ANOTHER SOUL
Cast:
-
Cho Kyuhyun (SJ)
-
Mihaeru Keehl
(DN—you know who’s Mello or Mihael Keehl)
-
Etc
Genre:
Mystery, Thriller and a bit Supernatural
Rate:
For 16+ (Tidak dianjurkan untuk di
bawah 16 tahun)
Disclaimer:
The plot is MINE, well, please don’t
copy and paste without my permission. Characters belong to themselves, their
parents, and whatever
Warning:
Probably rush, typo(s)—Uh, I’m sorry for
that, and OOC. AU. I’ve warned you.
(AN: Enjoy
read my story with clasp a some cup of tea, milk, or coffee in your
hand—because the words are 3.666 ^.^)
[] Chapter I of 3
[]
\(^.^ Enjoy~!
^.^)/
***
The Tragedy: 26
Januari 2010
Sesosok gadis remaja tanggung menarik satu ujung bibirnya
ke atas membentuk sebuah seringai. Sementara itu laki-laki di hadapannya mundur
teratur dengan wajah ketakutan. Ia tidak takut dengan seringaian gadis berambut
pirang alami sebahu tersebut, yang ia takuti adalah alat yang dipegang sang
gadis.
Handgun Walther
P99. Pistol tangan yang tepat di arahkan ke organ vital laki-laki itu—jantung.
“Hentikan… Keehls.”
sang laki-laki yang terpojok melirih.
Seringaian di bibir tipisnya semakin melebar kala manik aquamarine miliknya menangkap sosok itu
yang sedang dilanda ketakutan maha dahsyat. Sang gadis pirang menekan
pelatuknya, hanya tinggal dilepas, maka semuanya akan berakhir.
“Farewell,
Cho,” ujarnya dingin sebelum suara tembakan terdengar begitu memekakkan
telinga.
DOR!!!
Laki-laki itu terjatuh. Sang gadis penembak ikut
terjatuh. Dua anak manusia itu sama-sama kehilangan kesadaran. Semuanya gelap.
Sangat gelap. Sampai suatu hari seorang laki-laki bernama lengkap Cho Kyuhyun tersadar, ia masih
bernapas. Tembakan itu tidak mengenai jantungnya, namun hampir. Dan yang membuatnya bertanya-tanya adalah…
Kenapa justru gadis yang menembaknya belum sadarkan diri
dari koma?
***
Escape From The Scrodinger’s House: 24 Desember 2009
Satu bulan sebelumnya…
—Panti Asuhan Schrodinger’s House, Winchester,
Inggris.
“Nah, ini adalah pohon natal khusus untuk kalian bertiga.
Hiasilah dengan pernak-pernik yang indah. Dan untuk kau, Mihaeru Keehl, jangan merusaknya seperti tahun kemarin!”
Roger—kakek tua penanggungjawab panti asuhan menegaskan. Ditatapnya berkilat
sang gadis berambut pirang sebahu yang tahun lalu merusak pohon natal yang
diberinya.
“Cih, kenapa hanya aku yang harus kau khawatirkan? Nate
dan Kyuhyun juga memiliki peluang untuk merusak pohon itu!” Mihaeru—nama gadis
itu—menjawab tak mau disalahkan.
“Seandainya Linda atau Halle Lidner yang menjadi
peringkat kedua di panti asuhan ini…” Roger mengeluh seraya melenggang
meninggalkan tiga anak asuhnya dalam sebuah ruangan.
Mihaeru nyaris melempar bola lampu ke kepala kakek tua
itu kalau saja sesosok laki-laki Asia tidak menahan tangannya. Cho Kyuhyun.
Gadis itu mendecih kesal sementara si bocah albino Nate justru mulai
mencari-cari gundam untuk ia pasang di pohon natal.
“Haa! Dia pikir gadis nakal sepertiku tidak bisa
menempati peringkat kedua?! Kakek tua tanpa rambut itu terlalu meremehkan
kemampuanku!” kata Mihaeru berapi-api.
Kyuhyun tersenyum geli. “Sudahlah, Keehls, kurasa Roger
ada benarnya juga. Tak seharusnya tahun lalu kau merusak pohon natal dengan
sengaja melemparkan gula-gula ke sana. Kau tidak lihat betapa repotnya ia
mengurusi semut yang terhampar di pohon natal dan juga ruangan di sekitarnya.”
“Dia pantas mendapatkan itu, Cho.” Sejujurnya gadis itu
tidak suka mendengar temannya membela Roger. Ia merogoh saku celana kulit
hitamnya dan menemukan apa yang dibutuhkannya ketika ia sedang dalam mood buruk. Cokelat.
“Dia terlalu renta untuk mendapatkan kesialan darimu,
Mihaeru-san.” Nate berkata dengan kedua tangan yang sibuk menalikan gundam
miliknya di pohon natal.
Nate River,
laki-laki albino yang notabene lahir
di Inggris menghargai Mihaeru yang keturunan Jepang dengan memanggil nama gadis
itu menggunakan embel-embel san.
Berbeda dengan Kyuhyun yang keturunan Korea Selatan, laki-laki itu lebih senang
memanggil gadis tersebut dengan nama keluarganya—Keehl. Namun ia lebih sering
memanggilnya ‘Keehls’, baginya itu terdengar manis. Sekalipun Mihaeru Keehl
jauh dari kriteria gadis manis.
“Diam sajalah kau, pendek!” cetusnya.
Nate adalah laki-laki dengan kepribadian yang tenang.
Tubuhnya memang mungil, tidak seperti anak seusia 16 tahunan, tapi ia tetap
tampan—walaupun rambutnya berwarna putih keperakan. Nate berpakaian serba
putih, kemeja kebesaran warna putih dan juga celana panjang kebesaran warna
putih. Ia cerdas, sangat cerdas. Hal itu seolah menegaskan dirinya ibarat sosok
malaikat yang tersesat di dunia antah berantah.
Berbanding terbalik dengan Mihaeru. Dia memang seorang
gadis yang memiliki wajah cantik meski lebih terlihat sangar. Ia pribadi yang
emosional. Amarahnya meledak-ledak tak terkendali. Semua pakaiannya berwarna
hitam—kecuali vest bulu pemberian
Kyuhyun yang berwarna merah. Namun, di balik itu semua, tersimpan kesepian yang
mendalam di hatinya. Dan tak ada seorang pun yang tahu, kecuali teman baiknya
sekaligus teman satu kamarnya—Cho Kyuhyun.
“Ah, kalian selalu bertengkar apabila berada dalam satu
ruangan.” Si laki-laki berambut ikal menceletuk. Setelah mengatakan hal itu,
dengan cueknya ia merogoh kantong jaket depannya, mengambil PSP di sana untuk
kemudian ia mainkan tanpa berniat menghias pohon natal yang berdiri kokoh di
tengah ruangan.
Merupakan suatu kebiasaan di Panti Asuhan Schrodinger,
antara peringkat satu sampai tiga mendapat pohon khusus di hari perayaan natal.
Adalah Nate si peringkat pertama, Mihaeru sebagai runner-up, dan Kyuhyun yang menduduki posisi ketiga. Tiga anak
sebatangkara yang memiliki perbedaan ras serta tingkah laku—juga latar belakang
masalalu.
“Akan terlihat indah apabila kau menghias pohon natal
dengan kalung rosario milikmu, Mihaeru-san,” ujar Nate. Kali ini ia tengah
memasang boneka tokoh superhero.
“Sampai mati pun aku tidak akan melepas kalung ini!”
tegasnya.
Kyuhyun yang sibuk dengan PSP-nya melirik sekilas ke arah
dua anak yang jika diibaratkan seperti yin
dan yang. Ia tahu asal-usul kalung
rosario milik Mihaeru. Kalung itu satu-satunya peninggalan mendiang ayahnya
sebelum meninggal ditembak polisi karena melarikan diri seusai ketahuan membobol
bank.
Laki-laki keturunan Asia tersebut menghembuskan napas
lega karena tak mendengar Nate membalas perkataan Mihaeru. Mungkin saking
terfokusnya bocah albino itu menghias pohon natal. Nate memang pemegang agama
yang teguh, tak seperti Kyuhyun dan juga gadis sangar itu.
Terdengar bunyi ‘Klak’ beberapa kali ketika Mihaeru
menggigit cokelat batangannya. Kyuhyun bertanya-tanya, apakah si gadis pirang
pernah mendapat pemikiran—walau sekilas—akan memberikan cokelat batangan yang
sama padanya? Diam-diam Kyuhyun cukup penasaran dengan rasa cokelat yang selalu
dinikmati Mihaeru.
***
Ada berbagai macam spekulasi kenapa laki-laki dan
perempuan berada dalam satu kamar di panti asuhan. Seperti halnya yang terjadi
pada Cho Kyuhyun dan Mihaeru Keehl.
Mihaeru adalah gadis yang tidak suka berbagi apapun yang
menjadi miliknya. Ia memiliki apa yang ia miliki hanya untuk dirinya sendiri.
Namun, nampaknya gengsinya yang setinggi langit itu terpaksa turun mengingat
tak ada satu anak panti pun yang bersedia satu kamar dengannya. Anak-anak
perempuan memprotes karena Mihaeru tak mau berbagi ranjang yang bahkan bukan
miliknya.
Dengan terpaksa, Roger menyarankan gadis angkuh nan
emosional itu satu kamar dengan Kyuhyun—mengingat hanya ia laki-laki yang
memiliki kamar sendirian. Lagipula, Roger yakin asumsinya yang mengatakan
Kyuhyun sosok innocent namun cuek
takkan bisa melakukan hal ‘macam-macam’ pada Mihaeru yang laksana serigala
buas.
Dua anak manusia itu tampak tenang dalam keheningan
malam. Sesekali dahi mereka mengerut kala mendapat mimpi tak mengenakan. Dan
merupakan hal biasa apabila Mihaeru terbangun tengah malam—atau bahkan dini
hari.
Seperti malam ini.
Jarum pendek jam menunjukkan ke angka dua sementara jarum
panjangnya menunjuk ke angka tiga. Mihaeru terbangun, bukan karena mimpi buruk.
Tapi karena ide bodoh terlintas dalam kepalanya yang kotor. Ia bangkit dari
posisinya berbaring, manik biru miliknya terarah pada sosok yang tengah
terlelap di atas karpet. Ia melangkahkan kakinya mendekat.
“Hey, bangun!”
Tak ada reaksi.
“Bangunlah bodoh!” Mihaeru tampak kesal. Ia terus
menggoyang-goyangkan bahu teman satu kamarnya. Dan Kyuhyun menggeliat pelan.
“Eng? Apa yang kau lakukan, Keehls?” ia bertanya seraya
mengucek-ngucek matanya yang memerah karena dibuka paksa.
“Ayo kita keluar dari panti! Di hari natal seharusnya
kita melakukan hal-hal yang menyenangkan.” Mihaeru menjawab.
Membutuhkan waktu beberapa detik bagi Kyuhyun untuk
mengumpulkan seluruh nyawanya demi memproses apa yang baru saja dikatakan gadis
dengan rambut pirang tersebut. Laki-laki itu mendudukkan diri.
“Kali ini apa?”
Ini bukan pertama kalinya Mihaeru meminta Kyuhyun keluar
bersama dari panti lewat tembok belakang. Entahlah, sudah tak terhitung. Dan
anehnya, Kyuhyun selalu dengan senang hati menerima ajakan gadis itu. Alasan
utama Mihaeru mengajak Kyuhyun adalah, agar ketika gadis itu ketahuan melanggar
peraturan, ia tidak dihukum sendirian.
“Tentu saja menemui Karl Snydar,” jawabnya mantap.
“Kau mau membeli senjata api baru lagi? Astaga, apakah
yang ada dalam lemarimu itu belum cukup?” Kyuhyun tak habis pikir, gadis itu sangat
maniak dengan senjata api. Ia mengoleksi berbagai macam pistol dari mulai handgun sampai senapan. Ia menggilai
senjata api sama ketika ia menggilai makanan manis yang mereka sebut cokelat.
Karl Snydar adalah pria pemilik toko senjata api.
Sebenarnya pria itu merupakan teman lama mendiang ayah Mihaeru. Maka tak heran
apabila pria itu selalu memberikan pistol unggulannya dengan harga cuma-cuma pada
gadis remaja yang menggeluti jejak ayahnya. Jangan tanya kenapa Mihaeru tak
mengikuti jejak ibunya, karena sejak ia dilahirkan, ia belum pernah mengenal
yang namanya sosok ibu.
“Haa! Bukan itu intinya! Ini hari natal, dia pasti akan
memberiku senjata api sebagai hadiah.”
“Tetap saja intinya akan ada pistol baru,” celetuk
Kyuhyun.
“Ayolah! Setelah itu aku janji akan menuruti apapun yang
kau mau.” Mihaeru mencoba bernegosiasi demi mendapatkan apa yang ia ingin.
“Jeongmal?”
“Katakan dengan bahasa yang kumengerti, bodoh!”
Kyuhyun tertawa geli melihat wajah kesal gadis di
hadapannya, Mihaeru sangat tidak senang dengan hal-hal yang tidak ia mengerti
sendiri. Ia harus mengerti semuanya karena ia tak mau terlihat bodoh. “Are you serious?”
Mihaeru mengangguk. “Ya, of course. Aku selalu serius dengan kata-kataku, jadi, kau mau
menemaniku, ‘kan?”
Laki-laki berambut ikal itu memasang
pose—pura-pura—berpikir, membuat gadis berambut pirang sebahu itu mendecakkan
lidah kesal. “Okay, aku akan
menemanimu menemui Karl. Dengan syarat, kau harus mau menemaniku pergi ke
museum setelahnya.”
“Itu sama sekali tidak sulit. Segeralah mencuci wajah dan
pakailah goggles-mu agar tak ada yang
mengetahui identitas kita. Aku akan memakai vest
bulu warna merah milikmu.”
“Yeah, as you wish,
Keehls,” jawab Kyuhyun diplomatis.
Mereka sama sekali tidak tahu malapetaka yang sudah
menunggu di depan sana.
***
Dmitri and His Rosary Necklace: 25 Desember 2009
“Aku sudah tahu kalian akan datang, anak-anak.” Karl
tersenyum ramah meski wajahnya sama sekali tidak terlihat ramah. “Nah,
masuklah. Akan kubuatkan cokelat hangat,” tambahnya.
Dua remaja tanggung itu mengekor di belakang Karl. Toko
senjata dan rumah adalah satu bagi pria itu. Jangan kira ruangannya sempit,
ruangannya cukup luas untuk menyimpan berbagai jenis senjata api, dan tentu
saja peralatan sehari-harinya.
Mihaeru berdecak kagum melihat berbagai macam senjata api
yang terpajang di setiap dindingnya, sangat banyak. Ia dan Kyuhyun duduk di
sofa warna biru tua yang nyaman serta empuk, berbeda dengan sofa di panti
asuhan. Sementara menunggu Karl, si maniak games
dengan lempengnya mengeluarkan PSP dan memainkannya.
“Aku tidak tahu apa yang membuat musim dingin belum
berakhir, tapi aku yakin butuh perjuangan besar untuk sampai di sini,” ujar
Karl sambil menyimpan dua cangkir cokelat hangat di meja. “Minumlah, wajah
kalian memerah. Pasti dingin sekali.”
“Ya, sangat dingin, dan kau harus membayar untuk itu.”
Mihaeru menceletuk.
“Tentu saja, tanpa kau minta aku akan memberikan yang special untukmu, Nona Keehl.”
Kyuhyun tahu apa maksud dari ‘special’ yang dikatakan
Karl. Sudah pasti, senjata api. Laki-laki itu mendengus pelan lalu mematikan
kembali PSP-nya. Ia meraih cangkir di hadapannya dan meminumnya perlahan.
“Kau yang terbaik!” puji Mihaeru.
“Yeah, aku tidak sebaik yang kaupikir, nak. Sebenarnya
semua senjata yang kumiliki adalah kumpulan senjata milik ayahmu dan aku, kami
menggabungkannya untuk dijual di pasar bebas. Tapi sekarang hanya aku yang
menjualnya setelah ayahmu tertembak polisi sialan itu.” Karl bercerita.
“Aku sudah tahu, Karl. Kau terus-menerus menceritakan itu
padaku sampai aku bosan mendengarnya.” Gadis itu mengejek.
“Ah, kurasa sudah saatnya aku mengatakan ini padamu, kau
cukup dewasa untuk memegang uang.”
“Apa maksudmu?”
“Aku tidak pernah memakai uang hasil penjualan senjata
api, aku menabungnya di bank. Kalau kau mau, kau bisa mengambil semuanya. Jack
Keehl adalah teman baikku, dan kau sebagai putri satu-satunya yang ia
tinggalkan lebih penting dari itu. Kau pantas mendapatkan apa yang ayahmu
obsesikan, nak.” Karl menjelaskan.
“Tidak, Karl, aku tidak berminat dengan uang.”
“Kau yakin akan mengabaikan sepuluh juta poundsterling?”
“Uhuk!” suara itu bukan berasal dari bibir tipis Mihaeru,
melainkan dari bibir Kyuhyun. Ia tersendak kaget saat mendengar nominal uang
yang barusan dikatakan Karl. Dan jangan bilang gadis itu akan menolaknya, lebih
tepatnya Mihaeru tidak boleh menolaknya. Uang sebanyak itu takkan habis dalam
sekejap waktu.
“Ya, ambil saja untukmu. Kau yang selama ini bersusah
payah menjualnya.”
Rasanya Kyuhyun terserang penyakit jantung dadakan saat
mendengar Mihaeru menolak uang tersebut.
“Kau sangat berbanding terbalik dengan ayahmu. Kupikir
kalian benar-benar sama.” Karl berkomentar. Mihaeru mengerti, ayahnya memang sedikit menggilai uang, karena itulah ia
merampok bank. “Tapi, nak, aku tidak mungkin memiliki semuanya. Setidaknya
ambillah separuh dari itu jika kau sungkan.”
“Aku tidak sungkan padamu, Karl. Kalau itu maumu, aku
akan mengambil setengahnya.”
Entah kenapa malah Kyuhyun yang bernapas lega. Lima juta
poundsterling, eh? Tidak buruk. Sangat bagus daripada menolak seluruhnya.
“Nah, itu lebih bagus. Tunggu sebentar, akan kuambil
hadiah untuk kalian.” Karl berlalu setelah mengatakan itu.
Kyuhyun terdiam beberapa saat. Ia yakin tak salah dengar,
pria itu mengatakan hadiah untuk kalian,
yang itu berarti ada salah satu untuknya juga. Biasanya Karl hanya memberi
hadiah pada Mihaeru. Ini aneh. Tapi sebisa mungkin si gamer tersebut bersikap tak acuh. Akan sangat tidak berguna apabila
hadiah yang dimaksud Karl adalah senjata api. Ia tidak suka senjata semacam
itu.
Karl datang kembali.
“Woah! Karl! Setelah Beretta Italia, sekarang kau
memberiku Walther P99?! Ini hebat sekali!” sepertinya Mihaeru bisa mati karena
terlalu senang.
Pria itu tertawa pelan. “Itu bukan apa-apa. Dan, oh, ini
untukmu, Cho.”
Cho Kyuhyun terdiam beberapa saat. Ia terpaku dengan
hadiah yang ada di tangan Karl. Nintendo 3DS! Hey, bahkan DS itu belum dirilis
di pasaran! Bagaimana bisa Karl mendapatkan itu? Entah kenapa Kyuhyun merasa
bersalah pernah tidak menyukai Karl.
“Woah, terima kasih, Karl.” Tentu saja ia berterima
kasih.
“Sebenarnya itu akan dirilis pertengahan tahun 2010, tapi
aku bisa mendapatkannya cuma-cuma dari teman lamaku yang notabene adalah pemilik perusahaannya.”
Sepasang mata obsidian itu fokus memandangi DS dalam
genggamannya. DS berwarna biru toska. Kyuhyun sangat menyukainya.
“Ah, aku juga punya detonator dan magazen box serta puluhan peluru armor piercing bullet di dalamnya. Untukmu, Mihaeru.” Karl
menambahkan.
Mihaeru heboh. Magazen
box adalah alat penyimpanan dan pengisian amunisi yang menyatu atau
dipasang pada senjata api yang paling populer untuk pistol dan senapan.
Sedangkan armor piercing bullet
adalah peluru penembus. Bisa menembus target yang dilindungi oleh lapisan keras
seperti baju anti-peluru, tank, beton, dan lain-lain.
“Dan… aku ingin kau memakai ini ketika pulang nanti. Aku
tidak mau kau sakit karena kedinginan,” ujar Karl seraya menyodorkan jaket
tebal warna merah maroon dengan hoodie berbulu. Mihaeru dengan senang
hati menerimanya.
“Domo
arigato-gozaimasu!” maka keluarlah bahasa asli dari mulut Mihaeru.
“Don’t mention it.”
***
Gadis itu mengusap-ngusap kedua telapak tangannya.
Kepulan asap terlihat kala sepasang membran mukosa miliknya terbuka demi
menghirup udara. Ia yakin jaket yang ia kenakan sangat tebal, tapi dinginnya
cuaca di luar tak membuatnya merasa lebih hangat.
“Apa yang membawamu ke museum? Kupikir kau bukan orang yang
menyukai hal-hal semacam itu,” kata Mihaeru. Ia melirik Kyuhyun lewat ekor matanya.
“Entahlah… ada sesuatu yang ingin kupastikan dari apa
yang dikisahkan Linda padaku. Linda bilang, di sana ada lukisan yang sangat
menarik.”
Mihaeru mengernyit mendengar jawaban Kyuhyun. “Linda
Brown?”
Laki-laki itu mengangguk.
Sang gadis menghela napas. “Astaga, semua lukisan adalah
sesuatu hal yang menarik bagi seorang Linda Brown, kau tahu itu. Dia adalah
pelukis terkenal di panti asuhan kita, jadi, tak mengherankan apabila ia
tertarik dengan berbagai jenis lukisan karya orang lain yang dipamerkan di
museum.”
Kyuhyun menggigit bibir bawahnya. “Sebenarnya bukan itu,
Keehls.”
“Memangnya apa?”
“Dia bilang ada lukisan yang serupa denganmu. Aku memang
tidak tahu maksud dari kata serupa
yang dikatakannya, tapi, kurasa orang yang ada dalam lukisan itu memiliki wajah
yang sama denganmu,” jawabnya.
Sepasang mata Mihaeru menyipit. “Ya ampun, lalu apa
masalahnya kalau wajah orang dalam lukisan di museum itu sama dengan wajahku?
Tidak akan ada yang terjadi. Dan dengan jujur kukatakan, itu sama sekali tidak
menarik.”
“Dia menyukaiku, Keehls.”
Gadis itu terdiam sejenak dari acara jalan kakinya. “Lalu
apa hubungannya Linda Brown yang menyukaimu dan sebuah lukisan yang serupa
denganku?”
“Dia menyuruhku untuk memecahkan teka-teki itu sendiri.”
“Lucu sekali. Kalau aku jadi kau, aku tidak mau
repot-repot memecahkan teka-teki yang tidak menarik itu.”
“Tapi aku ingin memecahkannya,” ujar Kyuhyun yakin.
Mihaeru berbalik menghadap Kyuhyun yang berjalan di
belakangnya. Iris aquamarine miliknya menyelami apa yang ada pada iris obsidian
di hadapannya. Ada sebuah tatapan keteguhan dalam mata itu.
“Tidak, Cho, jangan bilang kau bertransformasi menjadi
laki-laki pemuja cinta. Aku lebih suka kau yang memuja games-mu daripada wanita. Intinya, jangan pernah katakan kalau kau
juga menyukai Linda.” Mihaeru mencerocos.
Mata Kyuhyun mengerjap-ngerjap. “Oh? Kau salah, Keehls.
Linda memang gadis yang cantik dan manis, selain itu dia sangat pandai melukis.
Tetapi, aku tidak menyukainya sebagai perempuan. Aku mencoba memecahkan
teka-teki bodoh ini hanya karena aku… penasaran.”
“Baiklah, hanya penasaran. Lagipula, sebentar lagi kita
akan sampai di museum.”
Mihaeru melangkah lagi, namun sebelum langah keduanya
dimulai, sebuah tangan menahan bahunya.
“Apa lagi yang kau tunggu, Cho Kyuhyun?”
“Sebenarnya… di hari natal museum ditutup.”
Oh?
Gadis itu mengerang frustasi. “Hey, kau ini benar-benar…
aish! Memangnya kau lupa bagaimana cara kita keluar dari panti asuhan tanpa
pengawasan Roger? Hello, Cho, kita
hanya perlu memanjat pagar!”
“Apa?!”
***
—The Gasttrax Museum
Kyuhyun bertolak pinggang di depan sebuah lukisan yang
tertempel pada tembok paling ujung sekaligus paling pojok. Berkali-kali ia
memperhatikan lukisan itu. Tak ada yang aneh. Hanya ada lukisan sesosok pria
dengan kumis yang menjuntai panjang, pria itu mengenakan pakaian laksana
kerajaan. Di bawahnya terdapat tulisan kecil, namun masih bisa dibaca.
Dmitri Jeevas,
1805.
Sudah jelas, ‘kan? Dmitri Jeevas adalah nama pria yang
ada dalam lukisan, dan 1805 adalah waktu pembuatan lukisan.
Sementara Kyuhyun bertolak pinggang, Mihaeru justru
melipat tangan di depan dada. Gadis itu memasang tampang bosan.
“Sebenarnya apa-apaan ini? Linda mengelabuimu, eh?” ejek
Mihaeru.
“Dia bukan tipe orang yang suka bermain-main sepertimu,
Keehls. Dia selalu sungguh-sungguh dengan kata-katanya. Aku yakin dia tidak
berbohong.”
“Tapi nyatanya tak ada satu pun lukisan yang serupa
denganku. Bukankah kau bilang Linda mengatakan lukisan itu berada di ujung
sekaligus pojok museum? Heh, apa dia bosan hidup menyamaiku dengan pria
berkumis itu?!”
“Jangan melakukan hal-hal bodoh padanya, Keehls. Mungkin
lukisannya sudah dipindahkan,” ujar Kyuhyun. Laki-laki itu tahu betul bagaimana
Mihaeru. Dia akan sangat mengerikan apabila sedang merasa diremehkan. Dan
Kyuhyun yakin, gadis itu menganggap teka-teki Linda Brown sebagai cara untuk
meremehkannya.
Mihaeru merogoh cokelat batangan dalam saku jaket yang
diberi Karl. “Ini pertama kalinya kau berpihak pada gadis lain selain aku,”
katanya seraya melepas kertas silver yang membungkus keseluruhan cokelat tersebut.
‘Klak’, tanpa menunggu waktu lama, ia menggigitnya.
Kyuhyun tidak menggubris kata-kata Mihaeru. Ia mencoba
memfokuskan pandangannya pada lukisan pria berkumis itu, mencoba mencari-cari
sesuatu yang ‘serupa’ dengan sosok di sampingnya.
Secara fisik, mereka jelas berbeda. Pakaian pun juga
berbeda. Rambut Mihaeru Keehl berwarna pirang alami, sedangkan Dmitri Jeevas
berwarna putih keperakan—sejenis dengan warna rambut Nate. Dan gadis itu tidak
memiliki kumis, tentu saja.
Mihaeru menarik lengan Kyuhyun. “Ayo kita pergi dari
sini, Cho. Museum bukan tempat yang tepat untuk mencari hiburan.”
Sebelum mata obsidian itu benar-benar berpaling, ia
menyadari satu hal. Kalung yang dipakai Dmitri dan Mihaeru serupa. Rosario
dengan permata merah darah di tengahnya serta setiap rantainya yang ditaburi
permata kecil dengan warna yang sama.
“Kalungmu…,” gumam Kyuhyun.
Gadis itu memutar bola matanya bosan. “Aku sudah
melihatnya sejak tadi, bodoh! Jadi, sebaiknya kita pergi dari sini sebelum
seseorang menyadari keberadaan kita. Dan lagi, kalung si pria kumis itu sama
denganku, akan merepotkan kalau pihak pengelola museum mengira akulah mengambil
kalungnya.”
Kyuhyun menarik tangannya yang digenggam Mihaeru. “Apa
maksudmu?”
“Apa aku perlu mangatakannya berjuta kali padamu? Ketika
aku tumbuh, aku sadar kalau sejak ibuku mati karena melahirkanku, aku
dipakaikan kalung ini oleh ayahku sebagai jimat untuk melindungiku. Terdengar
konyol, memang. Tapi aku tahu bukan itu maksud ayahku.”
“Aku tidak mengerti, Keehls.”
Mihaeru menghela napas. “Kau sudah tahu ayahku seorang
mafia. Ia merampok banyak harta milik orang lain, dan aku tidak tahu kalung
yang ia pakaikan padaku ia dapatkan dari hasil rampokannya yang di mana.
Terlalu banyak ia mengelana, Cho. Ia memakaikan kalung ini bukan sebagai jimat
seperti yang ia katakan, tapi ia memakaikannya padaku karena ia tahu kalung ini
memiliki nilai harga yang tinggi. Ayahku… dia menyembunyikan hasil rampokannya
padaku. Itu maksudku.”
Kyuhyun terperangah. Bagaimana bisa ada seorang ayah yang
seperti itu?
Gadis itu menelan ludahnya yang terasa pahit seiring
dengan kenyataan pahit yang ia alami. “Sudahlah, aku benci ketika seseorang
bertampang menyedihkan karena kisahku. Lagipula, aku sudah menyadari hal ini
sejak dulu. Ayahku memang… seperti itu.
Jadi, sebaiknya kita pergi dari sini, aku tidak mau kalung ini diketahui oleh
orang-orang yang mengetahui sejarah Dmitri Jeevas.”
“Baiklah, Keehls. Tapi, izinkan aku menghiburmu dengan
mengajakmu berkunjung ke kebun binatang.” Kyuhyun mengusulkan.
Mihaeru tertawa. “Aku tidak mau mengunjungi keluargamu di
sana, Cho.”
“Uh? Monkeys?”
“Kau yang mengatakannya sendiri,” celetuknya.
Keduanya tertawa seraya berjalan meninggalkan lukisan
tersebut dengan posisi saling berangkulan.
Tanpa mereka sadari, sesosok pria berjubah hitam di
antara tiang yang menjulang tinggi tengah menyeringai. Ada aura lain di sana.
Di antara pria itu bermunculan cahaya terang yang membutakan kegelapan. Dan
semuanya hilang dalam satu kedipan mata.
*** To Be Continue ***
Saya ingin membuat pengakuan dosa. Oke, sebenarnya
awalnya saya akan memberi rating PG 17 karena bahasa yang agak kasar dan
‘sesuatu’ yang akan terjadi di chapter berikutnya. Tapi, karena saya melirik
sendiri pada usia saya yang bahkan masih jauh menuju 17 tahun, akhirnya, saya mengurungkan
niat memberi label not for under 17 years old. Lol
Untuk yang menyadari berbagai macam karakter di FF ini
diambil dalam anime Death Note sebelum membaca catatan author, berarti anda
mendapatkan tepuk tangan dari saya :D Jangan salah paham yaa, Mihaeru itu bukan
saya. Saya memakai nama facebook Mihaeru Keehl karena saya sangat mencintai
Mello alias Mihael Keehl—Death Note’s awesome character. Author’s Note-nya
kepanjangan, ga penting banget padahal *pundung*
\(^.^ Kesan,
kritik dan saran silakan disampaikan lewat komentar ^.^)/
Thursday, August 01, 2013
11:14 PM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar