Minggu, 08 September 2013

[Kyuhyun] Series: Another Soul {Chapter 2}



ANOTHER SOUL
Cast:
-          Cho Kyuhyun (SJ)
-          Mihaeru Keehl (DN—you know who’s Mello or Mihael Keehl)
-          Etc
Genre: Mystery, Thriller and a bit Supernatural
Rate: For 16+ (Tidak dianjurkan untuk di bawah 16 tahun)
Disclaimer: The plot is MINE, well, please don’t copy and paste without my permission. Characters belong to themselves, their parents, and whatever
Warning: Probably rush, typo(s)—Uh, I’m sorry for that, and OOC. AU. I’ve warned you.
            (AN: Sesuai keinginan Piko Pikoh & Nam Tae Joo Hyun—sohib saya yang paling kece di sekolah—akhirnya, saya mempublish FF Another Soul chapter 2 lebih awal dari waktu yang sudah ditentukan. Nah, enjoy read my story with clasp a some cup of tea, milk, or coffee in your hand—because the words are 3.975 ^.^)
            [] Chapter 2 of 3 []

            \(^.^ Enjoy~! ^.^)/

            ***

            ‘Izinkan aku menghiburmu dengan mengajakmu berkunjung ke kebun binatang’ – Kyuhyun pada Mihaeru.

            ***

            Zona Anomali: 25 Desember 2009

            —Di Kebun Binatang
            Sepasang mata obsidian itu memandang dengan takjub pada seekor hewan dengan garis horizontal hitam putih. Zebra. Tangannya menepak-nepak bahu gadis di sampingnya, agar pandangan mereka terarah pada objek yang sama.

            “Lihatlah, Keehls! Zebra itu terlihat sepertiku!” celetuknya. Mihaeru memutar bola matanya bosan. “Kulitnya strippes yang serupa dengan pakaianku,” tambahnya.

            “Kau benar-benar kekanakan, Cho. Kau mengatakan ingin menghiburku, tapi setelah di sini, kau justru menghibur dirimu sendiri.”

            Kyuhyun menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal. Ia tertawa garing.

            “Kurasa hiburan kalian sudah waktunya berakhir.” Suara baritone terdengar di belakang mereka.

            Mata Mihaeru dan Kyuhyun sukses membola. ROGER! Dengan cepat, gadis itu menarik tangan Kyuhyun dan mengajaknya melarikan diri. Samar-samar terdengar suara teriakan beberapa orang yang memanggil nama mereka.

            “Sialan! Si kakek tua itu pasti membawa orang-orang panti asuhan untuk mencari kita!” gerutu Mihaeru sambil terus berlari, matanya mencari-cari tempat yang cocok untuk bersembunyi.

            “Aku lelah, Keehls!”

            Mihaeru tak peduli tatapan memohon Kyuhyun yang memintanya untuk beristirahat sejenak. Ia tetap menarik lengan laki-laki itu. “Buang PSP-mu, bodoh! Sudah kubilang jangan membawa apapun selain pakaian yang kaukenakan!”

            “Apa?!”

            Napas kedua remaja itu tampak tersengal-sengal. “Kemarikan PSP-mu, aku akan membuangnya. Aku yakin di dalamnya Roger sudah menyimpan alat pelacak.”

            Kyuhyun mengerti, akhirnya ia merogoh kantong celananya dan melempar PSP miliknya ke sembarang arah. Dua manusia itu kembali melarikan diri sampai mereka berhasil mendapat tempat persembunyian. Di sebuah gua buatan manusia dekat dengan kandang hewan berleher panjang. Jerapah.

            Mihaeru dan Kyuhyun terduduk, sama-sama mengatur napas mereka.

            Roger selalu punya cara agar bisa melacak keberadaan dua anak asuhnya yang nakal apabila sedang melarikan diri. Tahun lalu, kakek tua itu menyimpan alat pelacak dalam ponsel Kyuhyun, dan sekarang Mihaeru yakin Roger menyimpan alat pelacak pada PSP laki-laki itu. Karena hanya Kyuhyun-lah yang paling teledor menyimpan barang miliknya.

            “Kita selalu berakhir seperti ini…” sang laki-laki rambut ikal mengeluh seraya mengusap peluh. “Keehls, kau yakin dia tak menyimpan alat pelacak pada cokelatmu?”

            “Tidak mungkin, Cho.” Mihaeru menselonjorkan kedua kakinya. Iris aquamarine miliknya menjelajah ke arah luar di mana terdapat banyak orang yang menghabiskan hari natal dengan berlibur di kebun binatang. “Fiuh, untunglah banyak pengunjung di kebun binatang ini. Si kakek tua sialan itu pasti kesulitan menemukan kita.”

            “Yeah, kau benar. Aku harus keluar dari sini sebentar. Aku benar-benar haus.” Setelah mengatakan itu, Kyuhyun beranjak dari duduknya. Ia melangkahkan kedua kakinya yang terbungkus boots hitam, hendak mencari penjual minuman.

            Mihaeru menunggu. Setelah berlari-lari, ia cukup merasa kegerahan, padahal sebelumnya ia merasa kedinginan. Akhirnya ia melepas jaket tebal yang melilit di tubuhnya.

            Lama gadis itu menunggu, temannya belum kunjung kembali.

            Dan iris miliknya menemukan sesuatu yang menarik di ujung gua buatan tempatnya bersembunyi. Ia berdiri dan melangkahkan kakinya mendekat ke arah sana. Seketika, matanya membelalak. Di sana—di ujung gua yang lebih gelap dari tempat sebelumnya ia beristirahat, ada sebuah lubang besar yang terus memutar layaknya segitiga bermuda—tidak, tapi itu lebih terkesan seperti black hole.

            Dominasi warna hitam, biru, dan merah saling memutar menuju titik pusat di tengahnya. Tangan Mihaeru terangkat, hendak menyentuhnya. Ia tidak pernah tahu fakta bahwa sedikit saja ia menempelkan jarinya, maka seluruh tubuhnya akan ikut terbawa bersama. Menghilang ditelan kekelaman.

            *

            Kyuhyun tersentak. Tak ada Mihaeru di sana. Hanya ada jaket tebalnya yang tergeletak. Laki-laki itu memanggil-manggil nama Mihaeru. Ia mencoba mencari ke ujung gua. Dan ia menemukan gadis itu…

            Tak ubahnya jaket yang diberi Karl, Mihaeru pun tergeletak tak berdaya.

            Kyuhyun panik. Ia langsung menepuk-nepuk pelan pipi teman satu kamarnya dengan harapan kelopak mata itu bisa terbuka. Mihaeru bukan sosok gadis dengan kondisi fisik yang lemah, satu kali pun, Kyuhyun tak pernah melihat gadis itu sakit selama tinggal satu kamar dengannya. Dan pingsannya Mihaeru di gua buatan ini merupakan kejanggalan baginya.

            “Keehls, bangunlah, kumohon!”

            Secara perlahan, kelopak mata gadis itu terangkat, menampilkan manik biru aquamarine indah miliknya yang kini tampak redup. Kyuhyun bernapas lega.

            “Siapa kau?”

            Kali ini laki-laki berambut ikal itu mengernyit. “Ini aku, Cho Kyuhyun. Sebenarnya kau ini kenapa, Keehls?”

            Mihaeru terbangun dari posisinya, ia memegang kepalanya yang terasa berdenyut. “Uh, maafkan aku, Kyuhyun. Sepertinya aku merasa ada yang tidak beres dengan tubuhku. Kepalaku terasa pusing sekali.”

            Kyuhyun berkedip satu kali dan ia terperangah kaget. Semuanya lenyap. Tak ada gua buatan manusia. Dan yang paling megejutkan adalah… ia dan Mihaeru berada di Museum Gasttrax tepat di hadapan lukisan Dmitri Jeevas. Mustahil.

            Bulu-bulu di belakang leher laki-laki itu meremang. Ia seperti merasakan sebuah zona anomali yang kentara. Mata obsidian miliknya terarah pada lukisan Dmitri Jeevas. Tak ada yang berubah pada lukisan itu. Ia berkedip lagi, dan ia kembali terkejut.

            Kini ia hanya sendirian berada dalam gua di kebun binatang. Matanya mencari-cari di mana sosok yang seharusnya masih bersamanya, ia berteriak memanggil nama Mihaeru. Ia terus berteriak. Kyuhyun mengedipkan matanya lagi, kali ini ia tetap di sana.

            Cho Kyuhyun!”

            Suara itu… Mihaeru memanggil-manggil namanya. Suaranya berdengung di kedua telinga Kyuhyun. Tapi tak ada gadis itu di sekitarnya.

            Dan ia merasakan sebuah tamparan keras di pipi kanannya.

            Seketika itu Kyuhyun terbangun.

            “Kau kenapa, Kyuhyun?! Kau membuatku takut!” gadis itu mengomel dengan wajah yang terlihat begitu khawatir. Kyuhyun mengerjap-ngerjapkan matanya.

            “Aku kenapa, Keehls?” Laki-laki itu terbangun dari posisinya yang semula berbaring.

            “Aku menemukanmu tak sadarkan diri di sini, kupikir kau benar-benar pergi membeli minuman,” ujarnya.

            Kyuhyun memandang sekeliling. Ia masih berada di ujung gua buatan manusia. Kepalanya terasa berdenyut sakit. Ia memandang sosok di hadapannya. Gadis itu tampak baik-baik saja, warna matanya tidak redup seperti tadi, dan anehnya ia mengenakan jaket milik Karl. Padahal Kyuhyun yakin ia melihat jaket itu tergeletak.

            Laki-laki itu merasa ada sesuatu yang janggal. Ia merasakan keanehan. Sepertinya penyakit gila sebentar lagi akan bersarang pada kepalanya.

            *

            Roger menemukan dua anak asuhnya yang nakal. Mihaeru dan Kyuhyun saling berpandangan sebelum akhirnya memandang kakek tua di hadapan mereka. Gadis itu mengangkat bahu.

            “Sebaiknya kita kembali ke panti asuhan. Aku khawatir padamu,” ujar Mihaeru. Ini pertama kalinya Mihaeru tidak lari ketika ketahuan oleh Roger. Biasanya gadis itu selalu bersikeras tak mau kembali tanpa kehendaknya sendiri.

            “Baiklah, ayo kita pulang.”

            ***

            —Panti Asuhan Schrodinger’s House, Winchester, Inggris.

            Linda Brown: 27 Desember 2009

            “Kau tidak tahu apa yang terjadi pada Linda Brown?” sesosok gadis cantik di samping Kyuhyun bertanya. Halle Lidner namanya.

            “Aku tidak di sini selama dua hari, jadi aku tak tahu apa yang terjadi pada Linda. Memangnya kenapa dia?”

            Pandangan mata Halle menerawang, menembus langit yang ia jadikan objeknya. Ia menghela napas. “Linda terus berteriak seperti orang gila. Kurasa sesuatu yang buruk terjadi padanya. Sebaiknya kau menjenguk, kau tahu dia sangat menyukaimu. Mungkin dengan hadirnya kau di sampingnya, bisa membuat keadaannya membaik.”

            Kyuhyun terdiam beberapa saat. Hembusan angin dengan nakal memainkan rambut ikalnya. “Aku… entahlah. Aku akan meminta pendapat Mihaeru terlebih dahulu.”

            “Gadis menyebalkan itu? Oh, astaga, aku kasihan padamu. Bagaimana bisa Roger menempatkan hewan buas dan kau dalam satu kamar. Harusnya kau memprotes.” Halle mencerocos tak suka. Ia benar-benar tidak suka dengan Mihaeru Keehl. Baginya, Mihaeru hanya bakteri dalam panti asuhan ini.

            “Siapa hewan buas yang kau maksud, Linder?”

            Halle tersentak. Mihaeru dengan seringaian yang terpahat di bibirnya tepat berada di belakang mereka. Seketika itu keringat dingin bermunculan di pelipis Halle.

            Menyadari situasi, Kyuhyun segera merangkul teman satu kamarnya. “Hey, sudah kubilang jangan bertampang mengerikan seperti itu. Kau membuat orang lain takut, Keehls.”

            Gadis berambut pirang itu memutar bola matanya bosan. Dengan kasar, ia menyingkirkan lengan Kyuhyun yang melingar di lehernya. Ia memandang Halle Linder dengan penuh ancaman. Tak lama kemudian, ia berbalik dan meninggalkan dua anak manusia itu. Tanpa sadar, Halle bernapas lega.

            Ekor mata obsidian Kyuhyun melirik ke arah gadis cantik di sampingnya. “Seharusnya kau tak perlu mengatakan itu, Halle. Kau tidak tahu bagaimana Mihaeru yang sebenarnya. Aku justru akan sangat berterima-kasih karena Roger menempatkan Mihaeru satu kamar denganku.”

            Halle memandang tak percaya.

            Kyuhyun tersenyum santai seraya menepuk bahu gadis itu. “Sampai jumpa.”

            “E-eh?”

            Dan ia berlalu. Berbalik seraya berlari kecil mengejar Mihaeru. “KEEHLS, TUNGGU AKU!” teriaknya menggema di koridor panti asuhan.

            *

            Kyuhyun menubruk bahu Mihaeru.

            “Sudah kubilang tunggu aku. Kau ini tidak punya telinga, ya?”

            “Kau berani padaku?!”

            “Err… tidak.”

            Dua manusia itu berjalan menyusuri koridor. Entah kemana tujuan mereka. Kyuhyun hanya ingin mengikuti langkah gadis di depannya, ke mana pun.

            “Kudengar dari Halle, Linda sedang sakit.”

            “Sakit?”

            Kyuhyun mengangguk. “Ya, sakit. Dia sering berteriak seperti orang kesetanan. Bagaimana kalau kita menjenguknya?”

            “Aku tidak mengenalnya,” jawab Mihaeru lempeng.

            “Setidaknya temani aku, oke?”

            Tepat setelah mengatakan itu, Nate keluar dari pintu sebuah ruangan. Manik hitam kelamnya memandang dua manusia itu datar tanpa ekspresi. Ia melangkah meninggalkan dua temannya tanpa salam.

            “Kenapa si albino pendek itu?”

            Kyuhyun angkat bahu. “Entahlah.”

            Ekor mata Kyuhyun menangkap sesuatu di dalam ruangan itu. Pintu yang ditutup Nate tidak cukup kuat sehingga pintu tersebut kembali terbuka sedikit. Dan Kyuhyun yakin matanya menangkap sosok Linda Brown di sana. Dengan cepat, ia menarik lengan Mihaeru isyarat untuk mengikuti langkahnya.

            Ruangan yang dulunya dipakai sebagai kamar pribadi itu kini disulap layaknya rumah sakit. Bau obat-obatan menguar sangat kuat. Keduanya memandang Linda yang terbaring tak berdaya di atas ranjang putih. Di sekelilingnya terdapat berbagai macam lukisan yang Kyuhyun yakin dibuat oleh Linda sendiri.

            Di atas meja terdapat obat penenang. Gadis yang selalu dikepang itu pasti tertidur karena efek obat penenang.

            “Apa dia pingsan?”

            Kyuhyun menggeleng. “Tidak, kurasa dia tertidur karena obat itu,” jawabnya seraya menunjuk ke arah obat yang tergeletak di atas meja nakas di samping tempat tidur.

            “Kupikir akan menyenangkan kalau dia pingsan.”

            “Memangnya kenapa?”

            “Aku akan menyuruhmu mencium bibirnya. Bukankah Linda menyukaimu? Dia pasti langsung terbangun laksana tuan putri yang pingsan tertusuk jarum pintal dan terbangun setelah pangeran menciumnya.” Mihaeru menceletuk garing.

            “Ini bukan dongeng, Keehls.”

            “Aku juga tahu, bodoh. Aku hanya ingin bergurau sesekali, meski aku tahu aku tak pernah berhasil melakukannya.”

            Kyuhyun tersenyum mendengarnya. pandangannya kembali tertarah pada Linda, kali ini ia memandang jemari-jemarinya yang bergerak-gerak. Sepertinya sebentar lagi gadis itu akan sadar. Mihaeru ikut memperhatikan dengan seksama.

            Kelopak mata Linda terbuka secara perlahan. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya demi menyesuaikan diri dengan pencahayaan ruangan. Dua anak manusia itu menunggu reaksi Linda penasaran.

            Manik cokelat milik Linda tertuju pada Mihaeru. Dan seketika itu, sebuah jeritan keras terdengar dari mulutnya. Mihaeru terperangah kaget melihat gadis itu seperti ketakutan padanya. Yang lebih membuatnya terkejut adalah… Linda melemparinya dengan bantal.

            KELUAR KAU!!!”

            Tak perlu menunggu waktu lama, seluruh penghuni panti asuhan berbondong-bondong menghampiri ruangan di mana Linda berada. Pandangan penuh menyalahkan tertuju pada Mihaeru Keehl—juga Cho Kyuhyun. Roger datang dan segera menyuruh dua anak asuhnya keluar dari ruangan.

            Mihaeru melangkah mundur dengan pandangan syok. Ia berlari meninggalkan ruangan itu sendirian. Ia menutupi kedua telinganya dengan telapak tangan. Jeritan Linda terus berdengung di telinganya. Sedetik kemudian seringaian terlukis di bibirnya, ia menurunkan tangannya dari telinga dan melangkah dengan sorot mata tajam.

            ***

            3 Januari 2010

            Sudah satu minggu setelah tragedi teriakkan Linda yang menghebohkan panti asuhan. Pasalnya, hanya hari itu ia berteriak menyuruh Mihaeru keluar. Padahal dua hari sebelumnya ia hanya menjerit tidak jelas.

            Dan gadis berkepang dua itu koma.

            Semua orang berbisik-bisik. Sejak seminggu lalu, kondisi Linda semakin memburuk. Orang-orang mulai menuding Mihaeru melakukan hal yang buruk, padahal di sana juga ada Kyuhyun. Tapi Mihaeru tidak peduli, toh ia tak melakukan apapun pada gadis berkepang dua itu.

            “Roger bilang, Linda takkan bertahan lama.”

            Sang gadis berambut pirang sebahu melirik teman satu kamarnya.

            Kyuhyun menghela napas. “Padahal aku masih penasaran dengan teka-teki itu, aku merasa ini pasti ada hubungannya dengan teka-teki yang dibuatnya.”

            “Itu hanya asumsimu saja,” ujar Mihaeru santai.

            “Sebenarnya aku merasa ada yang aneh dengan lukisan Dmitri Jeevas.”

            “Ya, aku juga merasa aneh.”

            Laki-laki itu menoleh ke arah Mihaeru. “Jadi, kau juga mengalami hal yang serupa denganku di gua kebun binatang itu?”

            “Apa maksudmu? Tanpa perlu merasa aneh pun, lukisan Dmitri Jeevas memang aneh. Kumisnya yang menjuntai panjang itu benar-benar aneh.”

            Kyuhyun mengerang frustasi. “Bukan itu maksudku, Keehls.”

            “Aku tahu. Lagipula, apa yang aneh selain kumisnya? Keanehan lainnya dia hanya memakai kalung yang sama denganku, hanya itu.”

            “Maksudku, kau benar-benar tidak merasakan pernah berpindah tempat dalam satu kedipan mata? Aku mengalaminya, Keehls. Sesaat aku di gua itu, sesaat kemudian aku berada di Museum Gasttrax.” Kyuhyun mencerocos. Mihaeru mengernyitkan dahi.

            “Waktu itu kau pingsan. Aku yakin itu hanya ilusi bodohmu.”

            Kyuhyun ingin memprotes, namun perkataan Mihaeru ada benarnya. Sekalipun sebenarnya ia masih bingung kenapa tiba-tiba ia ditemukan pingsan di ujung gua buatan manusia itu. Padahal sebelumnya ia menemukan Mihaeru pingsan di sana. Kyuhyun bertekad untuk mencari tahu, bagaimanapun caranya ia harus tahu.

            Ia yang memulai teka-teki bodoh yang diajukan Linda, tak ada alasan untuk mundur kalau ia tak mau dicap sebagai pacundang oleh dirinya sendiri. Ia bukan pecundang karena ia akan mengungkapkan kebenaran di balik misteri berbagai macam kejanggalan yang terjadi akhir-akhir ini.

            ***

            Partner in Crime?: 15 Januari 2010

            Dmitri Jeevasseorang bangsawan yang merangkap sebagai mata-mata di Rusia. Keahliannya sebagai penembak jitu membuatnya dipindah-tugaskan dari pengamat menjadi mata-mata yang terjun langsung menuju tempat musuh. Sang penguasa yang dimata-matai olehnya menyadari ketidak-beresan Dmitri, akhirnya penguasa tersebut mencari tahu latar belakang penasihat palsunya itu.

            Ia memiliki seorang istri yang baru dinikahinya selama dua bulan. Joannette Jeevas namanya. Sebelum kepergiannya menuju Rusia, Dmitri memberikan kalung rosario paling berharga dalam hidupnya kepada sang istri. Namun karena keteledorannya, sang penguasa yang ia mata-matai mengetahui rahasianya sebagai mata-mata dan memerintahkan seseorang untuk menculik Joannette. Hingga saat ini, belum diketahui di mana sang istri penembak jitu yang sejarahnya cukup terkenal itu berada.

            Cho Kyuhyun terpekur memandang layar monitor komputernya. Ia cukup bodoh karena terlambat mencari tahu asal-usul Dmitri Jeevas. Seharusnya ia mencari tahu dari awal ia pulang ke panti asuhan. Namun, sekalipun ia sudah mengetahui sejarahnya, ia masih belum mengerti. Dalam kepalanya tak ada spekulasi yang masuk akal.

            Laki-laki berambut ikal itu memandang Mihaeru yang tengah berbaring di ranjang dengan buku tebal yang dibacanya. Tangan kiri gadis cantik itu memegang cokelat batangan. Sambil membaca buku, sesekali ia menggigit cokelat batangannya. Tidak ada yang aneh dengan aktivitasnya. Mihaeru sering melakukan itu.

            “Apa yang kaulihat dariku?” sekilas Mihaeru melirik Kyuhyun lewat ekor matanya, lalu kembali memfokuskan diri membaca buku—entah buku apa.

            “Err… melihatmu?” jawabnya menggantung.

            Hening.

            Kyuhyun tak memiliki topik menarik untuk dibahas. Mihaeru bukan tipe perempuan yang senang membicarakan hal-hal tidak penting. Sepertinya gadis itu sama sekali tak berminat membantunya memecahkan teka-teki. Apakah ia harus meminta bantuan Nate?

            tidak.

            Mihaeru sangat membenci Nate. Tak mungkin Kyuhyun meminta bantuan pada musuh bebuyutan sahabatnya sendiri, ‘kan? Lagipula sang pembuat teka-teki justru sedang diambang kematian. Linda Brown. Sebenarnya kenapa dengan gadis yang sudah satu minggu koma itu?

            Kyuhyun berpikir keras.

            Dan ia menemukan gambaran sesosok gadis yang paling akrab dengan Linda.

            ***

            “Halle!”

            Halle Lidner menoleh ke arah sumber suara yang memanggil namanya. Ia menemukan Cho Kyuhyun di sana. Laki-laki itu berlari kecil ke arah Halle.

            “Apa yang membuatmu mencariku?”

            Kyuhyun mengatur napasnya sejenak. Ia tersenyum seribu watt yang membuat gadis itu melongo. Dengan cepat, diraihnya tangan Halle. Ia membawa gadis tersebut berlari bersamanya. Mencari tempat yang paling aman untuk berbicara.

            Sementara itu, tanpa disadari oleh mereka, sepasang mata aquamarine tengah memandang dengan sorot tajam mematikan. Cokelat dalam genggamannya remuk seketika.

            *

            “Aku dan Linda pernah berkunjung ke sebuah museum, aku lupa nama museumnya. Hanya saja, di sana ia melihat sebuah lukisan seorang laki-laki gagah dengan kalung rosario yang mirip dengan milik Mihaeru. Kau tahu, meskipun ia hanya terdiam ketika Mihaeru menghancurkan lukisannya dengan menumpahkan cat ke sana, sebenarnya, jauh dalam lubuk hati Linda, ia sangat membenci Mihaeru.” Halle bertutur panjang.

            “Mihaeru pernah melakukan itu pada Linda?” Kyuhyun bertanya dengan nada tak percaya. Memang hal biasa apabila gadis blonde sebahu itu ‘bermain’ dengan anak-anak panti asuhan. Hanya saja… tak biasanya seorang Mihaeru mengganggu anak pendiam seperti Linda Brown.

            “Yeah. Kau tahu lukisan apa yang ia tumpahi cat?”

            Kyuhyun menggeleng pelan.

            “Kau.”

            “Aku?”

            Halle mengangguk mantap. “Ya, jangan bertampang kaget seperti itu. Kau juga tahu kalau Linda menyukaimu, jadi, tak heran apabila kau menjadi salah satu objek lukisannya.”

            Kyuhyun mengusap dagunya. “Apa alasan Mihaeru melakukan itu pada Linda? Dan… sebenarnya semua itu apa hubungannya dengan lukisan Dmitri Jeevas serta kalung rosarionya?”

            “Kau cerdas namun tidak cukup peka. Sederhana saja, Mihaeru Keehl si anak mafia menyebalkan itu me-nyu-ka-i-mu! Sedangkan hubungannya dengan lukisan pria gagah itu…” Halle terdiam sejenak sebelum akhirnya angkat bahu, isyarat kalau ia juga tidak tahu-menahu.

            “Ini cukup rumit. Kepalaku belum mampu menghasilkan prediksi tentang alasan di balik jeritan Linda, keanehan Mihaeru, juga… sebuah zona anomali yang sempat kualami beberapa hari yang lalu.”

            “Jujur saja, aku tak mengerti dengan kalimat yang kaukatakan barusan.”

            Kyuhyun tersenyum sekilas. “Kau tak perlu mengerti, ini urusanku. Terima kasih atas informasimu, itu cukup berguna untukku.” Setelah mengatakan itu, Kyuhyun berbalik meninggalkan Halle di belakang bangunan panti asuhan.

            Tujuh kali ia melangkah, sebuah kalimat menghentikannya.

            “Cho Kyuhyun, tak lama setelah melihat lukisan pria gagah itu, Linda jatuh pingsan.”

            ***

            Satu-satunya yang memungkinkan ia pinta tolong adalah… Nate River. Si Jenius itu pasti mampu memprediksi kemungkinan-kemungkinan dalam teka-teki yang belum Kyuhyun pecahkan. Tapi… apa tak apa?

            Baru saja Kyuhyun menekan handle pintu ruangan Nate, terdengar suara Mihaeru di sana. Laki-laki itu mengurungkan niat membuka pintu tersebut, namun ia tak beranjak. Ia memasang telinganya lebar-lebar demi mendengar percakapan dua orang laksana yin dan yang itu.

            “Aku tak mengerti maksudmu, Nate.” Suara Mihaeru terdengar begitu dingin.

            tunggu, Nate?

            “Kau sangat cerdas, Mihaeru-san, seharusnya kau mengerti maksudku. Kau tak perlu berpura-pura tidak tahu apa-apa, tak perlu bersikap tak acuh dengan gunjingan-gunjingan mereka. Itu sama sekali bukan kau.” Kalimat yang meluncur dari mulut the magic albino Nate benar-benar sarkasme.

            “Tapi aku tak secerdas dirimu.”

            Apa-apaan itu? Kyuhyun membatin.

            “Lalu… apa maksudmu memintaku untuk tidak membantu temanmu sendiri? Kalau kau tak mau membantunya, kau hanya perlu mengatakan tak bisa padanya. Tak perlu memintaku juga untuk mengatakan tak bisa, bukan?”

            Apakah yang dibicarakan Nate adalah aku?

            Hening. Mihaeru tak menjawab apapun. Sampai sebuah kalimat mengagetkan terdengar dari mulut Nate.

            “Keluarlah dari ambang pintu, Cho Kyuhyun. Tidak sopan menguping percakapan kami diam-diam.”

            SHIT!

            ***

            Kyuhyun membanting pintu kamarnya. Mata obsidian miliknya nyalang memandang ke arah koridor yang ditapakinya. Ia sedang kesal. Ia bertengkar dengan Mihaeru karena masalah ‘menguping’ di ruangan Nate. Entah apa yang membuat gadis blonde itu marah padanya, ia tak tahu. Padahal, ia sama sekali tidak tahu inti pembicaraan Nate dan Mihaeru.

            Napas Kyuhyun memburu, matanya sedikit memerah. Kalau saja anak-anak panti yang melihat dirinya tidak ada, sudah dapat dipastikan ia akan menangis meraung-raung seperti orang idiot. Untuk kali ini, ia membutuhkan tempat di mana tak ada seorang pun yang melihatnya.

            Dengan kasar, laki-laki berambut ikal itu mendudukkan dirinya di kursi belakang sebuah ruangan—tempat ia dan Halle mengobrol beberapa jam yang lalu.

            Cho Kyuhyun menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Ia sungguh merasa terluka. Ini bukan pertama kalinya ia bertengkar dengan Mihaeru, tapi ini adalah pertama kalinya gadis itu memaki dirinya sedemikian rupa. Yang paling menyakitkan dirinya adalah… Mihaeru Keehl mengungkit masalalunya.

            “Kau baru sadar betapa menyebalkannya si anak mafia sok pintar itu, ‘kan?”

            Kyuhyun tersentak. Ia mengangkat wajahnya dan mendapati Halle Lidner di sampingnya.

            “Bagaimana bisa kau ada di sini?” tanyanya mengabaikan perkataan Halle barusan.

            “Aku? Sebenarnya aku belum kembali sejak kau meninggalkanku beberapa jam yang lalu. Ini adalah tempat yang paling indah di panti asuhan ini, dan aku baru tahu semenjak kau mengajakku berbicara empat mata di sini.” Ia bertutur panjang lebar.

            “Bagaimana bisa aku tak melihatmu…” itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan lewat gumaman. Kyuhyun menghapus sudut matanya yang sedikit berair. Ia merasa sangsi.

            “Kau terlalu fokus pada kursi ini, sampai tak melihatku yang sedang memperhatikan serangga di rerumputan tak jauh dari kursi.” Setelah mengatakan itu, Halle tersenyum manis.

            “Ah, I see… Tapi, bagaimana bisa kau tahu aku ‘seperti ini’ karena Mihaeru?”

            “Kau bukan tipe laki-laki yang akan menangis karena di ejek anak panti asuhan, atau dimarahi habis-habisan oleh Roger. Yang paling membuatmu memiliki potensi untuk menangis adalah… Mihaeru.”

            “Kau mengenal baik aku rupanya…”

            Halle menggelengkan kepalanya cepat. “Tidak, aku adalah teman Linda Brown, jadi, merupakan suatu hal yang biasa apabila sedikit-banyak aku tahu tentangmu. Kau tahu? Seorang gadis pendiam yang jatuh cinta pun bisa menjadi cerewet jika membicarakan soal sosok yang disukainya. Telingaku sudah terbiasa mendengar hal tentangmu dari mulut Linda.”

            Kyuhyun menggaruk tengkuknya kikuk. Jujur saja, ia tidak tahu bagaimana harus bersikap di hadapan sosok yang merupakan teman dari orang yang menyukainya.

            “Aku menyesal atas apa yang terjadi pada Linda,” lirih Kyuhyun.

            “Kau tak perlu menyesal, kupikir kau tak memiliki kesalahan padanya.”

            Hening sesaat. Dua anak manusia itu menikmati sejenak udara yang berhembus dan memainkan anak rambut mereka. Sampai tak lama kemudian, Halle berdehem.

            “Uhm, sebenarnya, apakah kau memiliki perasaan yang sama dengan Linda? Dia sangat berharap padamu—meski aku tahu, itu percuma mengingat Linda yang masih saja terbaring koma.”

            Kyuhyun terdiam. Sepasang mata obsidian miliknya memandang langit sore yang cukup cerah. “Aku… entahlah. Ketika aku senang, bukan Linda orang pertama yang kupikirkan, ketika aku sedih, bukan Linda pula yang pertama aku pikirkan. Kurasa aku tak memiliki perasaan khusus padanya.”

            Halle tertawa hambar, entah apa maksud di balik tawanya. “Ya, tentu saja. Aku sudah tahu. Karena ketika kau senang ataupun sedih, orang pertama yang ada dalam pikiranmu adalah si anak mafia menyebalkan itu, Mihaeru Keehl.”

            “Eh?”

            “Cih, pada perasaanmu sendiri saja kau tidak peka. Bagaimana bisa kau jadi—maaf—laki-laki? Diam-diam kau menyukai teman satu kamarmu sendiri, dan gadis blonde menyebalkan itu juga sepertinya memiliki perasaan yang sama denganmu.”

            Kali ini Kyuhyun tertawa hambar. “Kau jangan terlalu sok tahu, Halle. Kami sudah bersama sejak kecil, sejak kami masih terlalu polos menghadapi hidup yang kejam. Aku menyukainya sebagai partner in crime, dia orang paling cocok yang membuatku tak merasa terkungkung lagi dengan masalalu. Kami membuat masalah di sana-sini dan kami menikmatinya sebagai dosa yang indah.”

            Halle terdiam. Ia merasa pernah mendengar kata-kata terakhir Kyuhyun. Ya, ia pernah mendengarnya dari mulut Mihaeru ketika gadis blonde itu mendapat ceramah dari Roger tentang perilakunya. ‘Aku membuat masalah di sana-sini dan aku menikmatinya sebagai dosa yang indah di dunia yang tak indah’, kalimat sederhana, namun tak sesederhana masalah yang ditimbulkan orang yang mengatakannya. Berulang-kali Roger dibuat kelimpungan karenanya.

            “Dari kalimatmu barusan, aku tahu itu merupakan konfirmasi atas perkataanku barusan. Kau memang menyukainya, akui saja. Dan untuk kalimat terakhirmu itu, tolong jangan membicarakan ‘dosa’ denganku yang bahkan tidak mengenal agama.” Halle berkata tajam.

            Kyuhyun tersentak beberapa saat. Ia melupakan fakta tentang Halle Lidner yang tak memiliki agama, ia seorang atheisme. “Uh—maaf.”

            “Lupakan. Jadi… apa yang Mihaeru lakukan padamu sampai kau seperti ini?”

            “Dia… mengungkit masalaluku. Setelah bertahun-tahun lamanya, untuk pertama kalinya, Mihaeru bertengkar denganku dan membawa-bawa masalalu. Dia memang orang yang membuatku terlepas dari kungkungan masalalu, tapi entah kenapa, kata-katanya membuatku kembali mengingat masa itu. Kau tahu? Rasanya sangat menyakitkan.”

            “Ah, ya, aku ingat. Sebelum Roger memasukkan ‘hewan buas’ itu ke dalam kamarmu, kau benar-benar sosok yang misterius. Lebih pendiam daripada Linda,” ujar Halle. Ia berpikir sebentar sebelum melanjutkan kalimatnya. “Dan harus aku akui, rasanya aneh kalau aku tidak berterima kasih pada Mihaeru. Dia mengubahmu menjadi—setidaknya—lebih baik, sekalipun aku tidak yakin mengenai masalah-masalah yang kau dan dia timbulkan dalam panti asuhan sebagai partner in crime.”

            Laki-laki itu tersadar. “Kau benar… tak seharusnya aku semarah itu pada Mihaeru atas kata-kata kejamnya.”

            “Memangnya apa yang dia katakan?”

            Kyuhyun tersenyum kemudian menggeleng pelan. “Bukan apa-apa.”

            ** To Be Continue **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar