Minggu, 08 September 2013

[Kyuhyun] Series: Another Soul {Chapter 1}



            ANOTHER SOUL
Cast:
-          Cho Kyuhyun (SJ)
-          Mihaeru Keehl (DN—you know who’s Mello or Mihael Keehl)
-          Etc
Author: Icha Z. Octavianna (http://www.facebook.com/mihaeru.keehl)
Genre: Mystery, Thriller and a bit Supernatural
Rate: For 16+ (Tidak dianjurkan untuk di bawah 16 tahun)
Disclaimer: The plot is MINE, well, please don’t copy and paste without my permission. Characters belong to themselves, their parents, and whatever
Warning: Probably rush, typo(s)—Uh, I’m sorry for that, and OOC. AU. I’ve warned you.
            (AN: Enjoy read my story with clasp a some cup of tea, milk, or coffee in your hand—because the words are 3.666 ^.^)
            [] Chapter I of 3 []

            \(^.^ Enjoy~! ^.^)/

            ***
            The Tragedy: 26 Januari 2010

            Sesosok gadis remaja tanggung menarik satu ujung bibirnya ke atas membentuk sebuah seringai. Sementara itu laki-laki di hadapannya mundur teratur dengan wajah ketakutan. Ia tidak takut dengan seringaian gadis berambut pirang alami sebahu tersebut, yang ia takuti adalah alat yang dipegang sang gadis.

            Handgun Walther P99. Pistol tangan yang tepat di arahkan ke organ vital laki-laki itu—jantung.

            “Hentikan… Keehls.” sang laki-laki yang terpojok melirih.

            Seringaian di bibir tipisnya semakin melebar kala manik aquamarine miliknya menangkap sosok itu yang sedang dilanda ketakutan maha dahsyat. Sang gadis pirang menekan pelatuknya, hanya tinggal dilepas, maka semuanya akan berakhir.

            Farewell, Cho,” ujarnya dingin sebelum suara tembakan terdengar begitu memekakkan telinga.

            DOR!!!

            Laki-laki itu terjatuh. Sang gadis penembak ikut terjatuh. Dua anak manusia itu sama-sama kehilangan kesadaran. Semuanya gelap. Sangat gelap. Sampai suatu hari seorang laki-laki bernama lengkap Cho Kyuhyun tersadar, ia masih bernapas. Tembakan itu tidak mengenai jantungnya, namun hampir. Dan yang membuatnya bertanya-tanya adalah…

            Kenapa justru gadis yang menembaknya belum sadarkan diri dari koma?

            ***

            Escape From The Scrodinger’s House: 24 Desember 2009

            Satu bulan sebelumnya…
            —Panti Asuhan Schrodinger’s House, Winchester, Inggris.
            “Nah, ini adalah pohon natal khusus untuk kalian bertiga. Hiasilah dengan pernak-pernik yang indah. Dan untuk kau, Mihaeru Keehl, jangan merusaknya seperti tahun kemarin!” Roger—kakek tua penanggungjawab panti asuhan menegaskan. Ditatapnya berkilat sang gadis berambut pirang sebahu yang tahun lalu merusak pohon natal yang diberinya.

            “Cih, kenapa hanya aku yang harus kau khawatirkan? Nate dan Kyuhyun juga memiliki peluang untuk merusak pohon itu!” Mihaeru—nama gadis itu—menjawab tak mau disalahkan.

            “Seandainya Linda atau Halle Lidner yang menjadi peringkat kedua di panti asuhan ini…” Roger mengeluh seraya melenggang meninggalkan tiga anak asuhnya dalam sebuah ruangan.

            Mihaeru nyaris melempar bola lampu ke kepala kakek tua itu kalau saja sesosok laki-laki Asia tidak menahan tangannya. Cho Kyuhyun. Gadis itu mendecih kesal sementara si bocah albino Nate justru mulai mencari-cari gundam untuk ia pasang di pohon natal.

            “Haa! Dia pikir gadis nakal sepertiku tidak bisa menempati peringkat kedua?! Kakek tua tanpa rambut itu terlalu meremehkan kemampuanku!” kata Mihaeru berapi-api.

            Kyuhyun tersenyum geli. “Sudahlah, Keehls, kurasa Roger ada benarnya juga. Tak seharusnya tahun lalu kau merusak pohon natal dengan sengaja melemparkan gula-gula ke sana. Kau tidak lihat betapa repotnya ia mengurusi semut yang terhampar di pohon natal dan juga ruangan di sekitarnya.”

            “Dia pantas mendapatkan itu, Cho.” Sejujurnya gadis itu tidak suka mendengar temannya membela Roger. Ia merogoh saku celana kulit hitamnya dan menemukan apa yang dibutuhkannya ketika ia sedang dalam mood buruk. Cokelat.

            “Dia terlalu renta untuk mendapatkan kesialan darimu, Mihaeru-san.” Nate berkata dengan kedua tangan yang sibuk menalikan gundam miliknya di pohon natal.

            Nate River, laki-laki albino yang notabene lahir di Inggris menghargai Mihaeru yang keturunan Jepang dengan memanggil nama gadis itu menggunakan embel-embel san. Berbeda dengan Kyuhyun yang keturunan Korea Selatan, laki-laki itu lebih senang memanggil gadis tersebut dengan nama keluarganya—Keehl. Namun ia lebih sering memanggilnya ‘Keehls’, baginya itu terdengar manis. Sekalipun Mihaeru Keehl jauh dari kriteria gadis manis.

            “Diam sajalah kau, pendek!” cetusnya.

            Nate adalah laki-laki dengan kepribadian yang tenang. Tubuhnya memang mungil, tidak seperti anak seusia 16 tahunan, tapi ia tetap tampan—walaupun rambutnya berwarna putih keperakan. Nate berpakaian serba putih, kemeja kebesaran warna putih dan juga celana panjang kebesaran warna putih. Ia cerdas, sangat cerdas. Hal itu seolah menegaskan dirinya ibarat sosok malaikat yang tersesat di dunia antah berantah.

            Berbanding terbalik dengan Mihaeru. Dia memang seorang gadis yang memiliki wajah cantik meski lebih terlihat sangar. Ia pribadi yang emosional. Amarahnya meledak-ledak tak terkendali. Semua pakaiannya berwarna hitam—kecuali vest bulu pemberian Kyuhyun yang berwarna merah. Namun, di balik itu semua, tersimpan kesepian yang mendalam di hatinya. Dan tak ada seorang pun yang tahu, kecuali teman baiknya sekaligus teman satu kamarnya—Cho Kyuhyun.

            “Ah, kalian selalu bertengkar apabila berada dalam satu ruangan.” Si laki-laki berambut ikal menceletuk. Setelah mengatakan hal itu, dengan cueknya ia merogoh kantong jaket depannya, mengambil PSP di sana untuk kemudian ia mainkan tanpa berniat menghias pohon natal yang berdiri kokoh di tengah ruangan.

            Merupakan suatu kebiasaan di Panti Asuhan Schrodinger, antara peringkat satu sampai tiga mendapat pohon khusus di hari perayaan natal. Adalah Nate si peringkat pertama, Mihaeru sebagai runner-up, dan Kyuhyun yang menduduki posisi ketiga. Tiga anak sebatangkara yang memiliki perbedaan ras serta tingkah laku—juga latar belakang masalalu.

            “Akan terlihat indah apabila kau menghias pohon natal dengan kalung rosario milikmu, Mihaeru-san,” ujar Nate. Kali ini ia tengah memasang boneka tokoh superhero.

            “Sampai mati pun aku tidak akan melepas kalung ini!” tegasnya.

            Kyuhyun yang sibuk dengan PSP-nya melirik sekilas ke arah dua anak yang jika diibaratkan seperti yin dan yang. Ia tahu asal-usul kalung rosario milik Mihaeru. Kalung itu satu-satunya peninggalan mendiang ayahnya sebelum meninggal ditembak polisi karena melarikan diri seusai ketahuan membobol bank.

            Laki-laki keturunan Asia tersebut menghembuskan napas lega karena tak mendengar Nate membalas perkataan Mihaeru. Mungkin saking terfokusnya bocah albino itu menghias pohon natal. Nate memang pemegang agama yang teguh, tak seperti Kyuhyun dan juga gadis sangar itu.

            Terdengar bunyi ‘Klak’ beberapa kali ketika Mihaeru menggigit cokelat batangannya. Kyuhyun bertanya-tanya, apakah si gadis pirang pernah mendapat pemikiran—walau sekilas—akan memberikan cokelat batangan yang sama padanya? Diam-diam Kyuhyun cukup penasaran dengan rasa cokelat yang selalu dinikmati Mihaeru.

            ***

            Ada berbagai macam spekulasi kenapa laki-laki dan perempuan berada dalam satu kamar di panti asuhan. Seperti halnya yang terjadi pada Cho Kyuhyun dan Mihaeru Keehl.

            Mihaeru adalah gadis yang tidak suka berbagi apapun yang menjadi miliknya. Ia memiliki apa yang ia miliki hanya untuk dirinya sendiri. Namun, nampaknya gengsinya yang setinggi langit itu terpaksa turun mengingat tak ada satu anak panti pun yang bersedia satu kamar dengannya. Anak-anak perempuan memprotes karena Mihaeru tak mau berbagi ranjang yang bahkan bukan miliknya.

            Dengan terpaksa, Roger menyarankan gadis angkuh nan emosional itu satu kamar dengan Kyuhyun—mengingat hanya ia laki-laki yang memiliki kamar sendirian. Lagipula, Roger yakin asumsinya yang mengatakan Kyuhyun sosok innocent namun cuek takkan bisa melakukan hal ‘macam-macam’ pada Mihaeru yang laksana serigala buas.

            Dua anak manusia itu tampak tenang dalam keheningan malam. Sesekali dahi mereka mengerut kala mendapat mimpi tak mengenakan. Dan merupakan hal biasa apabila Mihaeru terbangun tengah malam—atau bahkan dini hari.

            Seperti malam ini.

            Jarum pendek jam menunjukkan ke angka dua sementara jarum panjangnya menunjuk ke angka tiga. Mihaeru terbangun, bukan karena mimpi buruk. Tapi karena ide bodoh terlintas dalam kepalanya yang kotor. Ia bangkit dari posisinya berbaring, manik biru miliknya terarah pada sosok yang tengah terlelap di atas karpet. Ia melangkahkan kakinya mendekat.

            “Hey, bangun!”

            Tak ada reaksi.

            “Bangunlah bodoh!” Mihaeru tampak kesal. Ia terus menggoyang-goyangkan bahu teman satu kamarnya. Dan Kyuhyun menggeliat pelan.

            “Eng? Apa yang kau lakukan, Keehls?” ia bertanya seraya mengucek-ngucek matanya yang memerah karena dibuka paksa.

            “Ayo kita keluar dari panti! Di hari natal seharusnya kita melakukan hal-hal yang menyenangkan.” Mihaeru menjawab.

            Membutuhkan waktu beberapa detik bagi Kyuhyun untuk mengumpulkan seluruh nyawanya demi memproses apa yang baru saja dikatakan gadis dengan rambut pirang tersebut. Laki-laki itu mendudukkan diri.

            “Kali ini apa?”

            Ini bukan pertama kalinya Mihaeru meminta Kyuhyun keluar bersama dari panti lewat tembok belakang. Entahlah, sudah tak terhitung. Dan anehnya, Kyuhyun selalu dengan senang hati menerima ajakan gadis itu. Alasan utama Mihaeru mengajak Kyuhyun adalah, agar ketika gadis itu ketahuan melanggar peraturan, ia tidak dihukum sendirian.

            “Tentu saja menemui Karl Snydar,” jawabnya mantap.

            “Kau mau membeli senjata api baru lagi? Astaga, apakah yang ada dalam lemarimu itu belum cukup?” Kyuhyun tak habis pikir, gadis itu sangat maniak dengan senjata api. Ia mengoleksi berbagai macam pistol dari mulai handgun sampai senapan. Ia menggilai senjata api sama ketika ia menggilai makanan manis yang mereka sebut cokelat.

            Karl Snydar adalah pria pemilik toko senjata api. Sebenarnya pria itu merupakan teman lama mendiang ayah Mihaeru. Maka tak heran apabila pria itu selalu memberikan pistol unggulannya dengan harga cuma-cuma pada gadis remaja yang menggeluti jejak ayahnya. Jangan tanya kenapa Mihaeru tak mengikuti jejak ibunya, karena sejak ia dilahirkan, ia belum pernah mengenal yang namanya sosok ibu.

            “Haa! Bukan itu intinya! Ini hari natal, dia pasti akan memberiku senjata api sebagai hadiah.”

            “Tetap saja intinya akan ada pistol baru,” celetuk Kyuhyun.

            “Ayolah! Setelah itu aku janji akan menuruti apapun yang kau mau.” Mihaeru mencoba bernegosiasi demi mendapatkan apa yang ia ingin.

            Jeongmal?”

            “Katakan dengan bahasa yang kumengerti, bodoh!”

            Kyuhyun tertawa geli melihat wajah kesal gadis di hadapannya, Mihaeru sangat tidak senang dengan hal-hal yang tidak ia mengerti sendiri. Ia harus mengerti semuanya karena ia tak mau terlihat bodoh. “Are you serious?”

            Mihaeru mengangguk. “Ya, of course. Aku selalu serius dengan kata-kataku, jadi, kau mau menemaniku, ‘kan?”

            Laki-laki berambut ikal itu memasang pose—pura-pura—berpikir, membuat gadis berambut pirang sebahu itu mendecakkan lidah kesal. “Okay, aku akan menemanimu menemui Karl. Dengan syarat, kau harus mau menemaniku pergi ke museum setelahnya.”

            “Itu sama sekali tidak sulit. Segeralah mencuci wajah dan pakailah goggles-mu agar tak ada yang mengetahui identitas kita. Aku akan memakai vest bulu warna merah milikmu.”

            “Yeah, as you wish, Keehls,” jawab Kyuhyun diplomatis.

            Mereka sama sekali tidak tahu malapetaka yang sudah menunggu di depan sana.

            ***

            Dmitri and His Rosary Necklace: 25 Desember 2009
            “Aku sudah tahu kalian akan datang, anak-anak.” Karl tersenyum ramah meski wajahnya sama sekali tidak terlihat ramah. “Nah, masuklah. Akan kubuatkan cokelat hangat,” tambahnya.

            Dua remaja tanggung itu mengekor di belakang Karl. Toko senjata dan rumah adalah satu bagi pria itu. Jangan kira ruangannya sempit, ruangannya cukup luas untuk menyimpan berbagai jenis senjata api, dan tentu saja peralatan sehari-harinya.

            Mihaeru berdecak kagum melihat berbagai macam senjata api yang terpajang di setiap dindingnya, sangat banyak. Ia dan Kyuhyun duduk di sofa warna biru tua yang nyaman serta empuk, berbeda dengan sofa di panti asuhan. Sementara menunggu Karl, si maniak games dengan lempengnya mengeluarkan PSP dan memainkannya.

            “Aku tidak tahu apa yang membuat musim dingin belum berakhir, tapi aku yakin butuh perjuangan besar untuk sampai di sini,” ujar Karl sambil menyimpan dua cangkir cokelat hangat di meja. “Minumlah, wajah kalian memerah. Pasti dingin sekali.”

            “Ya, sangat dingin, dan kau harus membayar untuk itu.” Mihaeru menceletuk.

            “Tentu saja, tanpa kau minta aku akan memberikan yang special untukmu, Nona Keehl.”

            Kyuhyun tahu apa maksud dari ‘special’ yang dikatakan Karl. Sudah pasti, senjata api. Laki-laki itu mendengus pelan lalu mematikan kembali PSP-nya. Ia meraih cangkir di hadapannya dan meminumnya perlahan.

            “Kau yang terbaik!” puji Mihaeru.

            “Yeah, aku tidak sebaik yang kaupikir, nak. Sebenarnya semua senjata yang kumiliki adalah kumpulan senjata milik ayahmu dan aku, kami menggabungkannya untuk dijual di pasar bebas. Tapi sekarang hanya aku yang menjualnya setelah ayahmu tertembak polisi sialan itu.” Karl bercerita.

            “Aku sudah tahu, Karl. Kau terus-menerus menceritakan itu padaku sampai aku bosan mendengarnya.” Gadis itu mengejek.

            “Ah, kurasa sudah saatnya aku mengatakan ini padamu, kau cukup dewasa untuk memegang uang.”

            “Apa maksudmu?”

            “Aku tidak pernah memakai uang hasil penjualan senjata api, aku menabungnya di bank. Kalau kau mau, kau bisa mengambil semuanya. Jack Keehl adalah teman baikku, dan kau sebagai putri satu-satunya yang ia tinggalkan lebih penting dari itu. Kau pantas mendapatkan apa yang ayahmu obsesikan, nak.” Karl menjelaskan.

            “Tidak, Karl, aku tidak berminat dengan uang.”

            “Kau yakin akan mengabaikan sepuluh juta poundsterling?”

            “Uhuk!” suara itu bukan berasal dari bibir tipis Mihaeru, melainkan dari bibir Kyuhyun. Ia tersendak kaget saat mendengar nominal uang yang barusan dikatakan Karl. Dan jangan bilang gadis itu akan menolaknya, lebih tepatnya Mihaeru tidak boleh menolaknya. Uang sebanyak itu takkan habis dalam sekejap waktu.

            “Ya, ambil saja untukmu. Kau yang selama ini bersusah payah menjualnya.”

            Rasanya Kyuhyun terserang penyakit jantung dadakan saat mendengar Mihaeru menolak uang tersebut.

            “Kau sangat berbanding terbalik dengan ayahmu. Kupikir kalian benar-benar sama.” Karl berkomentar. Mihaeru mengerti, ayahnya memang sedikit menggilai uang, karena itulah ia merampok bank. “Tapi, nak, aku tidak mungkin memiliki semuanya. Setidaknya ambillah separuh dari itu jika kau sungkan.”

            “Aku tidak sungkan padamu, Karl. Kalau itu maumu, aku akan mengambil setengahnya.”

            Entah kenapa malah Kyuhyun yang bernapas lega. Lima juta poundsterling, eh? Tidak buruk. Sangat bagus daripada menolak seluruhnya.

            “Nah, itu lebih bagus. Tunggu sebentar, akan kuambil hadiah untuk kalian.” Karl berlalu setelah mengatakan itu.

            Kyuhyun terdiam beberapa saat. Ia yakin tak salah dengar, pria itu mengatakan hadiah untuk kalian, yang itu berarti ada salah satu untuknya juga. Biasanya Karl hanya memberi hadiah pada Mihaeru. Ini aneh. Tapi sebisa mungkin si gamer tersebut bersikap tak acuh. Akan sangat tidak berguna apabila hadiah yang dimaksud Karl adalah senjata api. Ia tidak suka senjata semacam itu.

            Karl datang kembali.

            “Woah! Karl! Setelah Beretta Italia, sekarang kau memberiku Walther P99?! Ini hebat sekali!” sepertinya Mihaeru bisa mati karena terlalu senang.

            Pria itu tertawa pelan. “Itu bukan apa-apa. Dan, oh, ini untukmu, Cho.”

            Cho Kyuhyun terdiam beberapa saat. Ia terpaku dengan hadiah yang ada di tangan Karl. Nintendo 3DS! Hey, bahkan DS itu belum dirilis di pasaran! Bagaimana bisa Karl mendapatkan itu? Entah kenapa Kyuhyun merasa bersalah pernah tidak menyukai Karl.

            “Woah, terima kasih, Karl.” Tentu saja ia berterima kasih.

            “Sebenarnya itu akan dirilis pertengahan tahun 2010, tapi aku bisa mendapatkannya cuma-cuma dari teman lamaku yang notabene adalah pemilik perusahaannya.”

            Sepasang mata obsidian itu fokus memandangi DS dalam genggamannya. DS berwarna biru toska. Kyuhyun sangat menyukainya.

            “Ah, aku juga punya detonator dan magazen box serta puluhan peluru armor piercing bullet di dalamnya. Untukmu, Mihaeru.” Karl menambahkan.

            Mihaeru heboh. Magazen box adalah alat penyimpanan dan pengisian amunisi yang menyatu atau dipasang pada senjata api yang paling populer untuk pistol dan senapan. Sedangkan armor piercing bullet adalah peluru penembus. Bisa menembus target yang dilindungi oleh lapisan keras seperti baju anti-peluru, tank, beton, dan lain-lain.

            “Dan… aku ingin kau memakai ini ketika pulang nanti. Aku tidak mau kau sakit karena kedinginan,” ujar Karl seraya menyodorkan jaket tebal warna merah maroon dengan hoodie berbulu. Mihaeru dengan senang hati menerimanya.

            Domo arigato-gozaimasu!” maka keluarlah bahasa asli dari mulut Mihaeru.

            Don’t mention it.”

            ***

            Gadis itu mengusap-ngusap kedua telapak tangannya. Kepulan asap terlihat kala sepasang membran mukosa miliknya terbuka demi menghirup udara. Ia yakin jaket yang ia kenakan sangat tebal, tapi dinginnya cuaca di luar tak membuatnya merasa lebih hangat.

            “Apa yang membawamu ke museum? Kupikir kau bukan orang yang menyukai hal-hal semacam itu,” kata Mihaeru. Ia melirik Kyuhyun lewat ekor matanya.

            “Entahlah… ada sesuatu yang ingin kupastikan dari apa yang dikisahkan Linda padaku. Linda bilang, di sana ada lukisan yang sangat menarik.”

            Mihaeru mengernyit mendengar jawaban Kyuhyun. “Linda Brown?”

            Laki-laki itu mengangguk.

            Sang gadis menghela napas. “Astaga, semua lukisan adalah sesuatu hal yang menarik bagi seorang Linda Brown, kau tahu itu. Dia adalah pelukis terkenal di panti asuhan kita, jadi, tak mengherankan apabila ia tertarik dengan berbagai jenis lukisan karya orang lain yang dipamerkan di museum.”

            Kyuhyun menggigit bibir bawahnya. “Sebenarnya bukan itu, Keehls.”

            “Memangnya apa?”

            “Dia bilang ada lukisan yang serupa denganmu. Aku memang tidak tahu maksud dari kata serupa yang dikatakannya, tapi, kurasa orang yang ada dalam lukisan itu memiliki wajah yang sama denganmu,” jawabnya.

            Sepasang mata Mihaeru menyipit. “Ya ampun, lalu apa masalahnya kalau wajah orang dalam lukisan di museum itu sama dengan wajahku? Tidak akan ada yang terjadi. Dan dengan jujur kukatakan, itu sama sekali tidak menarik.”

            “Dia menyukaiku, Keehls.”

            Gadis itu terdiam sejenak dari acara jalan kakinya. “Lalu apa hubungannya Linda Brown yang menyukaimu dan sebuah lukisan yang serupa denganku?”

            “Dia menyuruhku untuk memecahkan teka-teki itu sendiri.”

            “Lucu sekali. Kalau aku jadi kau, aku tidak mau repot-repot memecahkan teka-teki yang tidak menarik itu.”

            “Tapi aku ingin memecahkannya,” ujar Kyuhyun yakin.

            Mihaeru berbalik menghadap Kyuhyun yang berjalan di belakangnya. Iris aquamarine miliknya menyelami apa yang ada pada iris obsidian di hadapannya. Ada sebuah tatapan keteguhan dalam mata itu.

            “Tidak, Cho, jangan bilang kau bertransformasi menjadi laki-laki pemuja cinta. Aku lebih suka kau yang memuja games-mu daripada wanita. Intinya, jangan pernah katakan kalau kau juga menyukai Linda.” Mihaeru mencerocos.

            Mata Kyuhyun mengerjap-ngerjap. “Oh? Kau salah, Keehls. Linda memang gadis yang cantik dan manis, selain itu dia sangat pandai melukis. Tetapi, aku tidak menyukainya sebagai perempuan. Aku mencoba memecahkan teka-teki bodoh ini hanya karena aku… penasaran.”

            “Baiklah, hanya penasaran. Lagipula, sebentar lagi kita akan sampai di museum.”

            Mihaeru melangkah lagi, namun sebelum langah keduanya dimulai, sebuah tangan menahan bahunya.

            “Apa lagi yang kau tunggu, Cho Kyuhyun?”

            “Sebenarnya… di hari natal museum ditutup.”

            Oh?

            Gadis itu mengerang frustasi. “Hey, kau ini benar-benar… aish! Memangnya kau lupa bagaimana cara kita keluar dari panti asuhan tanpa pengawasan Roger? Hello, Cho, kita hanya perlu memanjat pagar!”

            “Apa?!”

            ***

            —The Gasttrax Museum

            Kyuhyun bertolak pinggang di depan sebuah lukisan yang tertempel pada tembok paling ujung sekaligus paling pojok. Berkali-kali ia memperhatikan lukisan itu. Tak ada yang aneh. Hanya ada lukisan sesosok pria dengan kumis yang menjuntai panjang, pria itu mengenakan pakaian laksana kerajaan. Di bawahnya terdapat tulisan kecil, namun masih bisa dibaca.

            Dmitri Jeevas, 1805.

            Sudah jelas, ‘kan? Dmitri Jeevas adalah nama pria yang ada dalam lukisan, dan 1805 adalah waktu pembuatan lukisan.

            Sementara Kyuhyun bertolak pinggang, Mihaeru justru melipat tangan di depan dada. Gadis itu memasang tampang bosan.

            “Sebenarnya apa-apaan ini? Linda mengelabuimu, eh?” ejek Mihaeru.

            “Dia bukan tipe orang yang suka bermain-main sepertimu, Keehls. Dia selalu sungguh-sungguh dengan kata-katanya. Aku yakin dia tidak berbohong.”

            “Tapi nyatanya tak ada satu pun lukisan yang serupa denganku. Bukankah kau bilang Linda mengatakan lukisan itu berada di ujung sekaligus pojok museum? Heh, apa dia bosan hidup menyamaiku dengan pria berkumis itu?!”

            “Jangan melakukan hal-hal bodoh padanya, Keehls. Mungkin lukisannya sudah dipindahkan,” ujar Kyuhyun. Laki-laki itu tahu betul bagaimana Mihaeru. Dia akan sangat mengerikan apabila sedang merasa diremehkan. Dan Kyuhyun yakin, gadis itu menganggap teka-teki Linda Brown sebagai cara untuk meremehkannya.

            Mihaeru merogoh cokelat batangan dalam saku jaket yang diberi Karl. “Ini pertama kalinya kau berpihak pada gadis lain selain aku,” katanya seraya melepas kertas silver yang membungkus keseluruhan cokelat tersebut. ‘Klak’, tanpa menunggu waktu lama, ia menggigitnya.

            Kyuhyun tidak menggubris kata-kata Mihaeru. Ia mencoba memfokuskan pandangannya pada lukisan pria berkumis itu, mencoba mencari-cari sesuatu yang ‘serupa’ dengan sosok di sampingnya.

            Secara fisik, mereka jelas berbeda. Pakaian pun juga berbeda. Rambut Mihaeru Keehl berwarna pirang alami, sedangkan Dmitri Jeevas berwarna putih keperakan—sejenis dengan warna rambut Nate. Dan gadis itu tidak memiliki kumis, tentu saja.

            Mihaeru menarik lengan Kyuhyun. “Ayo kita pergi dari sini, Cho. Museum bukan tempat yang tepat untuk mencari hiburan.”

            Sebelum mata obsidian itu benar-benar berpaling, ia menyadari satu hal. Kalung yang dipakai Dmitri dan Mihaeru serupa. Rosario dengan permata merah darah di tengahnya serta setiap rantainya yang ditaburi permata kecil dengan warna yang sama.

            “Kalungmu…,” gumam Kyuhyun.

            Gadis itu memutar bola matanya bosan. “Aku sudah melihatnya sejak tadi, bodoh! Jadi, sebaiknya kita pergi dari sini sebelum seseorang menyadari keberadaan kita. Dan lagi, kalung si pria kumis itu sama denganku, akan merepotkan kalau pihak pengelola museum mengira akulah mengambil kalungnya.”

            Kyuhyun menarik tangannya yang digenggam Mihaeru. “Apa maksudmu?”

            “Apa aku perlu mangatakannya berjuta kali padamu? Ketika aku tumbuh, aku sadar kalau sejak ibuku mati karena melahirkanku, aku dipakaikan kalung ini oleh ayahku sebagai jimat untuk melindungiku. Terdengar konyol, memang. Tapi aku tahu bukan itu maksud ayahku.”

            “Aku tidak mengerti, Keehls.”

            Mihaeru menghela napas. “Kau sudah tahu ayahku seorang mafia. Ia merampok banyak harta milik orang lain, dan aku tidak tahu kalung yang ia pakaikan padaku ia dapatkan dari hasil rampokannya yang di mana. Terlalu banyak ia mengelana, Cho. Ia memakaikan kalung ini bukan sebagai jimat seperti yang ia katakan, tapi ia memakaikannya padaku karena ia tahu kalung ini memiliki nilai harga yang tinggi. Ayahku… dia menyembunyikan hasil rampokannya padaku. Itu maksudku.”

            Kyuhyun terperangah. Bagaimana bisa ada seorang ayah yang seperti itu?

            Gadis itu menelan ludahnya yang terasa pahit seiring dengan kenyataan pahit yang ia alami. “Sudahlah, aku benci ketika seseorang bertampang menyedihkan karena kisahku. Lagipula, aku sudah menyadari hal ini sejak dulu. Ayahku memang… seperti itu. Jadi, sebaiknya kita pergi dari sini, aku tidak mau kalung ini diketahui oleh orang-orang yang mengetahui sejarah Dmitri Jeevas.”

            “Baiklah, Keehls. Tapi, izinkan aku menghiburmu dengan mengajakmu berkunjung ke kebun binatang.” Kyuhyun mengusulkan.

            Mihaeru tertawa. “Aku tidak mau mengunjungi keluargamu di sana, Cho.”

            “Uh? Monkeys?”

            “Kau yang mengatakannya sendiri,” celetuknya.

            Keduanya tertawa seraya berjalan meninggalkan lukisan tersebut dengan posisi saling berangkulan.

            Tanpa mereka sadari, sesosok pria berjubah hitam di antara tiang yang menjulang tinggi tengah menyeringai. Ada aura lain di sana. Di antara pria itu bermunculan cahaya terang yang membutakan kegelapan. Dan semuanya hilang dalam satu kedipan mata.
           
            *** To Be Continue ***

            Saya ingin membuat pengakuan dosa. Oke, sebenarnya awalnya saya akan memberi rating PG 17 karena bahasa yang agak kasar dan ‘sesuatu’ yang akan terjadi di chapter berikutnya. Tapi, karena saya melirik sendiri pada usia saya yang bahkan masih jauh menuju 17 tahun, akhirnya, saya mengurungkan niat memberi label not for under 17 years old. Lol

            Untuk yang menyadari berbagai macam karakter di FF ini diambil dalam anime Death Note sebelum membaca catatan author, berarti anda mendapatkan tepuk tangan dari saya :D Jangan salah paham yaa, Mihaeru itu bukan saya. Saya memakai nama facebook Mihaeru Keehl karena saya sangat mencintai Mello alias Mihael Keehl—Death Note’s awesome character. Author’s Note-nya kepanjangan, ga penting banget padahal *pundung*

            \(^.^ Kesan, kritik dan saran silakan disampaikan lewat komentar ^.^)/
            Thursday, August 01, 2013
            11:14 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar