, kau sudah tahu?!”
Jiwa lain telah kembali. Lagi.
Kyuhyun terengah. Ia tak pernah memprediksi hal ini akan
terjadi. Dengan seringaian yang tampak dipaksakan, ia menjawab dengan suara
lantang. “YA! Aku sudah tahu dirimu! Menjauhlah dari tubuh Mihaeru milikku!”
“Cih, bocah ingusan! Tidak, sebelum kau benar-benar
lenyap di hadapanku.” Mihaeru menarik satu ujung bibirnya ke atas membentuk
sebuah seringai. Sementara itu laki-laki di hadapannya mundur teratur dengan
wajah ketakutan. Ia tidak takut dengan seringaian gadis berambut pirang alami
sebahu tersebut, yang ia takuti adalah alat yang dipegang sang gadis.
Handgun Walther
P99. Pistol tangan yang tepat di arahkan ke organ vital Kyuhyun—jantung.
“Hentikan… Keehls.” sang laki-laki yang terpojok melirih.
Seringaian di bibir tipisnya semakin melebar kala manik aquamarine
miliknya menangkap sosok itu yang sedang dilanda ketakutan maha dahsyat. Sang
gadis pirang menekan pelatuknya, hanya tinggal dilepas, maka semuanya akan
berakhir.
“Farewell,
Cho,” ujarnya dingin. Mata obsidian Kyuhyun masih dapat melihat tangan Mihaeru
yang sedang memegang pistol sedikit bergetar. Dan telinganya tidak tuli untuk
mendengar panggilan gadis itu padanya. Cho.
Mungkinkah…?
Pelatuk dilepas dan suara peluru yang ditembakkan pun
terdengar. Begitu memekakkan telinga.
DOR!!!
Kyuhyun terjatuh. Mihaeru ikut terjatuh. Dua anak manusia
itu sama-sama kehilangan kesadaran. Sebelum sempat kehilangan seluruh
kesadarannya, Kyuhyun mendengar samar-samar orang-orang berteriak dan
mengerumini dirinya. Ia merasakan teramat sakit pada dadanya. Peluru penembus
itu… Setelah itu semuanya gelap. Sangat gelap.
***
Koma; Antara Hidup dan Mati: 3 Februari 2010
Banyak hal yang terjadi selama satu minggu terakhir.
Diawali dengan tragedi penembakkan yang dialamatkan Mihaeru kepada Kyuhyun yang
membuat laki-laki itu terbaring koma, keanehan tentang fakta bahwa setelah
menembakkan peluru penembus, Mihaeru ikut pingsan kemudian koma. dilanjut dengan
Linda Brown yang mendapat keajaiban terbangun lalu berangsur pulih dari keadaan
antara hidup dan matinya.
“Aku tidak ingat apapun,” ujar Linda saat diberondongi
dengan segudang pertanyaan dari Roger. “Hal terakhir yang kuingat adalah ketika
aku berada di Museum Gasttrax bersama Halle, aku melihat sebuah lukisan pria
gagah dengan kalung rosario yang melingkari lehernya, dan kalung itu sangat
mirip dengan kalung milik Mihaeru.”
Sementara kakek tua itu berpikir, Nate ikut mengambil
bagian memberi pertanyaan. “Jujur saja, Linda, aku tidak pernah mendengar nama
Museum Gasttrax yang berada di Winchester. Tak banyak Museum di kota ini, hanya
The Gurkha Museum yang kutahu. Apakah kau tahu letak secara detail di mana
museum itu?”
Linda termenung. Tak ada apapun yang terlintas dalam
kepalanya tentang di mana letak museum tersebut. “Aku… maaf, aku tidak ingat.”
“Baiklah, apa yang terakhir kali kaulakukan ketika berada
dalam museum?” Nate bertanya lagi.
“Sudah kubilang, aku melihat lukisan.”
Laki-laki berambut putih melawan gravitasi itu berpikir
sama keras dengan Roger. Ia lalu menjentikkan jarinya. “Nah, apa kau ingat
kalimat yang terakhir kali kau ucapkan?”
Linda melempar isi memori kepalanya menuju ke masa
sebelum ia tidak mengingat apapun. Rasanya sulit, terlalu banyak kalimat yang
ia ucapkan. Lama ia berpikir, sampai akhirnya ia menjawab dengan mantap.
“Aku berkata pada Halle, betapa miripnya kalung rosario
yang dipakai pria gagah dalam lukisan itu dengan kalung rosario milik Mihaeru.”
Dan Nate tersenyum puas. Ia sudah mendapatkan kesimpulan.
***
“Sebenarnya, apa yang terjadi selama aku tak sadarkan diri?”
Halle Lidner melirik sekilas ke arah sahabatnya.
“Banyak—terlalu banyak.” Ia kembali memfokuskan pandangannya menuju jendela
kaca yang menghubungkannya dengan ruangan di mana Cho Kyuhyun sedang berjuang
melawan rasa sakit akibat peluru penembus di dadanya.
Mereka berdua—Mihaeru dan Kyuhyun—tidak dilarikan ke
rumah sakit, karena panti asuhan ini pun dapat dirubah menjadi ruangan yang tak
berbeda jauh dengan rumah sakit. Semua peralatan lengkap, termasuk alat deteksi
jantung. Dokter maupun perawat sudah tersedia di sana sebagai antisipasi
anak-anak panti yang sakit. Tak heran, Schrodinger’s House menjadi panti asuhan
paling bergengsi di Inggris.
Linda menatap sedih sosok yang tengah terbaring dengan
berbagai macam alat medis menempeli tubuhnya. Bagaimana pun juga, ia termasuk
orang yang mengakibatkan laki-laki itu koma—meski tidak secara langsung.
“Kenapa si anak mafia sialan itu selalu saja membuat
masalah?! Saat Mihaeru sadar, seharusnya dia dilaporkan ke pihak kepolisian
dengan tuduhan pembunuhan. Biar saja dia mendekam di balik jeruji yang dingin,
mati beku di sana pun tak masalah.” Halle mencetus tajam.
Gadis berkepang itu menunduk. “Halle, sebenarnya akulah yang
paling banyak membuat masalah ini. Aku… aku yakin kalau tragedi penembakkan
yang kauceritakan itu bukan Mihaeru lah yang menembak Kyuhyun. Kau tahu kalau
mereka berdua adalah… teman.”
Dada Halle mencelos. “Kau tak seharusnya mengatakan itu,
Linda. Kau pun tahu aku benar-benar membenci Mihaeru, jadi, anggap saja
kata-kataku hanya umpatan semata. Seburuk apapun akibat dari masalah yang
diciptakan Mihaeru, aku yakin Roger takkan pernah mau membuangnya dari panti
asuhan ini.”
“Kau tahu sesuatu hal tentang mereka?”
Halle mengangguk. “Sekalipun Roger kewalahan dengan sikap
Mihaeru, tapi, sebenarnya gadis itulah yang paling ia anak-emaskan—bukan Nate.
Aku terlalu sering melihat Roger tersenyum setelah membereskan ‘permainan’
Mihaeru, ia seolah merasa senang kala si anak mafia menyebalkan itu membuat
masalah di panti asuhan.”
“Kenapa kau berpikir demikian?”
“Sederhana saja, Roger merasa senang karena akhirnya
Mihaeru lebih terlihat hidup sebagai gadis runner-up
sekaligus pembuat masalah. Bonusnya adalah; membebaskan Cho Kyuhyun dari
kungkungan masalalu.”
Linda tersenyum getir. “Mungkin kau benar. Kyuhyun dan
Mihaeru sangat cocok sebagai pasangan apapun, entah itu pasangan dalam membuat
masalah, atau bahkan… pasangan kekasih.”
“Aku benci mengatakan ini, tapi… perkataanmu ada
benarnya.”
***
Jari-jemari itu bergerak-gerak. Wajahnya mulai
menampakkan bahwa tak akan lama lagi, ia akan terbangun dari keadaan koma.
Perawat yang melihat itu langsung berlari menuju ruangan tempat dokter berada.
Sebelum sang dokter dan perawat datang, kelopak matanya
sudah terbuka. Ia mengerjap-ngerjapkan mata demi menyesuaikan dengan
pencahayaan ruangan. Ia mendudukkan dirinya dengan susah payah. Manik obsidian
miliknya memandang ke arah pergelangan tangan kirinya sendiri, sebuah selang
infus menancap di sana.
Ia melihat sekeliling. Sepi. Ia merasa kesepian.
Angin malam berhembus membelai tubuhnya yang terbalut
pakaian khas rumah sakit, namun ia yakin ia tidak sedang berada di rumah sakit.
Disentuhlah dada kirinya, ada rasa ngilu, akan tetapi ia mengabaikannya.
Tangannya menggempal kuat. “Apa yang terjadi setelah
peluru penembus itu kau tembakkan padaku, brengsek?!”
Dan dokter bersama perawat pun datang.
***
Melodramatic: 6
Februari 2010
Kyuhyun sudah memecahkan teka-teki itu. Namun sialnya, ia
tak tahu bagaimana caranya agar bisa keluar dari sana. Semua hal yang terjadi
berhubungan erat dengan suatu hal yang mustahil. Jiwa tidak tenang yang entah
berapa tahun mendekam dalam sebuah lukisan. Ia tidak mengerti.
Yang paling membuatnya tak mengerti adalah… kenapa ia
sudah sadar dari koma sementara Mihaeru masih tak mau membuka mata? Apakah
gadis blonde itu mengalami hal serupa
dengan Linda Brown?
Laki-laki tersebut yakin, ketika Mihaeru menembak
dirinya, ada dua jiwa yang sedang berkemelut di dalam tubuh itu. Dan jiwa
Mihaeru yang sebenarnya berhasil menggeser sedikit arah peluru penembus itu.
Sebagai ganti dari tembakan peluru yang meleset, Kyuhyun pun terkena peluru di
antara ruang kosong di atas jantungnya. Sakit memang, tapi tak lebih sakit
daripada harus mati di tempat kejadian.
Pandangan mata obsidian itu terarah pada sosok gadis
berambut pirang sebahu yang tengah terbaring tak berdaya. Alat deteksi jantung
terlihat konstan. Lengan kanannya terjulur demi menyibakkan rambut Mihaeru yang
sedikit menghalangi pandangannya pada wajah tenang itu. Matanya merekam setiap
inci wajah Mihaeru. Indah.
“Kapan kau akan bangun, Keehls?” ia melirih.
Diusapnya pipi putih gadis tersebut dengan menggunakan
jempol tangannya.
“Aku merindukanmu. Seharusnya kita bermain-main lagi. Aku
akan sangat senang melihatmu terbangun dan membuat kekacauan di panti asuhan…
aku sungguh merindukanmu. Aku ingin kau membentakku ketika aku bertingkah
layaknya orang idiot. Kau tahu? Aku selalu ingin menjadi bodoh agar kau tak
berhenti memberi perhatian padaku—meski dengan cara memaki.”
Kyuhyun tertawa hambar. “Kau jangan mati sekarang,
Keehls. Setidaknya belum sebelum kau benar-benar mengalahkan si albino Nate.
Kau akan menyesal jika kau benar-benar mati sekarang tanpa merebut singgasana
Nate sebagai nomor satu.”
Ia terus berbicara sendiri, seolah ia yakin Mihaeru
tersenyum sambil mendengarnya. meski nyatanya gadis itu sama sekali tak
bergeming. “Ah, kau pasti sangat menyukai cokelat Godiva, ‘kan? Aku berjanji,
apabila kau terbangun, aku akan memakai seluruh tabunganku untuk membeli
cokelat Godiva kesukaanmu.”
Jari telunjuk Kyuhyun terarah pada selang oksigen yang
menutupi mulut Mihaeru. Ia membuat gerakan zig-zag di sana, entah apa
maksudnya. Dan ia pun melepaskan selang oksigen itu.
“Kau harus terbangun dan marah-marah ketika aku selesai
melakukan ini,” gumamnya sebelum ia memegang pipi Mihaeru di kedua sisi. Ia
membungkukkan tubuhnya. Hembusan napas Mihaeru terasa hangat. Hidung mereka
bersentuhan, tak lama lalu kedua bibir itu betemu. Kyuhyun membuka mulutnya dan
mengulum bibir tipis teman satu kamarnya. Ia ingin melakukan lebih. Namun apa
daya…
Bahunya terlanjur berguncang. Ia melepas ciumannya dan menangis
sejadinya. Kyuhyun tidak menyadari sosok yang sendari tadi memperhatikannya di
pojok ruangan tanpa pencahayaan—di antara kegelapan ruangan di tengah malam.
***
Unhappy Ending: 7
Februari 2010
Tuhan mengabulkan permintaan Kyuhyun. Akhirnya satu hari
setelah ia mencium Mihaeru, gadis itu sadar dari koma. Dan hal serupa terjadi
padanya. Ia tidak mengingat apapun selain lukisan Dmitri Jeevas di Museum
Gasttrax. Serta beberapa kejadian acak—yang dianggapnya mimpi.
Seluruh penghuni panti asuhan dengan bijak tidak
mengatakan yang sebenarnya. Termasuk kejadian penembakan.
“Aku yakin saat itu aku mendengar suara teriakkan, aku
juga yakin melihatmu ketakutan ketika seseorang menodongkan pistol, dan aku
yakin itu bukan mimpi.” Mihaeru mencerocos heboh. Kyuhyun yang mendengar itu
hanya tersenyum.
“Tak pernah ada yang terjadi. Kau hanya tidur terlalu
panjang,” ujar laki-laki itu menanggapi ucapan Mihaeru. Roger sepakat untuk
mengatakan bahwa gadis berambut pirang tersebut tidak sadarkan diri sejak tanggal
25 Desember tepat di hari natal. Mengingat Mihaeru adalah gadis yang nekat,
Roger tak mau ambil resiko kalau-kalau gadis itu kembali datang ke Museum Gasttrax
demi memperjelas semuanya.
“Tapi bagaimana bisa aku tak sadarkan diri selama itu?”
“Aku yang seharusnya bertanya hal itu padamu. Sukses
sekali kau membuat seluruh penghuni panti asuhan khawatir—terlebih aku.” Kali
ini akting Kyuhyun cukup baik daripada seorang figuran.
Kyuhyun membiarkan Mihaeru tenggelam bersama kebingungan,
hanya untuk kali ini, sebab ia yakin cepat atau lambat gadis itu pasti akan
melupakan semuanya. Dia bukan tipe gadis yang akan mencari-cari tahu sesuatu
hal yang dianggapnya tidak penting. Karena sepertinya, kali ini Mihaeru
menganggap kejadian selama satu bulan tanpa dirinya merupakan kejadian yang
tidak penting.
Sementara teman satu kamarnya berkemelut dengan berbagai
macam kemungkinan, Kyuhyun justru kembali terngiang kata-kata seseorang di
balik kegelapan kemarin malam, ketika ia menangis dalam ruangan tempat Mihaeru
terbaring koma…
‘Aku tidak mengerti. Manusia lemah, tapi
saat mereka lemah, selalu ada orang yang menjadi penguat. Ketika seseorang
lemah, ada orang kuat di baliknya; melindunginya. Dan ketika orang kuat itu
melemah, ada seseorang lemah yang ia lindungi itu sebagai sumber kekuatannya.
Semacam simbiosis mutualisme secara mendalam.’
‘Aku
bukan sosok yang mendramatisir setiap kejadian bersama Joannette. Tetapi,
ketika aku kehilangannya, aku menumpahkan seluruh kesedihanku dan mendramatisir
kejadian sepanjang hidupku. Aku kuat, semua orang tahu itu. Tapi mereka tidak
tahu, di balik sosok kuatku ada perempuan lemah di baliknya; sebagai sumber
kekuatanku. Dan ketika perempuan itu menghilang, aku yang kuat pun perlahan
melemah.’
‘Kau
lemah. Dan mungkin kau hanya akan
menjadi seonggok manusia hidup tanpa melodi kehidupan yang mengalun dalam
jiwamu apabila aku mengambil Mihaeru bersamaku. Gadis itu kuat sebagai pelindungmu,
aku menyukainya dan ingin kubawa ke duniaku. Bagiku ia merupakan sosok
manifetasi diriku sendiri di masa depan—yang bermutasi menjadi perempuan.’
‘Aku
masih mencari Joannette, tak peduli sampai dunia tak sanggup menyangga
jiwa-jiwa di dalamnya untuk kemudian runtuh seketika. Aku tak peduli. Yang
kucari di antara triliunan jiwa hanyalah Joannette seorang. Untuk Mihaeru,
seluruh hidupnya kuserahkan padamu. Aku pernah menjadi dirinya, jauh dalam
lubuk hatinya yang paling gelap di mana tak ada satu orang pun yang
mengetahuinya, Mihaeru Keehl adalah gadis kesepian.’
‘Jadilah
figur hangat laksana rahim ibu yang paling ia rindukan, jadilah figur ayah yang
paling mengerti ia dan mendukung dirinya apapun keadaannya, dan… jadilah figur
teman yang selalu ada untuknya. Katakan padanya, kuserahkan kalung kebanggaanku
sebagai rasa cintaku yang agung dalam pencarian Joannette. Aku akan merindukan
Mihaeru. Dan untuk kalian manusia-manusia yang terkena akibat dari apa yang
kulakukan, kuhaturkan maaf.’
‘Senang
bisa mengenalmu, Cho Kyuhyun. Selamat tinggal.’
***
Confession: 11
Februari 2010
“Baiklah, lihat apa yang kau perbuat pada Nintendo 3DS
pemberian Karl milikku. Kau melubanginya lagi dengan alasan mencoba kehebatan handgun Walther P99 itu?!” Kyuhyun
berdecak kesal.
Mihaeru yang tengah menikmati cokelat mengangguk polos.
“DS itu sama sekali tidak ada harganya dibandingkan dengan pistolku. Harusnya
kau melihat adegan di mana peluru penembus itu dengan gaya slow motion melubangi DS-mu.”
Kyuhyun memutar bola matanya. “Melihat adegan mengerikan
itu tak berbeda jauh dengan melihat kematian kekasihku sendiri. Ah, setelah ini
aku akan kembali merengek pada Roger agar dibelikan DS baru.”
Gadis blonde
itu tak menjawab. Ia memfokuskan diri membaca buku tebal seraya menikmati
cokelat. Kyuhyun ingin bertanya sesuatu, namun ia ragu.
“Uhm… Keehls, apa ada memori lain yang kauingat selain
suara teriakkan dan wajah ketakutanku ketika ditodong pistol?”
Mihaeru tampak mengernyit. Lalu ia tersenyum sekilas,
entah apa maksudnya. “Ada.”
Laki-laki itu menelan ludah dengan susah payah. Dia
penasaran, sebenarnya, selama jiwa Mihaeru menghilang, di mana ia berada? Akan
sangat menarik apabila gadis tersebut mengingatnya.
“Ceritakan padaku,” pinta Kyuhyun.
“Aku bermimpi, kau datang ke ruanganku, mengelus pipiku
dan mengulum bibirku.”
Kyuhyun kehilangan kata-kata. Ia merasa ada petir
imajiner menyambar-nyambar di atas kepalanya. Kalau Mihaeru tahu bahwa hal itu
nyata, maka ia akan…
Mihaeru memandang Kyuhyun tajam. “Seandainya kau
melakukan hal semacam itu, kau akan bernasib serupa dengan DS-mu. Aku akan
melubangi tempurung kepalamu tak ubahnya Nintendo 3DS milikmu yang malang itu.”
***
EPILOGUE
Halle Lidner tengah memandang anak-anak panti asuhan yang
tengah asyik memperebutkan satu bola di lapangan. Pandangannya tertuju pada
satu sosok laki-laki. Will. William Hernberg. Ia mulai menyukai ‘pendatang
baru’ di panti asuhan ini.
“Cih, jadi, seperti itu tampang seorang gadis ingusan
ketika jatuh cinta.”
Gadis itu terlonjak kaget ketika melihat Mihaeru bersama
cokelat kesayangannya sudah berada di sampingnya. Halle memasang muka masam.
“Aku sangat berterima-kasih apabila kau tidak
menggangguku, Mihaeru,” cetus Halle.
“Haa! Menyebalkan sekali wajahmu itu. Ingin aku
mengacaknya dengan kedua tanganku menjadi tak beraturan, menyebalkan.”
“Che… siapa yang kausebut menyebalkan? Kau adalah ratunya
menyebalkan.”
“Terima kasih atas pujiannya,” ujar Mihaeru lempeng yang
semakin membuat amarah Halle memuncak sampai ke ubun-ubun.
“Aku membencimu!”
Gadis blonde
itu melirik sekilas ke arah gadis cantik yang baru saja memproklamirkan
perasaan benci padanya. “Kau pikir aku tidak?”
Halle Lidner melipat tangan di depan dada, wajahnya
semakin masam. Sama sekali bukan pemandangan yang bagus untuk ditonton, tapi
entah kenapa Mihaeru senang melihatnya. Ia tertawa membuat gadis yang tengah
kesal itu merasa bingung.
Tanpa memandang Halle, Mihaeru menyodorkan sebatang
cokelat pada gadis cantik tersebut. “Cokelat bisa meredam emosi, kau tahu?
Ambillah dan nikmati sensasi rasa perpaduan antara manis dan pahit di
dalamnya.”
Halle ragu, namun ia menerimanya. Entah kenapa hatinya
merasakan suatu perasaan aneh. Ia merasa… senang. Gadis itu membuka kertas
silver yang membukus cokelat tersebut, dan ia mulai menggigit cokelat pemberian
Mihaeru. “Kau tahu betul aku sangat membencimu,” ujar Halle disela kunyahan
cokelatnya.
“Kau pun tahu betul aku tak kalah membencimu,” balas sang
gadis blonde.
Empat mata itu saling melirik, sampai keduanya sama-sama
menarik kedua ujung bibir mereka membentuk sebuah senyuman.
“Kau adalah teman perempuanku yang pertama, Lidner.”
Sementara dua rival yang kini sudah berbaikan dengan cara
aneh itu, tak jauh dari mereka, terlihat sesosok gadis berkepang dua tengah
melukiskan kuasnya pada kanvas putih. Linda tersenyum sambil melukis dua orang
yang paling berpengaruh dalam hidupnya. Lukisan dua perempuan yang tengah
tersenyum dengan mata saling melirik.
“Mereka adalah dua musuh abadi yang paling aneh. Saling
mengatakan benci namun saling melempar senyum.”
Linda terkesiap kaget ketika mendengar suara lembut
terdengar dari belakangnya. Kedua pipi putihnya merona seketika.
“Nate…” Linda bergumam sementara Nate tersenyum memandang
lukisan gadis itu. Kini dua pasang mata itu terarah pada sosok laki-laki yang
tengah berlari dari kejauhan menuju tempat Mihaeru dan Halle.
Cho Kyuhyun.
“Roger membawakan banyak cokelat untukmu, Keehls!”
Kyuhyun berteriak lantang.
** END **
*Ngusap keringat* Fiuh, selesai juga project FF saya yang
ini. Sebenarnya, endingnya sedikit melenceng dari apa yang saya rencanakan
sebelumnya. Kalau saya pakai ending yang pertama, FF-nya dijamin akan lebih
panjang dari ini. Dan akhirnya, yang tadinya direncanakan twoshot pun berubah
menjadi threeshot. Saya teriak-teriak sendiri waktu liat word(s)nya. Astaga!
Chapter 1 aja hanya 3.666 words, kenapa chapter 2 malah 8.707 words? Jauh
banget bedanya *nangis kejer*
Dengan terpaksa, chapter 2 saya potong menjadi dua
bagian. Epilogue hanya sebagai pemanis cerita ~:3 Maaf apabila ceritanya Oh, so freak. Maklum lah, penulis abal. Jadi,
berhenti melempari saya dengan barang-barang butut itu. Kalo dilempar dollars
boleh tuh ($~$)
Silakan layangkan tinju—eh, kritik, kesan, pesan, pujian,
atau hinaan pada kolom komentar di bawah ini ~:3 at last but not least, domo arigatou gozaimasu! \\(^o^)// Aishiteruuu :* #plak
Thursday, August 15, 2013
02:16 PM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar