Minggu, 08 September 2013

[Kyuhyun] Series: Another Soul {Chapter 3 END}



            ANOTHER SOUL
Cast:
-          Cho Kyuhyun (SJ)
-          Mihaeru Keehl (DN—you know who’s Mello or Mihael Keehl)
-          Etc
Genre: Mystery, Thriller and a bit Supernatural
Rate: For 16+ (Tidak dianjurkan untuk di bawah 16 tahun)
Disclaimer: The plot is MINE, well, please don’t copy and paste without my permission. Characters belong to themselves, their parents, and whatever
Warning: Probably rush, typo(s)—Uh, I’m sorry for that, and OOC. AU. I’ve warned you.
            (AN: Enjoy read my story with clasp a some cup of tea, milk, or coffee in your hand—because the words are 4.977 ^.^)
            [] Chapter 3 of 3 []
            ***

            Sosoknya Yang Lain: 18 Januari 2010

            Sesosok laki-laki tengah berlari-lari di koridor panti asuhan. Sepasang mata obsidiannya mencari-cari. Dan akhirnya sosok yang dicarinya ia temukan.

            …Mihaeru.

            Kyuhyun terdiam beberapa saat. Ia takut matanya mengelabuinya. Ia takut apa yang dilihatnya merupakan ilusi semata. Gadis berambut pirang sebahu itu… tengah terlelap dengan kepala yang bersadar pada samping ranjang tempat Linda terbaring koma. Ketika melihat Mihaeru seperti itu, ia seperti gadis remaja yang lugu—berbanding terbalik ketika ia terbangun.

            “Apa yang kaulakukan di sini, Keehls?” tanya Kyuhyun lembut seraya menyentuh bahu Mihaeru. Gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya.

            “Apa yang aku lakukan di sini?” ia balik bertanya.

            “Apa maksudmu? Kau sudah di sini sejak aku masuk ke ruangan Linda.”

            Sepasang mata aquamarine itu mengerjap-ngerjap kembali. “Oh, aku sedang menjenguknya. Kupikir—meskipun aku tak mengenalnya—aku pernah melakukan kesalahan padanya. Jadi, entah malaikat mana yang menyuruhku datang ke tempat ini.”

            Kyuhyun tersenyum manis. Ia senang mendengar penuturan Mihaeru, itulah sosok asli yang selama ini disembunyikannya. Entah apa alasannya, Mihaeru kerap kali menjadi gadis sadis menyebalkan yang ditakuti banyak anak panti asuhan.

            Sebenarnya ia baik, terbukti saat kemarin ia meminta maaf pada Kyuhyun sambil memberinya sebatang cokelat. Awalnya Kyuhyun terkejut, tentu saja. Seorang maniak cokelat memberikan cokelatnya? Sungguh aneh, bahkan Kyuhyun tak pernah terpikir sampai ke situ.

            “Aku mencarimu sendari tadi. Roger membawa banyak cokelat kali ini, dan ia memintaku untuk memanggilmu. Kurasa itu cokelat istimewa karena sudah dua minggu lebih kau tidak membuatnya kepayahan.”

            Dua manusia itu tertawa. “Kau benar, aku sedikit kasihan padanya. Dia sudah tua tapi aku selalu membuatnya susah. Mungkin sudah saatnya aku menjadi anak baik.”

            Kyuhyun berhenti tertawa. Dari pandangan matanya, tampak sebuah keterkejutan. Ia takut telinganya salah mendengar. Tapi, apa yang ia lihat di wajah Mihaeru merupakan penegasan tentang pembenaran kata-katanya. Mihaeru tampak tersenyum… sangat tulus.

            Itu terlihat seperti… bukan dia yang dulu.

            ***

            The Truth: 23 Januari 2010

            Cokelat batangan berserakan di atas ranjang. Pemiliknya sibuk memainkan kalung rosario-nya. Ia berbaring dengan kepala yang bertumpu pada sebelah tangannya. Sesekali dipandangnya langit-langit kamar. Gadis itu menghela napas bosan.

            Kyuhyun yang sibuk dengan permainan dalam komputernya menoleh ke arah Mihaeru.

            “Ada apa denganmu, Keehls? Kau bahkan tidak makan cokelat sejak tadi.”

            Pandangan manik aquamarine itu kini terarah pada Kyuhyun. “Aku bosan. Kalau kau mau, ambil saja semua cokelatnya,” jawabnya lempeng. Lalu mata indah itu kembali terarah pada kalungnya yang jauh lebih indah.

            “Aku sudah tahu rasanya sejak waktu itu kau memberiku dua batang cokelat. Kau tahu? Aku baru sadar ternyata cokelat itu menipu. Awalnya sangat manis tapi setelahnya lidahku terasa sangat pahit. Dan untuk tawaranmu atas cokelat-cokelat tak berdosa itu, aku menolaknya.”

            Mihaeru tak menjawab. Kyuhyun berpikir sejenak sebelum akhirnya ia memutuskan untuk mengakhiri permainannya.

            “Aku ingin bertanya padamu, Keehls,” ujar Kyuhyun seraya membaringkan dirinya di samping gadis blonde itu.

            “Tanyakan saja.”

            Kyuhyun menghela napas. Ia terlihat gugup. “Menurutmu… aku ini bagaimana?”

            Mihaeru menoleh sekilas, lalu matanya kembali terfokus pada kalung yang sedang ia mainkan. “Kau? Kau itu… kekanakan. Harus aku akui, kau memang tampan. Dan… kau juga sangat cerdas.”

            Kyuhyun merasa persendiannya lumpuh. Ia bersikap biasa meski ia tahu lambat-laun gadis itu pasti menyadarinya. Tanpa perlu menunggu lama, keringat mulai bermunculan di setiap organ ekskresinya.

            “Kau kenapa, Kyuhyun?”

            “A-aku? Aku tak apa. Sepertinya aku harus pergi menemui Halle.” Setelah mengatakan itu, Cho Kyuhyun segera melesat meninggalkan kamarnya.

            ***

            BRAKK!!!

            Sesosok manusia yang sekilas seperti makhluk halus karena penampilannya yang serba putih sama sekali tak merasa terganggu dengan kedatangan laki-laki berambut ikal. Nate melanjutkan menyusun menara dari kartu—yang roboh karena efek getaran dari pintu yang dibuka paksa oleh Kyuhyun—dari awal dengan tenang.

            “Dia bukan Mihaeru!” ujar Kyuhyun dengan napas memburu setelah berlari cepat ke ruangan Nate.

            “Sudah lama sekali… kenapa kau baru menyadarinya?” kata Nate santai. Sepasang mata obsidian itu membola. Jadi, selama ini Nate sudah tahu?

            “B-bagaimana bisa…?”

            “Harusnya kau sudah sadar sejak menguping percakapanku dengan Mihaeru-san. Ia mengatakan bahwa dia tak secerdas diriku, itu sama sekali bukan seorang Mihaeru Keehl. Kau tahu selama ini ia selalu ingin menggeser posisiku sebagai nomor satu.” Nate bertutur tanpa mengalihkan pandangannya dari menara kartu yang sedang disusunnya.

            “Dia juga berkata aku sangat cerdas. Mihaeru yang asli takkan pernah mengatakan itu sekalipun aku mengancamnya. Ia selalu berpendapat tentangku bahwa aku itu sangat bodoh—mengingat aku lebih mencintai konsol game-ku daripada apapun juga.”

            “Hmm…”

            “Pantas saja dia lebih sering memanggilku ‘Kyuhyun’, Mihaeru yang sebenarnya selalu memanggilku ‘Cho’ karena dia beranggapan namaku terlalu sulit diucapkan oleh lidahnya.” Entah kenapa Kyuhyun merasa bodoh karena baru menyadari sekarang.

            “Jadi, setelah kau mengetahui semuanya, apa yang akan kaulakukan?”

            “Apa? Apa maksudmu, Nate? Aku kemari karena ingin meminta pendapatmu soal itu. Kenapa kau bertanya balik padaku?”

            Laki-laki berambut putih yang melawan gravitasi itu terdiam beberapa detik. “Kau tahu, aku tak pernah salah mengambil tindakan dalam mengisi soal yang sulit. Tapi… Mihaeru-san dan jiwa lain yang ada dalam dirinya bukan merupakan soal yang sulit. Dua hal itu sangat berbeda. Dilihat dari mana pun, aku tak memiliki kemampuan untuk memanggil kembali jiwa Mihaeru-san yang asli.”

            Kyuhyun terduduk lemas. “Bagaimana ini? Aku tak tahu harus berbuat apa untuk memanggil jiwa asli Mihaeru. Apa yang harus aku lakukan? Tuhan… bagaimana bisa hal absurd seperti ini terjadi?”

            Nate tak acuh mendengar keluhan Kyuhyun. Dengan santai, ia terus menyusun kartu-kartunya menjadi sebuah menara.

            “Kau harus tahu satu hal, Kyuhyun. Jiwa lain dalam diri Mihaeru-san dapat mengusasai apa yang ada dalam pikiran Mihaeru-san. Dia mengetahui apa yang tubuhnya ia kendalikan. Ia tahu segala hal yang diketahui Mihaeru-san. Dan selama ini ia menjadi sosok Mihaeru-san yang palsu dengan sukses. Bahkan teman satu kamarnya sendiri baru menyadarinya sekarang.”

            “Sialan… sebenarnya kenapa dia bisa masuk ke dalam tubuh Mihaeru?”

            “Aku tidak tahu. Mungkin kau memiliki petunjuk lain.”

            Kyuhyun berpikir keras. Tak perlu waktu lama, ia pun menemukan jawabannya. “Lukisan dan kalung rosario itu!” ia memekik keras.

            ***

            Speculation: 25 Januari 2010

            Setelah bergulat dengan berbagai macam kemungkinan, akhirnya Cho Kyuhyun mendapat kesimpulan.

            Jiwa lain yang ada dalam tubuh Mihaeru tak lain dan tak bukan adalah Dmitri Jeevas. Entah bagaimana bisa Linda tahu soal itu dan menuntunnya bersama Mihaeru menuju lukisan tersebut. Atau bahkan mungkin… Linda juga memiliki jiwa lain dalam tubuhnya, setidaknya pernah. Dan hal itulah yang membuatnya mampu memengaruhi Kyuhyun untuk datang ke Museum Gasttrax.

            Yang selama ini membuat Linda koma adalah, karena jiwa lain tersebut berpindah tempat ke tubuh Mihaeru. Jiwa asli Linda Brown entah sedang di mana, mungkin tersesat di suatu tempat yang tak memiliki ujung.

            Rasanya cukup masuk akal.

            Dan alasan di balik ‘jiwa lain’ tersebut tak lain adalah kalung rosario yang selama ini dipakai Mihaeru. Dmitri pasti mengira bahwa Mihaeru adalah Joannette—istrinya yang menghilang. Atau setidaknya, Dmitri pasti mengira kalau Mihaeru mengetahui keberadaan istrinya mengingat kalung Joannette yang dipakainya.

            Terlalu banyak kemungkinan yang bermunculan ke permukaan. Satu-satunya untuk memastikan kebenaran itu hanya bertanya langsung pada jiwa lain itu. Tapi… tentu saja tidak mungkin.

            Kyuhyun menghela napas. Ia sudah mendapatkan kesimpulan bagaimana cara untuk memanggil jiwa asli Mihaeru. Yaitu dengan menunjukkan apa yang selama ini diinginkan gadis blonde itu. Yang paling diinginkannya adalah… bertemu dengan ibunya. Mustahil. Mana mungkin Kyuhyun harus pergi ke dunia bawah dan membawa ibu Mihaeru ke dunia, lagipula, entah benar atau tidak dunia bawah itu ada. Itu hanya cerita dari mulut ke mulut.

            Laki-laki itu mengacak rambutnya frustasi. Ia benci ketika ia harus merasa kebingungan. Ia meringkuk di balik selimut tebal yang membungkus tubuhnya.

            “Aku merindukanmu, Keehls,” gumamnya.

            Dan sebuah ide bodoh muncul di kepalanya. Mau tidak mau ia harus—dengan terpaksa—memercayai apa yang dikatakan Halle Lidner. Mihaeru menyukainya. Yang perlu ia lakukan adalah mengungkapkan perasaannya pada gadis blonde tersebut, mungkin saja itu merupakan salah satu hal yang paling diinginkan Mihaeru—walau kemungkinannya tak lebih dari sepuluh persen.

            ***

            The Tragedy: 26 Januari 2010

            Cho Kyuhyun menggigit jari kukunya yang tak seberapa panjang. Entah kenapa ia merasa gelisah. Ia merutuki dirinya sendiri yang lebih terlihat seperti seorang laki-laki yang sedang dimabuk asrama—meski kenyataannya tidak seperti itu.

            Laki-laki pemilik rambut ikal itu tak bisa berhenti mondar-mandir. Ia tengah menyibukkan diri dengan menenggelamkan otaknya bersama ribuan pernyataan yang memungkinkan untuk mengungkapkan perasaan. Ya, perasaannya pada sosok Mihaeru palsu demi memanggil jiwa Mihaeru yang sebenarnya.

            Kyuhyun tidak—belum—memikirkan opsi lain kalau misinya kali ini gagal. Apabila dipikir secara gamblang, seorang Mihaeru Keehl bukan gadis remaja yang akan sudi mengemis cinta. Dia tipe tak acuh cenderung berkepribadian dingin. Tak bisa dibayangkan jika Mihaeru menangis meraung-raung karena ditolak pria. Ia sungguh bukan pemuja cinta.

            Tapi… apa boleh buat?

            Bukankah sudah dua kali Halle Lidner mengatakan bahwa Mihaeru menyukai Kyuhyun? Meskipun hal itu tidak bisa dijelaskan secara teori bahkan dengan otak jeniusnya sendiri.

            Mihaeru keluar dari ruangan setelah ia selesai berganti pakaian. Untuk penampilan, gadis itu selalu terkesan kelam. Nyaris seluruh aksesorinya berwarna hitam, dimulai dari pakaian kulit ketat lengan buntung hitam yang mengilap, celana jeans—yang tak kalah ketat— warna hitam, juga sepasang sepatu boots selutut. Sementara kedua telinganya berhiaskan anting hitam, dan lehernya yang tentu saja dihiasi kalung rosario kebanggaannya. Penampilan sangat ‘lelaki’ yang melekat pada perempuan asli.

            Jangan tertipu oleh penampilannya, idiot! Dia itu bukan Mihaeru yang sebenarnya! Kyuhyun membatin kala ia terpaku pada penampilan Mihaeru.

            “Kau sudah selesai berganti pakaian, Keehls?” pertanyaan bodoh penuh basa-basi.

            Gadis blonde itu mengangguk. “Ya.”

            Mihaeru yang sebenarnya takkan menjawab pertanyaan bodoh yang dilontarkan Kyuhyun. Ia pasti akan mengabaikannya dengan tidak menjawabnya. Kalau tidak, setidaknya gadis tersebut pasti akan memaki dirinya seperti; di mana kau simpan bola matamu, tolol?, atau; apa kau bermutasi menjadi orang idiot dengan pertanyaanmu yang tak kalah idiot?

            Meski getir, Kyuhyun tetap merindukan Mihaeru Keehl yang sebenarnya. Mihaeru yang galak, suka menuntut, menyebalkan, tak memiliki batasan dalam berucap, dan keras kepala. Satu-satunya sosok gadis yang paling disegani—atau ditakuti? —oleh anak-anak panti asuhan. Namun, meski begitu, Mihaeru adalah gadis yang bangga memperkenalkan Kyuhyun sebagai temannya. Teman… ya, hanya sebatas teman.

            Teman dalam artian yang sesungguhnya. Hanya Kyuhyun yang tidak diganggu ketika Mihaeru sibuk ‘bermain’ dengan anak-anak panti, bermain-main bersama mereka dengan mengempeskan bola yang sedang dimainkan kedua kesebelasan anggota football, bermain-main dengan menghancurkan menara kartu yang dibuat Nate selama berhari-hari, serta menumpahkan cat pada lukisan wajah Kyuhyun yang dilukis Linda, dan tentu saja, masih banyak lagi.

            Hanya Kyuhyun yang tidak diajak ‘bermain’—walaupun pernah suatu hari Mihaeru melubangi konsol game-nya dengan menembakkan pistol baru miliknya dengan alasan mencoba kehebatan pistol tersebut. Selebihnya tidak. Karena Kyuhyun adalah… satu-satunya teman.

            “Sejak kemarin kau bersikap aneh, Kyuhyun.” Mihaeru berkata tanpa memandang wajah Kyuhyun. Ia sibuk memasukkan Walther P99 ke dalam wadah pistol yang disangkut di sabuknya.

            Nah, Mihaeru yang asli takkan memanggilku Kyuhyun. Laki-laki itu membatin.

            “Aku aneh? Benarkah?”

            “Ya.”

            Cho Kyuhyun merapat mendekati gadis blonde tersebut, ia mengerling nakal. Kalau Mihaeru yang sebenarnya, sudah dapat dipastikan Kyuhyun akan mendapat berhujam tinjuan ketika melakukan itu. “Ada yang ingin kutanyakan padamu.”

            Mihaeru mengernyit. “Tanyakan saja.”

            “Kenapa kau memanggilku Kyuhyun?”

            Dan gadis bermanik aquamarine nan indah itu tertawa lantang, sangat lantang. Bulu kuduk di bawah leher Kyuhyun meremang kala mendengarnya. Itu benar-benar bukan tawa milik Mihaeru. Bukan. Sama sekali. “Apa yang sebenarnya sedang kaupikirkan? Jawabannya sederhana, tentu saja karena namamu adalah Cho Kyuhyun.”

            Dengan akting yang tak lebih baik dari figuran, laki-laki bermata obsidian itu ikut tertawa. Sangat terlihat dipaksakan. “Kau benar. Aku sungguh bodoh. Kupikir kau masih sulit mengucapkan nama Kyuhyun dengan fasih,” ujarnya sedikit menyinggung jiwa lain dalam tubuh Mihaeru.

            Gadis dengan pakaian serba hitam tersebut menghentikan tawanya. Kyuhyun dapat menangkap kegugupan dalam pancaran mata aquamarine itu. Terbukti, ia langsung mengalihkan pandangannya pada segerombolan anak-anak yang sibuk memperebutkan satu bola di lapangan tak jauh dari tempatnya berdiri.

            “Keehls…” Kyuhyun melirih tepat di telinga Mihaeru. Gadis itu tersentak kaget karena posisi teman satu kamarnya yang terlalu dekat. Dengan susah payah, laki-laki tersebut menahan degupan keras pada jantungnya. Ia tidak boleh ketakutan ataupun gugup, tidak boleh.

            “…”

            Tangan kanan Kyuhyun meraih pinggang ramping Mihaeru, sedikit gemetar sebenarnya. Laki-laki itu menutup matanya sebelum melakukan sesuatu yang paling inti dalam rencananya. Ia menelan ludah dengan sulit, dan ia kembali membuka mata obsidian miliknya. Lidahnya terjulur dan menjilati cuping Mihaeru.

            Gadis tersebut sama sekali tidak bereaksi. Meski terlalu banyak ‘jika Mihaeru yang sebenarnya’ tapi, harus diakui bahwa memang jika Mihaeru yang sebenarnya, setelah Kyuhyun melakukan hal menjijikkan itu, sudah dapat dipastikan Kyuhyun akan menjadi bulan-bulanan gadis tersebut—tak peduli status ‘teman’ yang ia tempelkan padanya.

            “Keehls… aku tidak tahan… aku sungguh menyukaimu… dan…” ia menghentikan ucapannya, lagi-lagi air liurnya sulit untuk ditelan. Lalu Kyuhyun pun melanjutkan kalimatnya, “Dan… dan tentu saja aku… menginginkanmu.”

            Sebuah tinju melayang begitu saja.

            “APA YANG KAULAKUKAN PADAKU, IDIOT?!!” teriak Mihaeru lantang. Kyuhyun yang tersungkur karena tinju yang dialamatkan Mihaeru padanya hanya membulatkan mata. Tak mungkin… apakah semudah ini? Laki-laki itu tersenyum lebar. Mihaeru telah kembali.

            “Keehls, kau sudah kembali?”

            Tiba-tiba tubuh Mihaeru menegang. Kedua lengannya memegang tempurung kepalanya. Dan ia berteriak. Semuanya berubah seketika. Tatapan itu… tatapan aquamarine itu terlihat kesal. Ia menurunkan dua tangannya dari kepalanya.

            “B*stard! Jadi, kau sudah tahu?!”

            Jiwa lain telah kembali. Lagi.

            Kyuhyun terengah. Ia tak pernah memprediksi hal ini akan terjadi. Dengan seringaian yang tampak dipaksakan, ia menjawab dengan suara lantang. “YA! Aku sudah tahu dirimu! Menjauhlah dari tubuh Mihaeru milikku!”

            “Cih, bocah ingusan! Tidak, sebelum kau benar-benar lenyap di hadapanku.” Mihaeru menarik satu ujung bibirnya ke atas membentuk sebuah seringai. Sementara itu laki-laki di hadapannya mundur teratur dengan wajah ketakutan. Ia tidak takut dengan seringaian gadis berambut pirang alami sebahu tersebut, yang ia takuti adalah alat yang dipegang sang gadis.

            Handgun Walther P99. Pistol tangan yang tepat di arahkan ke organ vital Kyuhyun—jantung.

            “Hentikan… Keehls.” sang laki-laki yang terpojok melirih.

            Seringaian di bibir tipisnya semakin melebar kala manik aquamarine miliknya menangkap sosok itu yang sedang dilanda ketakutan maha dahsyat. Sang gadis pirang menekan pelatuknya, hanya tinggal dilepas, maka semuanya akan berakhir.

            Farewell, Cho,” ujarnya dingin. Mata obsidian Kyuhyun masih dapat melihat tangan Mihaeru yang sedang memegang pistol sedikit bergetar. Dan telinganya tidak tuli untuk mendengar panggilan gadis itu padanya. Cho. Mungkinkah…?

            Pelatuk dilepas dan suara peluru yang ditembakkan pun terdengar. Begitu memekakkan telinga.

            DOR!!!

            Kyuhyun terjatuh. Mihaeru ikut terjatuh. Dua anak manusia itu sama-sama kehilangan kesadaran. Sebelum sempat kehilangan seluruh kesadarannya, Kyuhyun mendengar samar-samar orang-orang berteriak dan mengerumini dirinya. Ia merasakan teramat sakit pada dadanya. Peluru penembus itu… Setelah itu semuanya gelap. Sangat gelap.

            ***

            Koma; Antara Hidup dan Mati: 3 Februari 2010

            Banyak hal yang terjadi selama satu minggu terakhir. Diawali dengan tragedi penembakkan yang dialamatkan Mihaeru kepada Kyuhyun yang membuat laki-laki itu terbaring koma, keanehan tentang fakta bahwa setelah menembakkan peluru penembus, Mihaeru ikut pingsan kemudian koma. dilanjut dengan Linda Brown yang mendapat keajaiban terbangun lalu berangsur pulih dari keadaan antara hidup dan matinya.

            “Aku tidak ingat apapun,” ujar Linda saat diberondongi dengan segudang pertanyaan dari Roger. “Hal terakhir yang kuingat adalah ketika aku berada di Museum Gasttrax bersama Halle, aku melihat sebuah lukisan pria gagah dengan kalung rosario yang melingkari lehernya, dan kalung itu sangat mirip dengan kalung milik Mihaeru.”

            Sementara kakek tua itu berpikir, Nate ikut mengambil bagian memberi pertanyaan. “Jujur saja, Linda, aku tidak pernah mendengar nama Museum Gasttrax yang berada di Winchester. Tak banyak Museum di kota ini, hanya The Gurkha Museum yang kutahu. Apakah kau tahu letak secara detail di mana museum itu?”

            Linda termenung. Tak ada apapun yang terlintas dalam kepalanya tentang di mana letak museum tersebut. “Aku… maaf, aku tidak ingat.”

            “Baiklah, apa yang terakhir kali kaulakukan ketika berada dalam museum?” Nate bertanya lagi.

            “Sudah kubilang, aku melihat lukisan.”

            Laki-laki berambut putih melawan gravitasi itu berpikir sama keras dengan Roger. Ia lalu menjentikkan jarinya. “Nah, apa kau ingat kalimat yang terakhir kali kau ucapkan?”

            Linda melempar isi memori kepalanya menuju ke masa sebelum ia tidak mengingat apapun. Rasanya sulit, terlalu banyak kalimat yang ia ucapkan. Lama ia berpikir, sampai akhirnya ia menjawab dengan mantap.

            “Aku berkata pada Halle, betapa miripnya kalung rosario yang dipakai pria gagah dalam lukisan itu dengan kalung rosario milik Mihaeru.”

            Dan Nate tersenyum puas. Ia sudah mendapatkan kesimpulan.

            ***

            “Sebenarnya, apa yang terjadi selama aku tak sadarkan diri?”

            Halle Lidner melirik sekilas ke arah sahabatnya. “Banyak—terlalu banyak.” Ia kembali memfokuskan pandangannya menuju jendela kaca yang menghubungkannya dengan ruangan di mana Cho Kyuhyun sedang berjuang melawan rasa sakit akibat peluru penembus di dadanya.

            Mereka berdua—Mihaeru dan Kyuhyun—tidak dilarikan ke rumah sakit, karena panti asuhan ini pun dapat dirubah menjadi ruangan yang tak berbeda jauh dengan rumah sakit. Semua peralatan lengkap, termasuk alat deteksi jantung. Dokter maupun perawat sudah tersedia di sana sebagai antisipasi anak-anak panti yang sakit. Tak heran, Schrodinger’s House menjadi panti asuhan paling bergengsi di Inggris.

            Linda menatap sedih sosok yang tengah terbaring dengan berbagai macam alat medis menempeli tubuhnya. Bagaimana pun juga, ia termasuk orang yang mengakibatkan laki-laki itu koma—meski tidak secara langsung.

            “Kenapa si anak mafia sialan itu selalu saja membuat masalah?! Saat Mihaeru sadar, seharusnya dia dilaporkan ke pihak kepolisian dengan tuduhan pembunuhan. Biar saja dia mendekam di balik jeruji yang dingin, mati beku di sana pun tak masalah.” Halle mencetus tajam.

            Gadis berkepang itu menunduk. “Halle, sebenarnya akulah yang paling banyak membuat masalah ini. Aku… aku yakin kalau tragedi penembakkan yang kauceritakan itu bukan Mihaeru lah yang menembak Kyuhyun. Kau tahu kalau mereka berdua adalah… teman.”

            Dada Halle mencelos. “Kau tak seharusnya mengatakan itu, Linda. Kau pun tahu aku benar-benar membenci Mihaeru, jadi, anggap saja kata-kataku hanya umpatan semata. Seburuk apapun akibat dari masalah yang diciptakan Mihaeru, aku yakin Roger takkan pernah mau membuangnya dari panti asuhan ini.”

            “Kau tahu sesuatu hal tentang mereka?”

            Halle mengangguk. “Sekalipun Roger kewalahan dengan sikap Mihaeru, tapi, sebenarnya gadis itulah yang paling ia anak-emaskan—bukan Nate. Aku terlalu sering melihat Roger tersenyum setelah membereskan ‘permainan’ Mihaeru, ia seolah merasa senang kala si anak mafia menyebalkan itu membuat masalah di panti asuhan.”

            “Kenapa kau berpikir demikian?”

            “Sederhana saja, Roger merasa senang karena akhirnya Mihaeru lebih terlihat hidup sebagai gadis runner-up sekaligus pembuat masalah. Bonusnya adalah; membebaskan Cho Kyuhyun dari kungkungan masalalu.”

            Linda tersenyum getir. “Mungkin kau benar. Kyuhyun dan Mihaeru sangat cocok sebagai pasangan apapun, entah itu pasangan dalam membuat masalah, atau bahkan… pasangan kekasih.”

            “Aku benci mengatakan ini, tapi… perkataanmu ada benarnya.”

            ***

            Jari-jemari itu bergerak-gerak. Wajahnya mulai menampakkan bahwa tak akan lama lagi, ia akan terbangun dari keadaan koma. Perawat yang melihat itu langsung berlari menuju ruangan tempat dokter berada.

            Sebelum sang dokter dan perawat datang, kelopak matanya sudah terbuka. Ia mengerjap-ngerjapkan mata demi menyesuaikan dengan pencahayaan ruangan. Ia mendudukkan dirinya dengan susah payah. Manik obsidian miliknya memandang ke arah pergelangan tangan kirinya sendiri, sebuah selang infus menancap di sana.

            Ia melihat sekeliling. Sepi. Ia merasa kesepian.

            Angin malam berhembus membelai tubuhnya yang terbalut pakaian khas rumah sakit, namun ia yakin ia tidak sedang berada di rumah sakit. Disentuhlah dada kirinya, ada rasa ngilu, akan tetapi ia mengabaikannya.

            Tangannya menggempal kuat. “Apa yang terjadi setelah peluru penembus itu kau tembakkan padaku, brengsek?!”

            Dan dokter bersama perawat pun datang.

            ***

            Melodramatic: 6 Februari 2010

            Kyuhyun sudah memecahkan teka-teki itu. Namun sialnya, ia tak tahu bagaimana caranya agar bisa keluar dari sana. Semua hal yang terjadi berhubungan erat dengan suatu hal yang mustahil. Jiwa tidak tenang yang entah berapa tahun mendekam dalam sebuah lukisan. Ia tidak mengerti.

            Yang paling membuatnya tak mengerti adalah… kenapa ia sudah sadar dari koma sementara Mihaeru masih tak mau membuka mata? Apakah gadis blonde itu mengalami hal serupa dengan Linda Brown?

            Laki-laki tersebut yakin, ketika Mihaeru menembak dirinya, ada dua jiwa yang sedang berkemelut di dalam tubuh itu. Dan jiwa Mihaeru yang sebenarnya berhasil menggeser sedikit arah peluru penembus itu. Sebagai ganti dari tembakan peluru yang meleset, Kyuhyun pun terkena peluru di antara ruang kosong di atas jantungnya. Sakit memang, tapi tak lebih sakit daripada harus mati di tempat kejadian.

            Pandangan mata obsidian itu terarah pada sosok gadis berambut pirang sebahu yang tengah terbaring tak berdaya. Alat deteksi jantung terlihat konstan. Lengan kanannya terjulur demi menyibakkan rambut Mihaeru yang sedikit menghalangi pandangannya pada wajah tenang itu. Matanya merekam setiap inci wajah Mihaeru. Indah.

            “Kapan kau akan bangun, Keehls?” ia melirih.

            Diusapnya pipi putih gadis tersebut dengan menggunakan jempol tangannya.

            “Aku merindukanmu. Seharusnya kita bermain-main lagi. Aku akan sangat senang melihatmu terbangun dan membuat kekacauan di panti asuhan… aku sungguh merindukanmu. Aku ingin kau membentakku ketika aku bertingkah layaknya orang idiot. Kau tahu? Aku selalu ingin menjadi bodoh agar kau tak berhenti memberi perhatian padaku—meski dengan cara memaki.”

            Kyuhyun tertawa hambar. “Kau jangan mati sekarang, Keehls. Setidaknya belum sebelum kau benar-benar mengalahkan si albino Nate. Kau akan menyesal jika kau benar-benar mati sekarang tanpa merebut singgasana Nate sebagai nomor satu.”

            Ia terus berbicara sendiri, seolah ia yakin Mihaeru tersenyum sambil mendengarnya. meski nyatanya gadis itu sama sekali tak bergeming. “Ah, kau pasti sangat menyukai cokelat Godiva, ‘kan? Aku berjanji, apabila kau terbangun, aku akan memakai seluruh tabunganku untuk membeli cokelat Godiva kesukaanmu.”

            Jari telunjuk Kyuhyun terarah pada selang oksigen yang menutupi mulut Mihaeru. Ia membuat gerakan zig-zag di sana, entah apa maksudnya. Dan ia pun melepaskan selang oksigen itu.

            “Kau harus terbangun dan marah-marah ketika aku selesai melakukan ini,” gumamnya sebelum ia memegang pipi Mihaeru di kedua sisi. Ia membungkukkan tubuhnya. Hembusan napas Mihaeru terasa hangat. Hidung mereka bersentuhan, tak lama lalu kedua bibir itu betemu. Kyuhyun membuka mulutnya dan mengulum bibir tipis teman satu kamarnya. Ia ingin melakukan lebih. Namun apa daya…

            Bahunya terlanjur berguncang. Ia melepas ciumannya dan menangis sejadinya. Kyuhyun tidak menyadari sosok yang sendari tadi memperhatikannya di pojok ruangan tanpa pencahayaan—di antara kegelapan ruangan di tengah malam.

            ***

            Unhappy Ending: 7 Februari 2010

            Tuhan mengabulkan permintaan Kyuhyun. Akhirnya satu hari setelah ia mencium Mihaeru, gadis itu sadar dari koma. Dan hal serupa terjadi padanya. Ia tidak mengingat apapun selain lukisan Dmitri Jeevas di Museum Gasttrax. Serta beberapa kejadian acak—yang dianggapnya mimpi.

            Seluruh penghuni panti asuhan dengan bijak tidak mengatakan yang sebenarnya. Termasuk kejadian penembakan.

            “Aku yakin saat itu aku mendengar suara teriakkan, aku juga yakin melihatmu ketakutan ketika seseorang menodongkan pistol, dan aku yakin itu bukan mimpi.” Mihaeru mencerocos heboh. Kyuhyun yang mendengar itu hanya tersenyum.

            “Tak pernah ada yang terjadi. Kau hanya tidur terlalu panjang,” ujar laki-laki itu menanggapi ucapan Mihaeru. Roger sepakat untuk mengatakan bahwa gadis berambut pirang tersebut tidak sadarkan diri sejak tanggal 25 Desember tepat di hari natal. Mengingat Mihaeru adalah gadis yang nekat, Roger tak mau ambil resiko kalau-kalau gadis itu kembali datang ke Museum Gasttrax demi memperjelas semuanya.

            “Tapi bagaimana bisa aku tak sadarkan diri selama itu?”

            “Aku yang seharusnya bertanya hal itu padamu. Sukses sekali kau membuat seluruh penghuni panti asuhan khawatir—terlebih aku.” Kali ini akting Kyuhyun cukup baik daripada seorang figuran.

            Kyuhyun membiarkan Mihaeru tenggelam bersama kebingungan, hanya untuk kali ini, sebab ia yakin cepat atau lambat gadis itu pasti akan melupakan semuanya. Dia bukan tipe gadis yang akan mencari-cari tahu sesuatu hal yang dianggapnya tidak penting. Karena sepertinya, kali ini Mihaeru menganggap kejadian selama satu bulan tanpa dirinya merupakan kejadian yang tidak penting.

            Sementara teman satu kamarnya berkemelut dengan berbagai macam kemungkinan, Kyuhyun justru kembali terngiang kata-kata seseorang di balik kegelapan kemarin malam, ketika ia menangis dalam ruangan tempat Mihaeru terbaring koma…

            ‘Aku tidak mengerti. Manusia lemah, tapi saat mereka lemah, selalu ada orang yang menjadi penguat. Ketika seseorang lemah, ada orang kuat di baliknya; melindunginya. Dan ketika orang kuat itu melemah, ada seseorang lemah yang ia lindungi itu sebagai sumber kekuatannya. Semacam simbiosis mutualisme secara mendalam.’

            ‘Aku bukan sosok yang mendramatisir setiap kejadian bersama Joannette. Tetapi, ketika aku kehilangannya, aku menumpahkan seluruh kesedihanku dan mendramatisir kejadian sepanjang hidupku. Aku kuat, semua orang tahu itu. Tapi mereka tidak tahu, di balik sosok kuatku ada perempuan lemah di baliknya; sebagai sumber kekuatanku. Dan ketika perempuan itu menghilang, aku yang kuat pun perlahan melemah.’

            ‘Kau lemah. Dan  mungkin kau hanya akan menjadi seonggok manusia hidup tanpa melodi kehidupan yang mengalun dalam jiwamu apabila aku mengambil Mihaeru bersamaku. Gadis itu kuat sebagai pelindungmu, aku menyukainya dan ingin kubawa ke duniaku. Bagiku ia merupakan sosok manifetasi diriku sendiri di masa depan—yang bermutasi menjadi perempuan.’

            ‘Aku masih mencari Joannette, tak peduli sampai dunia tak sanggup menyangga jiwa-jiwa di dalamnya untuk kemudian runtuh seketika. Aku tak peduli. Yang kucari di antara triliunan jiwa hanyalah Joannette seorang. Untuk Mihaeru, seluruh hidupnya kuserahkan padamu. Aku pernah menjadi dirinya, jauh dalam lubuk hatinya yang paling gelap di mana tak ada satu orang pun yang mengetahuinya, Mihaeru Keehl adalah gadis kesepian.’

            ‘Jadilah figur hangat laksana rahim ibu yang paling ia rindukan, jadilah figur ayah yang paling mengerti ia dan mendukung dirinya apapun keadaannya, dan… jadilah figur teman yang selalu ada untuknya. Katakan padanya, kuserahkan kalung kebanggaanku sebagai rasa cintaku yang agung dalam pencarian Joannette. Aku akan merindukan Mihaeru. Dan untuk kalian manusia-manusia yang terkena akibat dari apa yang kulakukan, kuhaturkan maaf.’

            ‘Senang bisa mengenalmu, Cho Kyuhyun. Selamat tinggal.’

            ***

            Confession: 11 Februari 2010

            “Baiklah, lihat apa yang kau perbuat pada Nintendo 3DS pemberian Karl milikku. Kau melubanginya lagi dengan alasan mencoba kehebatan handgun Walther P99 itu?!” Kyuhyun berdecak kesal.

            Mihaeru yang tengah menikmati cokelat mengangguk polos. “DS itu sama sekali tidak ada harganya dibandingkan dengan pistolku. Harusnya kau melihat adegan di mana peluru penembus itu dengan gaya slow motion melubangi DS-mu.”

            Kyuhyun memutar bola matanya. “Melihat adegan mengerikan itu tak berbeda jauh dengan melihat kematian kekasihku sendiri. Ah, setelah ini aku akan kembali merengek pada Roger agar dibelikan DS baru.”

            Gadis blonde itu tak menjawab. Ia memfokuskan diri membaca buku tebal seraya menikmati cokelat. Kyuhyun ingin bertanya sesuatu, namun ia ragu.

            “Uhm… Keehls, apa ada memori lain yang kauingat selain suara teriakkan dan wajah ketakutanku ketika ditodong pistol?”

            Mihaeru tampak mengernyit. Lalu ia tersenyum sekilas, entah apa maksudnya. “Ada.”

            Laki-laki itu menelan ludah dengan susah payah. Dia penasaran, sebenarnya, selama jiwa Mihaeru menghilang, di mana ia berada? Akan sangat menarik apabila gadis tersebut mengingatnya.

            “Ceritakan padaku,” pinta Kyuhyun.

            “Aku bermimpi, kau datang ke ruanganku, mengelus pipiku dan mengulum bibirku.”

            Kyuhyun kehilangan kata-kata. Ia merasa ada petir imajiner menyambar-nyambar di atas kepalanya. Kalau Mihaeru tahu bahwa hal itu nyata, maka ia akan…

            Mihaeru memandang Kyuhyun tajam. “Seandainya kau melakukan hal semacam itu, kau akan bernasib serupa dengan DS-mu. Aku akan melubangi tempurung kepalamu tak ubahnya Nintendo 3DS milikmu yang malang itu.”

            ***

            EPILOGUE

            Halle Lidner tengah memandang anak-anak panti asuhan yang tengah asyik memperebutkan satu bola di lapangan. Pandangannya tertuju pada satu sosok laki-laki. Will. William Hernberg. Ia mulai menyukai ‘pendatang baru’ di panti asuhan ini.

            “Cih, jadi, seperti itu tampang seorang gadis ingusan ketika jatuh cinta.”

            Gadis itu terlonjak kaget ketika melihat Mihaeru bersama cokelat kesayangannya sudah berada di sampingnya. Halle memasang muka masam.

            “Aku sangat berterima-kasih apabila kau tidak menggangguku, Mihaeru,” cetus Halle.

            “Haa! Menyebalkan sekali wajahmu itu. Ingin aku mengacaknya dengan kedua tanganku menjadi tak beraturan, menyebalkan.”

            “Che… siapa yang kausebut menyebalkan? Kau adalah ratunya menyebalkan.”

            “Terima kasih atas pujiannya,” ujar Mihaeru lempeng yang semakin membuat amarah Halle memuncak sampai ke ubun-ubun.

            “Aku membencimu!”

            Gadis blonde itu melirik sekilas ke arah gadis cantik yang baru saja memproklamirkan perasaan benci padanya. “Kau pikir aku tidak?”

            Halle Lidner melipat tangan di depan dada, wajahnya semakin masam. Sama sekali bukan pemandangan yang bagus untuk ditonton, tapi entah kenapa Mihaeru senang melihatnya. Ia tertawa membuat gadis yang tengah kesal itu merasa bingung.

            Tanpa memandang Halle, Mihaeru menyodorkan sebatang cokelat pada gadis cantik tersebut. “Cokelat bisa meredam emosi, kau tahu? Ambillah dan nikmati sensasi rasa perpaduan antara manis dan pahit di dalamnya.”

            Halle ragu, namun ia menerimanya. Entah kenapa hatinya merasakan suatu perasaan aneh. Ia merasa… senang. Gadis itu membuka kertas silver yang membukus cokelat tersebut, dan ia mulai menggigit cokelat pemberian Mihaeru. “Kau tahu betul aku sangat membencimu,” ujar Halle disela kunyahan cokelatnya.

            “Kau pun tahu betul aku tak kalah membencimu,” balas sang gadis blonde.

            Empat mata itu saling melirik, sampai keduanya sama-sama menarik kedua ujung bibir mereka membentuk sebuah senyuman.

            “Kau adalah teman perempuanku yang pertama, Lidner.”

            Sementara dua rival yang kini sudah berbaikan dengan cara aneh itu, tak jauh dari mereka, terlihat sesosok gadis berkepang dua tengah melukiskan kuasnya pada kanvas putih. Linda tersenyum sambil melukis dua orang yang paling berpengaruh dalam hidupnya. Lukisan dua perempuan yang tengah tersenyum dengan mata saling melirik.

            “Mereka adalah dua musuh abadi yang paling aneh. Saling mengatakan benci namun saling melempar senyum.”

            Linda terkesiap kaget ketika mendengar suara lembut terdengar dari belakangnya. Kedua pipi putihnya merona seketika.

            “Nate…” Linda bergumam sementara Nate tersenyum memandang lukisan gadis itu. Kini dua pasang mata itu terarah pada sosok laki-laki yang tengah berlari dari kejauhan menuju tempat Mihaeru dan Halle.

            Cho Kyuhyun.

            “Roger membawakan banyak cokelat untukmu, Keehls!” Kyuhyun berteriak lantang.

            ** END **

            *Ngusap keringat* Fiuh, selesai juga project FF saya yang ini. Sebenarnya, endingnya sedikit melenceng dari apa yang saya rencanakan sebelumnya. Kalau saya pakai ending yang pertama, FF-nya dijamin akan lebih panjang dari ini. Dan akhirnya, yang tadinya direncanakan twoshot pun berubah menjadi threeshot. Saya teriak-teriak sendiri waktu liat word(s)nya. Astaga! Chapter 1 aja hanya 3.666 words, kenapa chapter 2 malah 8.707 words? Jauh banget bedanya *nangis kejer*

            Dengan terpaksa, chapter 2 saya potong menjadi dua bagian. Epilogue hanya sebagai pemanis cerita ~:3 Maaf apabila ceritanya Oh, so freak. Maklum lah, penulis abal. Jadi, berhenti melempari saya dengan barang-barang butut itu. Kalo dilempar dollars boleh tuh ($~$)

            Silakan layangkan tinju—eh, kritik, kesan, pesan, pujian, atau hinaan pada kolom komentar di bawah ini ~:3 at last but not least, domo arigatou gozaimasu! \\(^o^)// Aishiteruuu :* #plak

            Thursday, August 15, 2013
            02:16 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar