TEACHER,
I LOVE YOU!
Sejak
duduk disekolah dasar, aku benci pelajaran bahasa Inggris. Menurutku bahasa
Inggris sangat rumit, tulisannyapun rumit, terlebih lagi ketika aku membacanya,
selalu salah! Guruku – Yamamoto-sensei – tak pernah seharipun tak memarahi aku.
Lihat saja sekarang, usianya sekitar 30 tahun tapi wajahnya sudah seperti 40
tahun. Terlalu sering marah membuat wajah seseorang terlihat lebih tua dari
aslinya.
Naomi
Nishioka – sahabatku – ia justru sangat ahli dalam pelajaran bahasa inggris. Ia
ikut olimpiade menulis cerita dan membacakan dalam bahasa Inggris setahun lalu
ketika kami duduk di sekolah menengah pertama. Dan yang menakjubkan adalah,
dalam olimpiade itu ia mendapat peringkat pertama se-kota Kyoto.
Selain
pintar berbahasa Inggris, Naomi-chan juga sangat cantik. Ia termasuk gadis
populer disekolah saat ini. Bahkan Shinji – kakak kelas yang aku kagumi –
menyukai Naomi-chan.
Bagaimana
dengan aku?
Aku
Hanami Ousawa, tinggi badan hanya sekitar 155cm, berat badan 45kg, dan aku
tidak pintar dalam hal apapun kecuali memasak. Aku bukanlah gadis yang menonjol
dikalangan laki-laki. Aku biasa saja. Dan mereka bilang aku sedikit…, bodoh!
Tak
banyak yang special dariku.
-o0o-
Aku
tergesa-gesa pergi ke sekolah. Hari ini, tepat 3 bulan aku masuk Sekolah
Menengah Atas. Aku siswi tingkat pertama. Dan hari ini aku terlambat lagi!
Padahal
jadwal kelasku kedapatan bagian siang, tapi entah kenapa aku selalu terlambat.
Mungkin karena aku tak bisa tidur lewat dari jam 3 malam!
Aku
berlari menyusuri koridor sekolah. Akhirnya aku sampai dipintu kelasku dan
mendapati Yamamoto-sensei sudah ada didalam kelas. Dengan susah payah aku
mencoba tersenyum dan dengan cepat aku membungkuk.
“Maaf!
Aku terlambat lagi.” Kataku.
“Sudah,
duduk sana.” Perintah Yamamoto-sensei. Aku menegakkan tubuh dan melangkah
menuju tempatku. Tumben hari ini Yamamoto-sensei berbaik hati padaku, biasanya
ia selalu menghukumku terlebih dahulu.
Ternyata
tidak hanya Yamamoto-sensei yang ada didepan kelas, tapi juga ada pemuda
sekitar 20tahun keatas disampingnya. Pantas saja ia tak marah, ternyata ada
tamu! (mungkin)
“Mulai
hari ini, kita kedatangan guru baru. Ia akan menjadi guru les kalian. Ia akan
mengajar kalian selama sebulan penuh.” Tutur Yamamoto-sensei. Aku mendengarkan
dengan seksama.
Pemuda
itu membungkuk lalu menegakkan tubuhnya lagi kemudian tersenyum manis. “Hajimemashite. Junya Araki desu. (Salam
kenal. Namaku Junya Araki). Aku akan menjadi guru les bahasa Inggris kalian
selama satu bulan. Any questions for me? (Ada
pertanyaan untukku?).” kata pemuda itu. Aku menebak-nebak, kira-kira apa arti
dari kalimatnya yang terakhir? Kenapa harus menggunakan bahasa Inggris?
Rika
Goto – teman sekelasku – mengacungkan tangan.
“Kenapa
hanya satu bulan?” tanyanya. Junya-sensei tersenyum lagi.
“Disini
aku hanya menjadi guru magang. Aku masih kuliah, dan salah satu tugas kuliahku
adalah menjadi guru magang selama satu bulan.” Jawab Junya-sensei. Aku
mengangguk-angguk mengerti. Baguslah kalau begitu! Aku benci bahasa Inggris!
Giliran
Naomi-chan yang mengacung.
“How old are you, sensei? (Berapa umurmu,
guru?)” tanya Naomi-chan. Aku mendengus. Kenapa hanya aku yang tak mengerti
bahasa Inggris?
“I’am twenty one years old. (Aku 21
tahun).”
Aku
memasang kuping. Berapa katanya? Tuitin? Apa?
Lima puluh? Aishhh, aku bodoh sekali!
“Ada
pertanyaan lagi?” tanya Junya-sensei. Semua siswa-siswi diam. Junya-sensei tersenyum ramah. “Douzo Yoroshiku. (Senang berkenalan
dengan kalian).” Katanya kemudian. Sekarang giliran Yamamoto-sensei mengambil
alih.
“Baiklah,
sepertinya perkenalan sudah cukup. Junya-sensei akan mulai mengajar sepulang
sekolah nanti. Kalian jangan pulang, kalau ada yang pulang akan dihukum.”
Cerocos Yamamoto-sensei. Aku memberenggut. Tak boleh bolos?
Dan
pelajaranpun berlangsung sangat membosankan…
-o0o-
Bel
sekolahpun berbunyi, itu berarti sudah waktunya untuk pulang. Sayang sekali,
terkecuali kelasku yang harus les bahasa Inggris terlebih dahulu.
Tak
lama kemudian Junya-sensei datang. Aku merasa wajahnya tak sama dengan yang tadi
pagi. Yang tadi pagi sangat manis, kenapa sekarang terlihat sangat galak?
Junya-sensei
mengambil daftar absensi.
“Naomi
Nishioka, perkenalkan dirimu didepan kelas dengan menggunakan bahasa Inggris!”
kata Junya-sensei memerintah. Aku terpaku ditempatku. Bagaimana kalau aku yang
kemudian maju kedepan? Tamat riwayatku!
Naomi-chan
melangkah kedepan kelas lalu menghadap kesiswa-siswi sambil tersenyum manis.
“Let me introduce my self. My name’s Nishioka
Naomi, you can call me Naomi-chan. I was born in Toukyou, blablabla…”
Aku
tak lagi mendengar kata-kata Naomi didepan. Aku kalut. Aku melirik ke kanan dan
ke kiri, mereka semua terlihat tenang terkecuali aku! Bagaimana ini?
Junya-sensei
melihatku tajam. Kemudian menunjuk ke arahku.
“Kau!
Perkenalkan dirimu!”
Apa?
Aku? Naomi kembali duduk, mungkin ia sudah selesai memperkenalkan diri. Aku
menggigit bibir bawahku. Dari awal aku sudah merasa tak enak hati.
Aku
melangkah perlahan.
“Ju-junya-sensei,
a-aku tidak bisa.” Kataku saat berhadapan dengannya. Suaraku benar-benar kacau!
Aku benar-benar gugup.
“Kalau
kau tidak bisa, seharusnya kau memperhatikan temanmu yang sudah bisa! Jangan
melirik ke kanan-kiri!” sentaknya. Aku hanya diam. Sialan!
Akhirnya
aku dihukum. Aku tidak boleh pulang setelah les selesai. Ini menyebalkan! Aku
masih harus mengikuti les disini sampai aku bisa memperkenalkan diri!
Junya-sensei menyebalkan! Bahasa Inggris menyebalkan!
-o0o-
Kelas
telah benar-benar sepi, hanya aku dan Junya-sensei yang ada dikelas ini dan
mungkin beberapa siswa yang sedang mengikuti kesenian menyanyi. Aku tak
hentinya dimarahi ketika aku salah mengeja tulisan bahasa Inggrisku.
Dan
tanpa sengaja perutku berbunyi minta diisi.
“Junya-sensei,
aku lapar.” Kataku memberanikan diri. Junya-sensei melipat tangan didepan dada.
Menatapku tajam dan tersenyum sinis. Aku menunduk.
“Kau
boleh makan kalau kau sudah bisa.” Katanya. Aku memberengut. Demi Tuhan, aku
sangat lapar. Kenapa ada guru sejahat ini? Aku menelan ludah dan kembali
mengulangi perkenalanku.
“Ma-my name Ousawa Hanami. Yu-you can call me
Hanami. Iam…, Iam…, sixteen years old. I wa-was bor-born in Kyoutou. Iam…,
Iam…,”
Junya-sensei
menghembuskan nafas pelan. Mungkin ia lelah mengajariku yang bodoh ini.
“Berjanjilah
padaku kau akan lancar setelah aku belikan makanan.” Katanya kemudian. Aku
melongo. Aku mengangguk sekilas. Junya-sensei melangkah keluar untuk membelikan
aku makanan. Didalam kelas aku terus berlatih sambil menunggu Junya-sensei
datang kembali.
5
menit kemudian Junya-sensei kembali. Aku berdiri dan menghampirinya. Tapi saat
Junya-sensei hendak menghampiriku mendadak Junya-sensei terpeleset dan
akhirnya…
BRUKK!!!
Aku
yang mencoba menahannya agar tidak terjatuh justru tertindih olehnya! Aku
meringis kesakitan mendapati lengan kiriku terkilir. Junya-sensei segera bangun
dan membantuku berdiri.
“Maaf!”
katanya.
“Tanganku,
sa-sakit sekali…” rintihku.
“Kau
seharusnya tak perlu mencoba menahanku! Akhirnya kau sendiri yang terkena
akibatnya! Lihat, sekarang makananmu berantakan!” cerocos Junya-sensei. Aku tak
menyangka ia akan marah. Aku menunduk dan menangis.
“Ma-maafkan
aku. A-aku merepotkan sensei.” Kataku disela tangisku. Junya-sensei terdiam.
“Sudah,
jangan menangis. Aku antar kau pulang.”
Akhirnya
aku diantar pulang oleh Junya-sensei sampai ke rumah. Ia juga meminta maaf pada
Ibuku atas kecerobohannya yang tak sengaja membuat lenganku terkilir. Ibuku
tersenyum dan berkata bahwa itu bukan salahnya, melainkan salahku yang memang
sering berbuat ceroboh.
Kenapa
Ibu tidak membelaku? Huhh!
-o0o-
Aku
berbaring ditempat tidur setelah sepulang dari dokter untuk mengobati tanganku.
Dokter bilang, tanganku tidak apa-apa. Hanya perlu diolesi salep yang
diberikannya selama beberapa hari, maka tanganku akan sembuh.
Aku
melirik jam dinding. Jam 9 p.m, masih lama menunggu waktu untuk bisa tertidur.
Mendadak
ponselku berbunyi. Ah, ada satu pesan masuk dari Naomi-chan.
Ku dengar dari Ibumu, tanganmu
terkilir? Kenapa?
Akupun membalasnya.
Tak apa. hanya kecelakaan kecil.
-o0o-
Esok harinya aku belajar seperti biasa. Les
seperti biasa.
Ada yang aneh, hari ini Junya-sensei tidak
marah-marah padaku. Baguslah!
Dan les pun berakhir. Aku diperbolehkan pulang
bersama yang lain, tidak seperti kemarin. Mungkin karena hari ini aku cukup
lancar berkat bantuan Naomi-chan.
Seminggu telah berlalu. Dan hari inipun menjadi
hari seperti biasa lagi. Sekolah-les-sekolah-les.
Sepulang les…
“Naomi-chan, kau mau menemaniku ke toko buku
tidak?” tanyaku.
“Sebenarnya aku sangat ingin menemanimu, tapi,
aku sudah ada janji akan bertemu dengan Shinji-kun.” Jawab Naomi. Shinji-kun?
Kakak kelas yang aku kagumi itu? Aku tersenyum sekilas.
“Baiklah. Bye.”
Aku menarik nafas panjang setelah kepergian
Naomi. Sayang sekali, aku tidak pernah memberitahu Naomi bahwa aku menyukai Shinji-kun.
Akhirnya aku pergi ke toko buku sendiri. Aku melihat-lihat
buku baru yang baru terbit. Dari dulu, aku sangat suka membaca. Dan
satu-satunya pelajaran yang paling aku suka adalah Bahasa Jepang. Aku mengambil
beberapa buku yang menurutku menarik dan tanpa sengaja aku menyenggol seseorang
dibelakangku sehingga membuat bukunya berjatuhan. Aku mencoba untuk membantu
mengambil buku-bukunya yang berjatuhan.
“Maaf!” kataku.
“No
problem.” Jawabnya. Aku terenyuh. Suara itu…, Junya-sensei!
“Kau!? Kenapa kau ada disini?” kataku terkejut.
Junya-sensei malah menjitak kepalaku. Aku mengaduh.
“Kau!? Meskipun diluar sekolah seharusnya kau
tetap memanggilku sensei! Kau ini tidak sopan sekali.” Cerocosnya.
“Maaf, maaf! Tapi kau – maksudku sensei, tak
perlu menjitak kepalaku!” kataku. Junya-sensei tersenyum kecil.
“Aku tidak menyangka gadis bodoh sepertimu suka
membaca.” Komentarnya sambil melihat buku-buku yang aku bawa. Aku mendengus
mendengar kalimatnya yang mengatakan bahwa aku bodoh.
“Aku cukup pintar untuk tidak menggubris
ocehanmu!” cetusku. Junya-sensei mencibir.
“Sombong sekali kau!” katanya sambil mejawil
hidungku.
“Hentikan!” kataku lalu pergi berbalik badan. Menyebalkan
sekali orang itu!
Dan dengan bodohnya aku terpeleset dan
terjatuh!
BRUKKK!!!
“Astaga! Celana dalammu!” ceplos Junya-sensei.
Aku melotot dan segera menutup bokongku. Ini memalukan! Saat terjatuh rokku
tersibak dan celana dalamku terlihat oleh Junya-sensei! Aku segera berdiri dan
menangis.
“Huaaaaaaa…!!!” rengekku. Tanpa aku duga,
Junya-sensei menarik lenganku dan menempelkan tubuhku ke dadanya kemudian
tangannya yang satu lagi membekap mulutku.
“Ssssttt! Dasar cengeng! Anggap saja aku tak
melihat apapun!” bisiknya sambil melirik ke kanan-kiri, memastikan tak ada yang
melihat ia yang sedang membekapku. Aku mengangguk. Akhirnya Junya-sensei melepas
bekapannya.
Aku manyun. Dan untuk yang kedua kali, perutku
berbunyi didepan Junya-sensei.
“Kau lapar? Berjanjilah jangan menangis lagi
jika aku mentraktirmu makan.” Katanya datar sambil berlalu menuju kasir. Aku
mengambil buku-bukuku yang berjatuhan dan mengekor dibelakang Junya-sensei.
Selesai membayar aku berjalan bersampingan
dengan Junya-sensei. Junya-sensei bergumam.
“Mmm bagaimana kalau kita makan steak?”
Aku mengangguk bersemangat. “Boleh!”
-o0o-
Kami makan bersama di sebuah Restauran yang
hanya menyajikan steak dipinggiran kota Kyoto. Aku makan dengan lahap, tak
menyangka ternyata steak cukup enak.
“Makanmu lahap sekali.” Komentar Junya-sensei.
Aku tersenyum sambil terus memasukkan steak ke mulutku. Sayang sekali kalau
ditraktir tapi tak makan banyak.
Aku sedikit salah tingkah ketika mendapati
Junya-sensei terus memandangiku.
“Kenapa? Ada yang aneh denganku?” tanyaku lalu
kembali memasukkan steak kemulutku. Junya-sensei tertawa kecil.
“Aku tak menyangka ternyata kau sangat lucu.”
Jawabnya, mau tak mau membuatku tersendak. Buru-buru Junya-sensei
mengambilkanku minum. Dengan cepat aku minum. “Kau baik-baik saja?” Tanya
Junya-sensei.
Aku mencoba membentuk garis senyum semanis
mungkin. “A-aku baik-baik saja. Aku ha-hanya kaget mendengar ucapanmu.”
Junya-sensei tersenyum sangat manis.
Deg! Kenapa ini? Mendadak jantungku berpacu
lebih kencang.
“Cepat habiskan makananmu, sudah jam 8 malam.”
Katanya kemudian.
Selesai makan, aku kembali diantar pulang oleh
Junya-sensei.
-o0o-
Bahasa Inggris sudah bukan menjadi pelajaran
menyebalkan lagi bagiku jika Junya-sensei yang menjadi gurunya. Aku tak
menyangka secepat ini aku menyukainya. Apa Junya-sensei juga merasakan hal yang
sama? Mustahil! Umur kami terpaut 5 tahun. Pasti Junya-sensei menyukai gadis
cantik yang punya pemikiran dewasa. Tidak sepertiku yang kekanak-kanakan.
“Hanami, kenapa kau melamun? Sudah saatnya kau
pulang.” Kata Junya-sensei datar. Aku tersadar dari lamunanku. Ternyata tinggal
aku yang ada dikelas.
Aku segera berdiri dan mengekor dibelakang
Junya-sensei. Tanpa pikir dua kali, aku Menahan tangan Junya-sensei.
“Sensei, apa kau menyukaiku?”
Junya-sensei langsung terdiam menatap
lurus-lurus ke arahku. Aku ini bodoh sekali! Kenapa aku berani-beraninya
berkata begitu! Aku langsung melepas tangan Junya-sensei dan menutup bibirku
dengan kedua tanganku.
Junya-sensei tersenyum manis. Tangannya
menyentuh kedua tanganku dan menyingkirkan tanganku dari bibirku. Dengan
perlahan wajahnya mendekati wajahku.
“Se-sensei, mau apa?” tanyaku gugup.
Junya-sensei tak menggubris pertanyaanku, ia mendekatkan bibirnya ke bibirku
dan…
“Kenapa berhenti?” tanyaku. Junya-sensei
tersenyum sekilas.
“Kau terlalu kecil untuk pria dewasa
sepertiku.” Jawabnya kemudian berlalu meninggalkanku sendiri.
Kenapa ini? Kenapa rasanya sakit sekali? Aku
tak menyangka ia akan berkata seperti itu. Aku tak menyangka aku akan menangis…
-o0o-
Naomi-chan, aku baru saja ditolak
Junya-sensei.
Lalu aku menekan tombol send. Tak lama
kemudian, Naomi-chan membalas pesanku.
Jangan menyerah, Hanami-chan! Semangat!
Aku yakin Junya-sensei hanya belum yakin pada hatinya sendiri. Aku yakin dia
menyukaimu.
Aku memiringkan kepalaku. Maksudnya?
Darimana kau tahu kalau dia juga
menyukaiku?
Aku memainkan ponselku sambil menunggu balasan
dari Naomi-chan. Tak lama kemudian, Naomi membalasnya.
Aku sering memperhatikannya. Ia selalu
melihat ke arahmu saat kau sedang melamun. Percayalah padaku! ;)
-o0o-
Sebulan sudah berlalu. Hari ini hari terakhir
Junya-sensei mengajar les bahasa Inggris. Dan sudah pasti aku akan merasa
kehilangan.
“Okay,
time is over. (Oke, waktu telah habis). Aku senang bisa magang disekolah
ini. Semoga ilmu yang kusampaikan bisa dicerna dengan baik oleh kalian.” Tutur
Junya-sensei.
Tiba-tiba Naomi-chan mengacung ingin mengajukan
pertanyaan.
“Sensei, apa kau tak bisa lebih lama mengajar
les disini?” tanya Naomi-chan. Junya-sensei tersenyum.
“Aku sangat ingin. Tapi, tugasku sudah cukup
sampai disini saja.” Jawabnya. Naomi-chan bertanya lagi.
“Kenapa sensei sangat ingin? Apa ada seseorang
yang sensei suka dikelas ini?”
Mendadak kelas menjadi gaduh. Mereka
berbisik-bisik apa sebenarnya maksud pertanyaan Naomi. Pasti mereka pikir,
Naomi-chan menyukai Junya-sensei. Padahal aku yang menyukainya.
Junya-sensei tersenyum menatap ke arahku. Deg!
Lagi-lagi jantungku berpacu lebih cepat!
“Hmmm.. Yes,
I think.” Jawab Junya-sensei. Pipiku bersemu merah. Ia mengatakan itu saat
ia menatap lurus ke arahku!
Dan kelas pun semakin gaduh.
“Hello,
please, jangan berisik. Sudah saatnya kalian membubarkan diri dan pulang kerumah
masing-masing.” Tutur Junya-sensei. Siswa-siswi berhamburan keluar.
Junya-sensei merapikan berkas-berkasnya, dengan berani aku membantunya.
“Sensei menyukaiku?” tanyaku sambil membantunya
memasukan berkas-berkas kedalam tasnya.
“Kau tak perlu melakukan itu.”
“Melakukan apa?”
Junya-sensei menarik nafas panjang. “Kau tak
perlu membantuku, aku bisa membereskannya sendiri.” Katanya kemudian berlalu
pergi.
Aku menatap punggungnya yang berlalu
meninggalkanku sendiri. Eh? Ada sesuatu yang terjatuh dari dalam tasnya. Aku
melangkah dan mengambilnya. Ini kunci apartment. Hmmmm…
Digantungan kuncinya yang berbentuk kotak
tertera alamat apartment Junya-sensei. Aku harus melakukan sesuatu untuk
membuktikan bahwa Junya-sensei juga menyukaiku! Ya, harus!
-o0o-
Hari itu aku nekat datang ke apartment
Junya-sensei. Aku berhasil membuka tempat tinggalnya. Tak ada siapa-siapa,
mungkin Junya-sensei sedang pergi.
Aku melihat sekeliling. Apartment ini cukup
rapi untuk seorang laki-laki. Aku duduk disofa dan menekan remote control untuk
sekedar menonton televisi. Aku mulai jenuh dan beralih kedapur. Disana ada
banyak bahan makanan yang belum diolah. Aku tersenyum, akan aku buatkan
Junya-sensei makan malam.
1 jam kemudian…
Ckrek, pintu terbuka dan
menyembullah kepala Junya-sensei. Ia terlonjak kaget ketika melihatku diruang
tamu sedang melambaikan tangan padanya.
“Kau? Kenapa kau ada disini!?” kata
Junya-sensei seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Tentu saja untuk menemuimu.” Jawabku polos.
“Bagaimana kau…,” belum selesai Junya-sensei
bicara, aku mengacungkan kunci apartmentnya.
“Kau meninggalkan ini.” Jelasku. Junya-sensei
menatap arloji ditangan kirinya.
“Sebaiknya kau cepat pulang. Sudah malam.”
“Aku sudah bilang pada Ibu, aku akan menginap
di apartmentmu.” Ujarku. Aku melihat tatapan kaget dimata Junya-sensei. “Tenang
saja, aku tidak berbohong. Ibuku sudah mempercayaimu, kau sering mengantarku
pulang.” Aku menambahkan.
Junya-sensei melempar tubuhnya ke sofa.
“Terserah!”
Aku tersenyum puas.
“Wangi apa ini?” Tanya Junya-sensei.
“Oh iya, aku memasak makan malam untukmu. Ayo
kita makan bersama.” Ajakku sambil duduk disampingnya.
“Aku tidak lapar.” Katanya datar. Mendadak
terdengar bunyi sesuatu. Kruyuuukkk…
Aku tertawa. “Perutmu barusan berbunyi.
Sudahlah, jangan berbohong, ayo kita makan, masakanku cukup enak, dijamin tidak
beracun.”
Junya-sensei tersenyum sekilas. “Baiklah. Kau
harus tanggung jawab jika aku mati mendadak setelah memakan masakan buatanmu.”
Akhirnya aku dan Junya-sensei makan malam
bersama. Aku tidak menyangka Junya-sensei akan makan selahap itu. Aku tersenyum
memandangnya yang sedang makan.
“Ternyata cukup enak.” Komentar Junya-sensei.
“Tentu saja. Teman-temanku bilang, aku ini
pandai memasak.” Kataku bersemangat.
Selesai makan malam, Junya-sensei pergi ke
kamar mandi untuk membasuh wajahnya dan menggosok gigi. Aku duduk di sofa.
Baiklah, kira-kira aku akan tidur dimana? Di sofa? Sepertinya begitu.
Mendadak ponselku berbunyi. Ah, Naomi-chan
mengirimiku pesan singkat.
Jangan lupa untuk katakan ‘would you like to kissing my lip?’
Aku mengernyitkan kening. Satu-satunya teman
yang tau aku menginap dirumah Junya-sensei adalah Naomi-chan. Aku mencoba
mengartikan maksud dari pesan singkat Naomi. Kiss itu cium, kalau Kissing itu
apa? Aku mengetik balasan.
Apa itu artinya?
Tak lama kemudian Naomi-chan membalasnya.
Artinya ‘Apakah kau mau kopi?’
Aku memiringkan kepala. Bingung. Benarkah itu
artinya? Tapi, untuk apa aku menawari Junya-sensei kopi?
Junya-sensei duduk disebelahku sambil mengusap
wajah dan rambutnya yang basah dengan handuk. Astaga, betapa kerennya dirimu
Junya-sensei!
“Sensei..,”
“Panggil saja aku Junya-kun. Aku sudah bukan
gurumu lagi sekarang.” Kata Junya-kun sambil tersenyum dan mengusap rambutnya.
“Rasanya malu sekali memanggilmu seperti itu.
Tapi, baiklah. Junya-kun.”
“Bagus.” Katanya sambil mengacak rambutku
pelan.
“Junya-kun, would you like to kissing my lip?” kataku akhirnya. Meski tidak yakin, tapi kata-kata itu
meluncur dengan lancar dari mulutku. Junya-kun terdiam.
“Kau ingin aku menciummu?” Tanya Junya-kun. Aku
kaget. Naomi-chan membohongiku!
“Ah, ti-tidak! Aku hanya asal bicara!” kataku
menegaskan. Junya-kun tertawa lepas.
“Sejujurnya kau ini bodoh sekali. Tapi, yang
lebih jujur, aku lebih bodoh lagi dari kau.” Ujarnya. Aku mengernyit tak
mengerti.
“Kenapa?”
“Aku tak menyangka, aku menyukai gadis bodoh
sepertimu. Dan aku pikir, aku lebih bodoh darimu karena aku menyukaimu.”
Ungkapnya. Aku melongo. Ternyata Junya-kun juga menyukaiku! Lagi-lagi jantungku
berdebar hebat.
“Junya-kun, apa aku bermimpi? Aku tak menyangka
kau akan mengatakan hal semacam itu dengan frontal.” Kataku dengan mimik muka
polos. Junya-kun tersenyum dan menjawil hidungku.
“Kau sedang tidak bermimpi.”
Aku mencibit pipiku sendiri. Sakit. Aku memang
tak bermimpi. Aku tersenyum. Aku merasa sangat bahagia.
“Teacher,
I love you!”
Junya-kun tersenyum manis lagi.
“I love
you too.”
-o0o-
TAMAT
Ini
adalah cerpenku yang paling gaje. Hahahaha~ Semoga yang baca nggak ikut gaje ;)
Name : Icha Zahra Octavianna
Birth :Tangerang, 07th of October 96
School : SMA KORPRI Karawang
Twitter : @KENzeira
Saturday
10th of November 2012