Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Valentine Merepotkan © KENzeira
Warnings
: AU, OOC, alur cepat, typo(s), dan kesalahan lainnya
Genre
: Romance
Rate
: K+
Special for Valentine Day and my sister
magenta-alleth
<( Happy Reading )>
~oOo~
Laki-laki
dengan gaya rambut yang dikuncir seperti nanas itu berjalan dengan santai
menuju kelasnya. Masih lima menit lagi waktu bel masuk berbunyi. Meskipun
otaknya encer, tapi laki-laki yang bernama Shikamaru Nara itu sangat malas. Ia
amat tidak ingin direpotkan.
Sang
tuan pemalas itu melempar tasnya ke atas meja, lalu ia duduk dengan punggung
bersandar pada sandaran kursi. Tak lama setelah itu bel pun akhirnya berbunyi.
Chouji,
teman di sebelah Shikamaru sibuk memasukkan snack ke dalam mulutnya. Bel masuk
bukan berarti laki-laki bertubuh gendut itu berhenti makan. Dan Shikamaru tahu
betul apa yang akan terjadi setelah Chouji berhasil menghabiskan snacknya.
Bersendawa.
Ya,
sendawa yang sangat mengganggu telinga.
“Chouji,
tak bisakah kau berhenti melakukan kebiasaanmu bersendawa itu?!” Shikamaru
tidak tahan mendengarnya. Meskipun ia bisa menutup telinganya, tapi frekuensi
sendawa Chouji tak bisa di prediksi.
“Ah,
Shikamaru~” hanya itu yang keluar dari mulut Chouji. Selebihnya ia diam sambil
menimang-nimang apakah guru fisika segera datang atau tidak. Jika tidak datang,
Chouji bisa membuka sncak yang berikutnya.
Anko-sensei masuk ke dalam kelas.
“Hari
ini, Orochimaru-sensei tak bisa
mengajar seperti biasa. Mendadak ia ada urusan yang mengharuskannya absen hari
ini. Tapi, beliau menitipkan tugas pada saya. Sekarang, kalian kerjakan buku
paket halaman tujuh puluh tujuh, selesai tidak selesai harus dikumpulkan.” Kata
Anko-sensei panjang lebar.
Siswa-siswi
yang ada didalam kelas pun mengeluh ketika melihat soal yang ada pada buku
paket tersebut. Bagaimana bisa mereka mengerjakan, kalau Orochimaru-sensei – selaku guru fisika belum
menjelaskan materinya.
Seusai
mengatakan itu, guru Anko akhirnya pergi meninggalkan kelas mengingat ia ada
jadwal mengajar di kelas lain. Bukannya mengerjakan soal, siswa-siswi di kelas
XI-B itu sibuk mengobrol hal-hal yang sama sekali tidak penting.
“Eh,
Sikamaru, kau mau memberi hadiah apa besok pada Ino?” tanya Chouji sambil
membuka segel snack yang akan menjadi korban berikutnya. Yang ditanya
mengernyit tak mengerti. Memangnya besok hari ulang tahun Ino?
“Untuk
apa memberi hadiah?” Shikamaru balik tanya. Sakura yang tempat duduknya di
depan Shikamaru menoleh sambil memasang wajah yang kaget.
“Hey,
Shikamaru, memangnya kau tidak tahu besok hari valentine?!” bukannya Chouji
yang menjawab malah Sakura yang menjawab. Tapi setidaknya, jawaban mereka akan
sama.
“Heh?!
Valentine? Memangnya kenapa hari valentine?” tanya Shikamaru polos. Rasanya
Sakura dan Chouji seperti terjungkal dari tempat duduknya mendengar kalimat
yang keluar dari Shikamaru.
“Aduduh,
kau ini bodoh apa bagaimana?! Hari valentine itu adalah hari kasih sayang, hari
dimana para pasangan kekasih saling bertukar hadiah!” jawab Sakura ketus. Gadis
berambut pink ini mulai terpancing kekesalannya.
Shikamaru hanya menggaruk tengkuknya.
“Aku
pernah dengar sih, tapi aku belum pernah bertukar hadiah.” Ujar Shikamaru
lempeng.
“Tentu
saja karena kemarin-kemarin kau tidak punya pacar.” Celetuk Chouji.
“Ralat,
bukan kemarin-kemarin, tapi Shikamaru memang baru pertama kali punya pacar!”
kali ini celetukan sadis keluar dari Sakura. Shikamaru hanya mendengus.
“Lagipula
apa pentingnya hari valentine?” kali ini pertanyaan super nyolot keluar dari
mulut Shikamaru. Kalau saja yang tadi bertanya adalah Naruto, sudah pasti
Sakura mendaratkan jitakannya di kepala Naruto. Sayang, ini bukanlah Naruto,
jadi Sakura tidak berani melakukannya.
“Aku
tidak tahu penting atau tidak, yang pasti Ino akan kecewa jika kau tak
memberinya hadiah. Aku kenal betul bagaimana Ino.” Ujar Sakura sambil
mati-matian menahan tangannya supaya tidak menjitak kepala nanas Shikamaru.
Laki-laki
yang memiliki bola mata kecil itu termenung ketika mendengar kata kecewa.
‘Kalau
Ino kecewa, ia akan marah. Kalau ia marah, ia akan ceramah panjang lebar. Kalau
ia ceramah panjang lebar, aku lagi-lagi mati kebosanan. Astaga, aku baru tahu
kalau ternyata memiliki pacar itu merepotkan.’
o-o-o-o-o
“Hari
ini kau sering diam, kenapa?”
“Aku
tidak apa-apa.” Jawab Shikamaru sambil mengaduk-ngaduk jus coklatnya. Saat ini,
Shikamaru dan Ino tengah menghabiskan waktu istirahat di kantin. Sama seperti
hari-hari biasanya.
“Kalau
kau ada masalah, katakan saja.” Ujar Ino. Mata aquamarine-nya memandang Shikamaru, yang dipandang justru anteng
memandang jus coklatnya seolah jusnya lebih menarik daripada Ino.
“Aku
tidak apa-apa.” Lagi-lagi Shikamaru menjawab demikian, hal itu membuat Ino
menghela nafas bosan. Ino tahu betul bagaimana Shikamaru. Laki-laki itu tidak
mau direpotkan, dan mungkin untuk menceritakan masalahnya sendiri pun bagi
Shikamaru adalah hal yang merepotkan.
“Kau
mengatakan tidak apa-apa, tapi entah mengapa bagiku kau ada apa-apa.” Tutur Ino
setengah melamun. Mendengar itu, Shikamaru mengangkat wajahnya dan memandang
Ino. Dua sejoli itu saling berpandangan beberapa saat sebelum akhirnya
Shikamaru mengalihkan pandangannya pada objek lain selain Ino.
“Aku
hanya sedang berpikir.” Ucap Shikamaru akhirnya. – berpikir akan memberi hadiah
apa besok padamu, lanjut Shikamaru dalam hati.
“Tumben
kau berpikir. Memangnya apa yang kau pikirkan?” tanya Ino heran. Meskipun
mempunyai IQ di atas rata-rata, bukan berarti Shikamaru sering menggunakan
otaknya untuk berpikir.
“Bukan
hal yang penting.”
“Bukan
hal yang penting? Lalu untuk apa kau repot-repot memikirkannya?!” cetus Ino
sedikit menyindir. Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran kekasihnya, sungguh
bukan hal yang mudah ditebak.
“Lagi-lagi…”
Shikamaru menghela nafas panjang. Ino mulai marah lagi.
“Lagi-lagi
apa?! Kau mau bilang kalau aku pemarah?!”
“Kau
mengatakannya sendiri.” Ujar Shikamaru lempeng membuat Ino mendidih seketika.
Gadis berambut pirang itu berdiri dari duduknya dan –
BRAKK!
–
menggebrak meja.
“Astaga!
Kau ini…, tch! Aku semakin yakin kalau kau memang tidak tertarik padaku!” cetus
Ino lalu melangkah pergi meninggalkan Shikamaru dan kebodohannya.
Kini,
Shikamaru semakin merasa direpotkan dengan makhluk bernama perempuan. Anehnya,
meski tak mau dipikirkan, otaknya tetap memikirkan.
o-o-o-o-o
‘Sebenarnya,
aku ini kenapa?’
Shikamaru
berbaring di atas ranjangnya. Memikirkan kejadian beberapa jam yang lalu ketika
Ino marah padanya. Apa ia keterlaluan?
Laki-laki
berambut seperti nanas itu memandang ponselnya nanar. Tak ada satu pesan pun
yang masuk. Itu berarti Ino benar-benar marah. Entah kenapa Shikamaru menjadi
gelisah. Rasanya ia ingin sekali mengirimi Ino-nya pesan singkat, tapi ia tak
punya keberanian – bukan, ia hanya belum siap kalau Ino tak membalas pesannya.
Seperti
pecundang?
Belum
selesai masalah hari valentine, ditambah lagi masalah Ino yang ngambek.
Bagaimana bisa Shikamaru memberi hadiah kalau Ino masih marah?
‘Mungkin
saja Ino akan memaafkanku kalau aku beri hadiah.’
Entah
semangat dari mana, Shikamaru bangkit dari tidurnya dan mengambil beberapa
lembar uang kertas dari tempat persembunyainnya. Tempat menyembunyikan uangnya.
Kalau tidak disembunyikan, ibunya pasti akan mengambilnya dengan alasan untuk
bekalnya sekolah.
o-o-o-o-o
Kamis,
14 Januari.
Seperti
biasa, Shikamaru berangkat sekolah dan tentunya belajar disana. Tapi, ada satu
hal yang beda dari laki-laki itu sekarang, yaitu semangatnya. Membayangkan Ino
tersenyum senang ketika nanti menerima hadiah darinya membuat semangatnya
membuncah. Ia benar-benar tidak sabar menunggu bel pulang berbunyi.
“Aku
tidak menyangka akan mendapat coklat…” ujar Chouji setengah melamun sambil
memandang coklat yang dipegangnya.
“Itu
berarti ada yang tertarik padamu.” Kata Shikamaru di akhiri senyumannya.
Melihat itu, Chouji ikut tersenyum. Ia tak pernah menduga kalau ia juga bisa
mendapatkan coklat seperti teman-temannya. Yang Chouji sayangkan adalah, ia
tidak tahu siapa yang memberinya coklat. Coklat misterius itu sudah tersimpan
di kolong meja miliknya.
“Aku
harap begitu.” Chouji nyengir lebar setelah mengatakan itu.
“Ngomong-ngomong,
Ino kemana ya? Biasanya ia datang ke kelasku kalau bel istirahat.” Gumam
Shikamaru. Chouji hanya mengangkat bahu, ia tidak tahu.
“Coba
saja kau datang ke kelasnya…” usul Chouji, laki-laki bergaya rambut mirip nanas
itu berpikir sejenak. Perkataan Chouji ada benarnya juga.
“Kau
benar…, baiklah, aku akan ke kelas Ino.” Kata Shikamaru akhirnya. Ia bangkit
dari duduknya dan melangkah menuju kelas Ino yang hanya terhalang dua kelas.
Shikamaru
terdiam sejenak ketika ia hampir sampai di pintu kelas Ino.
‘Apakah
aku harus masuk?’
Mengabaikan
pertanyaan yang berkecamuk, Shikamaru melanjutkan langkahnya dengan penuh
semangat. Tapi, langkah laki-laki itu mendadak terhenti. Bukan karena ia ragu,
tapi karena ia melihat apa yang tak pernah di bayangkan olehnya. Belum sampai
di pintu kelas, Ino sudah keluar. Tapi, gadis itu tak sendiri, melainkan
bersama laki-laki yang kulitnya putih pucat. Shikamaru tahu itu adalah Sai.
Ino
melewati Shikamaru begitu saja. Yang tak bisa di terima oleh Shikamaru adalah
Ino yang seolah sengaja menggandeng lengan Sai. Bahkan gadisnya itu melempar
senyum manisnya pada laki-laki berkulit putih pucat itu.
Shikamaru
lemas seketika. Ia ingin marah. Tapi, pada siapa?
Laki-laki
jangkung itu merogoh kantong celananya, memandang nanar pada jepit rambut yang
kemarin di belinya.
‘Untuk
apa aku beli hadiah? Hari valentine yang merepotkan.’
Shikamaru
merasa menjadi laki-laki paling bodoh di dunia. Semerepotkan apapun, ia tetap
membutuhkan Ino di sampingnya. Demi Tuhan, Shikamaru butuh Ino.
o-o-o-o-o
Laki-laki
berambut ala nanas itu menutup wajahnya dengan bantal. Sebagai laki-laki, ia
amat malu jika ketahuan menangis. Apalagi gara-gara perempuan. Shikamaru tak
pernah berpikir Ino akan tega melakukan hal demikian, tapi apa yang dilihatnya
membuktikan bahwa Ino bisa meninggalkannya kapan saja.
Jepit
rambut berbentuk kupu-kupu itu tergeletak di meja belajarnya, ia tak tega jika
harus membuangnya. Walau bagaimanapun, ia masih berpikir mungkin sepulang
sekolah Ino mau menemuinya. Dengan begitu, jepit rambut itu akan ia berikan
pada gadisnya itu. Tapi, nyatanya Ino pulang duluan. Ino membiarkan Shikamaru
pulang sendirian.
Waktu
sudah menunjukkan pukul delapan malam. Tak ada tanda-tanda Shikamaru akan
keluar dari kamarnya. Padahal, setelah pulang sekolah laki-laki itu belum makan
apapun. Galau membuat nafsu makannya menguap.
Mendadak
ponselnya berbunyi tanda ada satu pesan yang masuk. Shikamaru meraih ponselnya
dan membuka pesan tersebut.
Aku marah padamu, tapi aku tak bisa bohong kalau aku
merindukanmu.
o-o-o-o-o
Yamanaka
Ino berbaring di kasurnya. Tak ada tanda-tanda Shikamaru akan membalas
pesannya. Ino semakin kecewa. Gadis cantik itu semakin yakin kalau gagasan
bahwa Shikamaru tidak tertarik padanya itu benar. Shikamaru tak menunjukkan
kecemburuannya ketika Ino dengan sengaja menggandeng lengan Sai.
‘Apa
aku keterlaluan? Tapi, sepertinya Shikamaru memang tidak tertarik padaku…’
Gadis
berambut pirang itu mengusap-ngusap matanya yang mulai basah. Bahkan ketika
marah pun, Shikamaru tak mencoba menghubunginya. Apa laki-laki itu tidak tahu
kalau Ino gelisah? Atau jangan-jangan Shikamaru tidak peduli pada perasaan Ino?
Rasanya
Ino semakin kecewa mengingat yang mengatakan perasaannya duluan adalah Ino.
Gadis cantik itu gemas karena Shikamaru terlalu berputar-putar ketika ingin mengatakan
kalau ia menyukai Ino, setidaknya itu gagasannya waktu itu. Akhirnya, Ino
menyuarakan perasaannya pada laki-laki dengan IQ di atas 200 itu.
Setelah
tahu kalau ternyata Shikamaru juga menyukai Ino, gadis berkulit putih mulus itu
senang bukan main. Akhirnya perasaannya terbalas juga setelah bertahun-tahun
cintanya bertepuk sebelah tangan dengan Sasuke. Meski tak sekeren Sasuke,
Shikamaru adalah pribadi yang baik walaupun tidak mau direpotkan.
‘Tapi…
bisa saja kalau Shikamaru berkata bahwa ia juga menyukaiku karena tak ingin
melukai perasaanku, ‘kan?’
Rasanya
mata Ino semakin basah. Akan lebih baik kalau waktu itu Shikamaru tak menerima
perasaannya. Setidaknya, Ino tak akan sekecewa ini.
Gadis
beriris aquamarine itu terlonjak
kaget ketika ponselnya berbunyi. Dari Shikamaru!
Keluarlah, aku ada di depan rumahmu.
Astaga!
Ino sama sekali belum mandi! Kegelisahannya membuat gadis itu malas untuk
mandi. Akhirnya Ino berlari-lari kecil ke kamar mandi untuk mencuci muka dan
menggosok gigi. Dengan cepat, lengannya merapihkan ikatan pada rambutnya.
Merasa cukup rapi, Ino melangkah keluar rumah.
“Hai…”
sapa Shikamaru. Entah kenapa Ino merasa berdebar-debar.
“H-hai…”
ya ampun, bahkan Ino tergeragap. Efek salah tingkah, lengan Ino merapikan pony-nya yang menjuntai panjang.
Shikamaru juga terlihat sama salah tingkahnya, buktinya laki-laki itu
menggaruk-garuk tengkuknya.
“Aku
minta maaf, oh ya…” ujar Shikamaru lalu tangannya merogoh sesuatu dalam saku
celananya. “Ini untukmu, tidak bagus. Tapi, aku pikir ini akan sangat manis
kalau dipakai di rambutmu.” Lanjutnya sambil memberikan jepit rambut kupu-kupu
itu pada Ino.
“Arigatou…” kata Ino sambil melihat jepit
rambut kupu-kupu yang kini berpindah tangan padanya. Indah, itulah yang Ino
pikirkan saat melihat jepit rambut tersebut.
“Ya,
pertama aku melihatnya, aku langsung berpikir betapa manisnya jika rambutmu di
pakai jepit rambut itu. Itu hadiah valentine pertama yang aku berikan pada
seorang gadis.” Tutur Shikamaru. Mendengar itu, mau tak mau membuat Ino
tersipu.
“Sou ka…, kalau begitu, maukah kau
memakaikannya?”
Shikamaru
terdiam sejenak, mengatur jantungnya yang mulai berdetak terlalu over. “Ya, tentu saja.”
Shikamaru
kembali mengambil alih jepit rambut itu lalu ia memakaikannya di rambut pirang
Ino. Benar saja, Ino terlihat sangat manis dengan jepit rambut itu. Laki-laki
berambut ala nanas itu tersenyum melihat ada rona kemerahan di pipi gadisnya.
“Shikamaru,
apakah kau menyukaiku?” tanya Ino takut-takut.
“Kau
ini bicara apa? Tentu saja aku menyukaimu. Kalau tidak, untuk apa aku
repot-repot mencari hadiah untuk hari valentine yang merepotkan ini?” cerocos
Shikamaru. Mendengar itu, Ino lega sekaligus senang. Benar juga apa yang di
katakan Shikamaru.
“Aku
merasa lega sekarang, aku pikir kau tidak menyukaiku karena waktu aku marah
kemarin kau sama sekali tidak mengirimi aku pesan.” Tutur gadis berambut pirang
tersebut.
“Ah,
itu… aku tidak siap jika pesanku tidak kau balas.”
“Dan
lagi, kau seperti tidak peduli ketika aku menggandeng lengan Sai. Padahal, aku
ingin sekali kau cemburu…”
“Eh?
Waktu itu… aku tidak bisa berpikir, rasanya terlalu sakit di sebelah sini.”
Ujar Shikamaru sambil menujuk ke arah dadanya.
“Gomen nasai, aku tak bermaksud…”
Shikamaru
menarik tangan Ino dan mendekapnya erat, mendapat perlakuan seperti itu membuat
gadis cantik itu terkesiap kaget. Tapi, ia tak menolak. Ini adalah pertama
kalinya Shikamaru memeluk Ino.
“Aku
tahu, maaf sudah membuatmu gelisah.”
Ino
mengangguk masih dalam dekapan Shikamaru. Gadis cantik itu baru tahu kalau
ternyata dipeluk Shikamaru rasanya hangat dan juga mendebarkan. Tak ada
tanda-tanda kekasihnya itu akan melepas dekapannya, lagipula Ino masih nyaman
seperti ini.
“Jangan
berbuat seperti tadi. Aku tak ingin kau dengan laki-laki lain…”
“Tidak
akan,”
“Aku
menyukaimu – tidak, aku mencintaimu.”
Mendengar
penuturan Shikamaru, mau tak mau membuat Ino mengeratkan dekapannya. Ia terlalu
bahagia. Ia tak menyangka ternyata Shikamaru lebih dari menyukainya.
“Aku
juga…”
Mendengar
jawaban Ino, Shikamaru melepas pelukannya lalu memandang mata aquamarine itu. Melihat kejujuran di
mata yang indah itu. Kemudian Shikamaru tersenyum.
“Ngomong-ngomong,
kau mau memberiku hadiah apa?” tanya Shikamaru.
Astaga!
Bahkan Ino tak berpikir akan memberi sesuatu pada Shikamaru! Gadis berambut
pirang itu berpikir keras, apa yang bisa ia beri pada kekasihnya sekarang.
Kedua
lengan Ino meraih tengkuk Shikamaru, mendekatkan wajah laki-laki itu ke
wajahnya. Dan sudah bisa di tebak –
CUP!
–
Ino mencium bibir Shikamaru sekilas. Hanya sekilas tapi debarannya semakin menggila.
Laki-laki berambut ala nanas itu cengo. Shikamaru tak menyangka Ino akan
menciumnya. Demi Tuhan, ia belum pernah dicium dan mencium perempuan!
“Ino…”
“Itu
hadiah dariku. Di hari white day
nanti, aku akan memberimu hadiah lagi.”
Keduanya
tersenyum. Keduanya saling memandang. Ada perasaan yang menguar dari keduanya.
Cinta, bisa dibilang seperti itu.
OWARI
~oOo~
Halooo, Ken datang lagi dengan fict
one-shoot special hari valentine dan tentunya special untuk magenta-alleth, my
sister :3
Ceritanya sederhana saja, ide yang
banyak di gunakan di pasaran. Mungkin juga rada-rada gaje wkwkwk
Soal EYD, dimanakah yang perlu Ken
perbaiki? :)
Nah, readers, maukah kalian memberi
reviews?
KENz
:3
indah nya
BalasHapus