Sabtu, 17 November 2012

Sebuah Cerpen : TEACHER, I LOVE YOU!


TEACHER, I LOVE YOU!

Sejak duduk disekolah dasar, aku benci pelajaran bahasa Inggris. Menurutku bahasa Inggris sangat rumit, tulisannyapun rumit, terlebih lagi ketika aku membacanya, selalu salah! Guruku – Yamamoto-sensei – tak pernah seharipun tak memarahi aku. Lihat saja sekarang, usianya sekitar 30 tahun tapi wajahnya sudah seperti 40 tahun. Terlalu sering marah membuat wajah seseorang terlihat lebih tua dari aslinya.
Naomi Nishioka – sahabatku – ia justru sangat ahli dalam pelajaran bahasa inggris. Ia ikut olimpiade menulis cerita dan membacakan dalam bahasa Inggris setahun lalu ketika kami duduk di sekolah menengah pertama. Dan yang menakjubkan adalah, dalam olimpiade itu ia mendapat peringkat pertama se-kota Kyoto.
Selain pintar berbahasa Inggris, Naomi-chan juga sangat cantik. Ia termasuk gadis populer disekolah saat ini. Bahkan Shinji – kakak kelas yang aku kagumi – menyukai Naomi-chan.
Bagaimana dengan aku?
Aku Hanami Ousawa, tinggi badan hanya sekitar 155cm, berat badan 45kg, dan aku tidak pintar dalam hal apapun kecuali memasak. Aku bukanlah gadis yang menonjol dikalangan laki-laki. Aku biasa saja. Dan mereka bilang aku sedikit…, bodoh!
Tak banyak yang special dariku.
-o0o-
Aku tergesa-gesa pergi ke sekolah. Hari ini, tepat 3 bulan aku masuk Sekolah Menengah Atas. Aku siswi tingkat pertama. Dan hari ini aku terlambat lagi!
Padahal jadwal kelasku kedapatan bagian siang, tapi entah kenapa aku selalu terlambat. Mungkin karena aku tak bisa tidur lewat dari jam 3 malam!
Aku berlari menyusuri koridor sekolah. Akhirnya aku sampai dipintu kelasku dan mendapati Yamamoto-sensei sudah ada didalam kelas. Dengan susah payah aku mencoba tersenyum dan dengan cepat aku membungkuk.
“Maaf! Aku terlambat lagi.” Kataku.
“Sudah, duduk sana.” Perintah Yamamoto-sensei. Aku menegakkan tubuh dan melangkah menuju tempatku. Tumben hari ini Yamamoto-sensei berbaik hati padaku, biasanya ia selalu menghukumku terlebih dahulu.
Ternyata tidak hanya Yamamoto-sensei yang ada didepan kelas, tapi juga ada pemuda sekitar 20tahun keatas disampingnya. Pantas saja ia tak marah, ternyata ada tamu! (mungkin)
“Mulai hari ini, kita kedatangan guru baru. Ia akan menjadi guru les kalian. Ia akan mengajar kalian selama sebulan penuh.” Tutur Yamamoto-sensei. Aku mendengarkan dengan seksama.
Pemuda itu membungkuk lalu menegakkan tubuhnya lagi kemudian tersenyum manis. “Hajimemashite. Junya Araki desu. (Salam kenal. Namaku Junya Araki). Aku akan menjadi guru les bahasa Inggris kalian selama satu bulan. Any questions for me? (Ada pertanyaan untukku?).” kata pemuda itu. Aku menebak-nebak, kira-kira apa arti dari kalimatnya yang terakhir? Kenapa harus menggunakan bahasa Inggris?
Rika Goto – teman sekelasku – mengacungkan tangan.
“Kenapa hanya satu bulan?” tanyanya. Junya-sensei tersenyum lagi.
“Disini aku hanya menjadi guru magang. Aku masih kuliah, dan salah satu tugas kuliahku adalah menjadi guru magang selama satu bulan.” Jawab Junya-sensei. Aku mengangguk-angguk mengerti. Baguslah kalau begitu! Aku benci bahasa Inggris!
Giliran Naomi-chan yang mengacung.
How old are you, sensei? (Berapa umurmu, guru?)” tanya Naomi-chan. Aku mendengus. Kenapa hanya aku yang tak mengerti bahasa Inggris?
I’am twenty one years old. (Aku 21 tahun).”
Aku memasang kuping. Berapa katanya? Tuitin? Apa? Lima puluh? Aishhh, aku bodoh sekali!
“Ada pertanyaan lagi?” tanya Junya-sensei. Semua siswa-siswi diam.  Junya-sensei tersenyum ramah. “Douzo Yoroshiku. (Senang berkenalan dengan kalian).” Katanya kemudian. Sekarang giliran Yamamoto-sensei mengambil alih.
“Baiklah, sepertinya perkenalan sudah cukup. Junya-sensei akan mulai mengajar sepulang sekolah nanti. Kalian jangan pulang, kalau ada yang pulang akan dihukum.” Cerocos Yamamoto-sensei. Aku memberenggut. Tak boleh bolos?
Dan pelajaranpun berlangsung sangat membosankan…
-o0o-
Bel sekolahpun berbunyi, itu berarti sudah waktunya untuk pulang. Sayang sekali, terkecuali kelasku yang harus les bahasa Inggris terlebih dahulu.
Tak lama kemudian Junya-sensei datang.  Aku merasa wajahnya tak sama dengan yang tadi pagi. Yang tadi pagi sangat manis, kenapa sekarang terlihat sangat galak?
Junya-sensei mengambil daftar absensi.
“Naomi Nishioka, perkenalkan dirimu didepan kelas dengan menggunakan bahasa Inggris!” kata Junya-sensei memerintah. Aku terpaku ditempatku. Bagaimana kalau aku yang kemudian maju kedepan? Tamat riwayatku!
Naomi-chan melangkah kedepan kelas lalu menghadap kesiswa-siswi sambil tersenyum manis.
Let me introduce my self. My name’s Nishioka Naomi, you can call me Naomi-chan. I was born in Toukyou, blablabla…”
Aku tak lagi mendengar kata-kata Naomi didepan. Aku kalut. Aku melirik ke kanan dan ke kiri, mereka semua terlihat tenang terkecuali aku! Bagaimana ini?
Junya-sensei melihatku tajam. Kemudian menunjuk ke arahku.
“Kau! Perkenalkan dirimu!”
Apa? Aku? Naomi kembali duduk, mungkin ia sudah selesai memperkenalkan diri. Aku menggigit bibir bawahku. Dari awal aku sudah merasa tak enak hati. 
Aku melangkah perlahan.
“Ju-junya-sensei, a-aku tidak bisa.” Kataku saat berhadapan dengannya. Suaraku benar-benar kacau! Aku benar-benar gugup.
“Kalau kau tidak bisa, seharusnya kau memperhatikan temanmu yang sudah bisa! Jangan melirik ke kanan-kiri!” sentaknya. Aku hanya diam. Sialan!
Akhirnya aku dihukum. Aku tidak boleh pulang setelah les selesai. Ini menyebalkan! Aku masih harus mengikuti les disini sampai aku bisa memperkenalkan diri! Junya-sensei menyebalkan! Bahasa Inggris menyebalkan!
-o0o-
Kelas telah benar-benar sepi, hanya aku dan Junya-sensei yang ada dikelas ini dan mungkin beberapa siswa yang sedang mengikuti kesenian menyanyi. Aku tak hentinya dimarahi ketika aku salah mengeja tulisan bahasa Inggrisku.
Dan tanpa sengaja perutku berbunyi minta diisi.
“Junya-sensei, aku lapar.” Kataku memberanikan diri. Junya-sensei melipat tangan didepan dada. Menatapku tajam dan tersenyum sinis. Aku menunduk.
“Kau boleh makan kalau kau sudah bisa.” Katanya. Aku memberengut. Demi Tuhan, aku sangat lapar. Kenapa ada guru sejahat ini? Aku menelan ludah dan kembali mengulangi perkenalanku.
Ma-my name Ousawa Hanami. Yu-you can call me Hanami. Iam…, Iam…, sixteen years old. I wa-was bor-born in Kyoutou. Iam…, Iam…,”
Junya-sensei menghembuskan nafas pelan. Mungkin ia lelah mengajariku yang bodoh ini.
“Berjanjilah padaku kau akan lancar setelah aku belikan makanan.” Katanya kemudian. Aku melongo. Aku mengangguk sekilas. Junya-sensei melangkah keluar untuk membelikan aku makanan. Didalam kelas aku terus berlatih sambil menunggu Junya-sensei datang kembali.
5 menit kemudian Junya-sensei kembali. Aku berdiri dan menghampirinya. Tapi saat Junya-sensei hendak menghampiriku mendadak Junya-sensei terpeleset dan akhirnya…
BRUKK!!!
Aku yang mencoba menahannya agar tidak terjatuh justru tertindih olehnya! Aku meringis kesakitan mendapati lengan kiriku terkilir. Junya-sensei segera bangun dan membantuku berdiri.
“Maaf!” katanya.
“Tanganku, sa-sakit sekali…” rintihku.
“Kau seharusnya tak perlu mencoba menahanku! Akhirnya kau sendiri yang terkena akibatnya! Lihat, sekarang makananmu berantakan!” cerocos Junya-sensei. Aku tak menyangka ia akan marah. Aku menunduk dan menangis.
“Ma-maafkan aku. A-aku merepotkan sensei.” Kataku disela tangisku. Junya-sensei terdiam.
“Sudah, jangan menangis. Aku antar kau pulang.”
Akhirnya aku diantar pulang oleh Junya-sensei sampai ke rumah. Ia juga meminta maaf pada Ibuku atas kecerobohannya yang tak sengaja membuat lenganku terkilir. Ibuku tersenyum dan berkata bahwa itu bukan salahnya, melainkan salahku yang memang sering berbuat ceroboh.
Kenapa Ibu tidak membelaku? Huhh!
-o0o-
Aku berbaring ditempat tidur setelah sepulang dari dokter untuk mengobati tanganku. Dokter bilang, tanganku tidak apa-apa. Hanya perlu diolesi salep yang diberikannya selama beberapa hari, maka tanganku akan sembuh.
Aku melirik jam dinding. Jam 9 p.m, masih lama menunggu waktu untuk bisa tertidur.
Mendadak ponselku berbunyi. Ah, ada satu pesan masuk dari Naomi-chan.
Ku dengar dari Ibumu, tanganmu terkilir? Kenapa?
Akupun membalasnya.
Tak apa. hanya kecelakaan kecil.
-o0o-
Esok harinya aku belajar seperti biasa. Les seperti biasa.
Ada yang aneh, hari ini Junya-sensei tidak marah-marah padaku. Baguslah!
Dan les pun berakhir. Aku diperbolehkan pulang bersama yang lain, tidak seperti kemarin. Mungkin karena hari ini aku cukup lancar berkat bantuan Naomi-chan.
Seminggu telah berlalu. Dan hari inipun menjadi hari seperti biasa lagi. Sekolah-les-sekolah-les.
Sepulang les…
“Naomi-chan, kau mau menemaniku ke toko buku tidak?” tanyaku.
“Sebenarnya aku sangat ingin menemanimu, tapi, aku sudah ada janji akan bertemu dengan Shinji-kun.” Jawab Naomi. Shinji-kun? Kakak kelas yang aku kagumi itu? Aku tersenyum sekilas.
“Baiklah. Bye.”
Aku menarik nafas panjang setelah kepergian Naomi. Sayang sekali, aku tidak pernah memberitahu Naomi bahwa aku menyukai Shinji-kun.
Akhirnya aku pergi ke toko buku sendiri. Aku melihat-lihat buku baru yang baru terbit. Dari dulu, aku sangat suka membaca. Dan satu-satunya pelajaran yang paling aku suka adalah Bahasa Jepang. Aku mengambil beberapa buku yang menurutku menarik dan tanpa sengaja aku menyenggol seseorang dibelakangku sehingga membuat bukunya berjatuhan. Aku mencoba untuk membantu mengambil buku-bukunya yang berjatuhan.
“Maaf!” kataku.
No problem.” Jawabnya. Aku terenyuh. Suara itu…, Junya-sensei!
“Kau!? Kenapa kau ada disini?” kataku terkejut. Junya-sensei malah menjitak kepalaku. Aku mengaduh.
“Kau!? Meskipun diluar sekolah seharusnya kau tetap memanggilku sensei! Kau ini tidak sopan sekali.” Cerocosnya.
“Maaf, maaf! Tapi kau – maksudku sensei, tak perlu menjitak kepalaku!” kataku. Junya-sensei tersenyum kecil.
“Aku tidak menyangka gadis bodoh sepertimu suka membaca.” Komentarnya sambil melihat buku-buku yang aku bawa. Aku mendengus mendengar kalimatnya yang mengatakan bahwa aku bodoh.
“Aku cukup pintar untuk tidak menggubris ocehanmu!” cetusku. Junya-sensei mencibir.
“Sombong sekali kau!” katanya sambil mejawil hidungku.
“Hentikan!” kataku lalu pergi berbalik badan. Menyebalkan sekali orang itu!
Dan dengan bodohnya aku terpeleset dan terjatuh!
BRUKKK!!!
“Astaga! Celana dalammu!” ceplos Junya-sensei. Aku melotot dan segera menutup bokongku. Ini memalukan! Saat terjatuh rokku tersibak dan celana dalamku terlihat oleh Junya-sensei! Aku segera berdiri dan menangis.
“Huaaaaaaa…!!!” rengekku. Tanpa aku duga, Junya-sensei menarik lenganku dan menempelkan tubuhku ke dadanya kemudian tangannya yang satu lagi membekap mulutku.
“Ssssttt! Dasar cengeng! Anggap saja aku tak melihat apapun!” bisiknya sambil melirik ke kanan-kiri, memastikan tak ada yang melihat ia yang sedang membekapku. Aku mengangguk. Akhirnya Junya-sensei melepas bekapannya.
Aku manyun. Dan untuk yang kedua kali, perutku berbunyi didepan Junya-sensei.
“Kau lapar? Berjanjilah jangan menangis lagi jika aku mentraktirmu makan.” Katanya datar sambil berlalu menuju kasir. Aku mengambil buku-bukuku yang berjatuhan dan mengekor dibelakang Junya-sensei.
Selesai membayar aku berjalan bersampingan dengan Junya-sensei. Junya-sensei bergumam.
“Mmm bagaimana kalau kita makan steak?”
Aku mengangguk bersemangat. “Boleh!”
-o0o-
Kami makan bersama di sebuah Restauran yang hanya menyajikan steak dipinggiran kota Kyoto. Aku makan dengan lahap, tak menyangka ternyata steak cukup enak.
“Makanmu lahap sekali.” Komentar Junya-sensei. Aku tersenyum sambil terus memasukkan steak ke mulutku. Sayang sekali kalau ditraktir tapi tak makan banyak.
Aku sedikit salah tingkah ketika mendapati Junya-sensei terus memandangiku.
“Kenapa? Ada yang aneh denganku?” tanyaku lalu kembali memasukkan steak kemulutku. Junya-sensei tertawa kecil.
“Aku tak menyangka ternyata kau sangat lucu.” Jawabnya, mau tak mau membuatku tersendak. Buru-buru Junya-sensei mengambilkanku minum. Dengan cepat aku minum. “Kau baik-baik saja?” Tanya Junya-sensei.
Aku mencoba membentuk garis senyum semanis mungkin. “A-aku baik-baik saja. Aku ha-hanya kaget mendengar ucapanmu.”
Junya-sensei tersenyum sangat manis.
Deg! Kenapa ini? Mendadak jantungku berpacu lebih kencang.
“Cepat habiskan makananmu, sudah jam 8 malam.” Katanya kemudian.
Selesai makan, aku kembali diantar pulang oleh Junya-sensei.
-o0o-
Bahasa Inggris sudah bukan menjadi pelajaran menyebalkan lagi bagiku jika Junya-sensei yang menjadi gurunya. Aku tak menyangka secepat ini aku menyukainya. Apa Junya-sensei juga merasakan hal yang sama? Mustahil! Umur kami terpaut 5 tahun. Pasti Junya-sensei menyukai gadis cantik yang punya pemikiran dewasa. Tidak sepertiku yang kekanak-kanakan.
“Hanami, kenapa kau melamun? Sudah saatnya kau pulang.” Kata Junya-sensei datar. Aku tersadar dari lamunanku. Ternyata tinggal aku yang ada dikelas.
Aku segera berdiri dan mengekor dibelakang Junya-sensei. Tanpa pikir dua kali, aku Menahan tangan Junya-sensei.
“Sensei, apa kau menyukaiku?”
Junya-sensei langsung terdiam menatap lurus-lurus ke arahku. Aku ini bodoh sekali! Kenapa aku berani-beraninya berkata begitu! Aku langsung melepas tangan Junya-sensei dan menutup bibirku dengan kedua tanganku.
Junya-sensei tersenyum manis. Tangannya menyentuh kedua tanganku dan menyingkirkan tanganku dari bibirku. Dengan perlahan wajahnya mendekati wajahku.
“Se-sensei, mau apa?” tanyaku gugup. Junya-sensei tak menggubris pertanyaanku, ia mendekatkan bibirnya ke bibirku dan…
“Kenapa berhenti?” tanyaku. Junya-sensei tersenyum sekilas.
“Kau terlalu kecil untuk pria dewasa sepertiku.” Jawabnya kemudian berlalu meninggalkanku sendiri.
Kenapa ini? Kenapa rasanya sakit sekali? Aku tak menyangka ia akan berkata seperti itu. Aku tak menyangka aku akan menangis…
-o0o-
Naomi-chan, aku baru saja ditolak Junya-sensei.
Lalu aku menekan tombol send. Tak lama kemudian, Naomi-chan membalas pesanku.
Jangan menyerah, Hanami-chan! Semangat! Aku yakin Junya-sensei hanya belum yakin pada hatinya sendiri. Aku yakin dia menyukaimu.
Aku memiringkan kepalaku. Maksudnya?
Darimana kau tahu kalau dia juga menyukaiku?
Aku memainkan ponselku sambil menunggu balasan dari Naomi-chan. Tak lama kemudian, Naomi membalasnya.
Aku sering memperhatikannya. Ia selalu melihat ke arahmu saat kau sedang melamun. Percayalah padaku! ;)
-o0o-
Sebulan sudah berlalu. Hari ini hari terakhir Junya-sensei mengajar les bahasa Inggris. Dan sudah pasti aku akan merasa kehilangan.
Okay, time is over. (Oke, waktu telah habis). Aku senang bisa magang disekolah ini. Semoga ilmu yang kusampaikan bisa dicerna dengan baik oleh kalian.” Tutur Junya-sensei.
Tiba-tiba Naomi-chan mengacung ingin mengajukan pertanyaan.
“Sensei, apa kau tak bisa lebih lama mengajar les disini?” tanya Naomi-chan. Junya-sensei tersenyum.
“Aku sangat ingin. Tapi, tugasku sudah cukup sampai disini saja.” Jawabnya. Naomi-chan bertanya lagi.
“Kenapa sensei sangat ingin? Apa ada seseorang yang sensei suka dikelas ini?”
Mendadak kelas menjadi gaduh. Mereka berbisik-bisik apa sebenarnya maksud pertanyaan Naomi. Pasti mereka pikir, Naomi-chan menyukai Junya-sensei. Padahal aku yang menyukainya.
Junya-sensei tersenyum menatap ke arahku. Deg! Lagi-lagi jantungku berpacu lebih cepat!
“Hmmm.. Yes, I think.” Jawab Junya-sensei. Pipiku bersemu merah. Ia mengatakan itu saat ia menatap lurus ke arahku!
Dan kelas pun semakin gaduh.
Hello, please, jangan berisik. Sudah saatnya kalian membubarkan diri dan pulang kerumah masing-masing.” Tutur Junya-sensei. Siswa-siswi berhamburan keluar. Junya-sensei merapikan berkas-berkasnya, dengan berani aku membantunya.
“Sensei menyukaiku?” tanyaku sambil membantunya memasukan berkas-berkas kedalam tasnya.
“Kau tak perlu melakukan itu.”
“Melakukan apa?”
Junya-sensei menarik nafas panjang. “Kau tak perlu membantuku, aku bisa membereskannya sendiri.” Katanya kemudian berlalu pergi.
Aku menatap punggungnya yang berlalu meninggalkanku sendiri. Eh? Ada sesuatu yang terjatuh dari dalam tasnya. Aku melangkah dan mengambilnya. Ini kunci apartment. Hmmmm…
Digantungan kuncinya yang berbentuk kotak tertera alamat apartment Junya-sensei. Aku harus melakukan sesuatu untuk membuktikan bahwa Junya-sensei juga menyukaiku! Ya, harus!
-o0o-
Hari itu aku nekat datang ke apartment Junya-sensei. Aku berhasil membuka tempat tinggalnya. Tak ada siapa-siapa, mungkin Junya-sensei sedang pergi.
Aku melihat sekeliling. Apartment ini cukup rapi untuk seorang laki-laki. Aku duduk disofa dan menekan remote control untuk sekedar menonton televisi. Aku mulai jenuh dan beralih kedapur. Disana ada banyak bahan makanan yang belum diolah. Aku tersenyum, akan aku buatkan Junya-sensei makan malam.
1 jam kemudian…
Ckrek, pintu terbuka dan menyembullah kepala Junya-sensei. Ia terlonjak kaget ketika melihatku diruang tamu sedang melambaikan tangan padanya.
“Kau? Kenapa kau ada disini!?” kata Junya-sensei seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Tentu saja untuk menemuimu.” Jawabku polos.
“Bagaimana kau…,” belum selesai Junya-sensei bicara, aku mengacungkan kunci apartmentnya.
“Kau meninggalkan ini.” Jelasku. Junya-sensei menatap arloji ditangan kirinya.
“Sebaiknya kau cepat pulang. Sudah malam.”
“Aku sudah bilang pada Ibu, aku akan menginap di apartmentmu.” Ujarku. Aku melihat tatapan kaget dimata Junya-sensei. “Tenang saja, aku tidak berbohong. Ibuku sudah mempercayaimu, kau sering mengantarku pulang.” Aku menambahkan.
Junya-sensei melempar tubuhnya ke sofa. “Terserah!”
Aku tersenyum puas.
“Wangi apa ini?” Tanya Junya-sensei.
“Oh iya, aku memasak makan malam untukmu. Ayo kita makan bersama.” Ajakku sambil duduk disampingnya.
“Aku tidak lapar.” Katanya datar. Mendadak terdengar bunyi sesuatu. Kruyuuukkk…
Aku tertawa. “Perutmu barusan berbunyi. Sudahlah, jangan berbohong, ayo kita makan, masakanku cukup enak, dijamin tidak beracun.”
Junya-sensei tersenyum sekilas. “Baiklah. Kau harus tanggung jawab jika aku mati mendadak setelah memakan masakan buatanmu.”
Akhirnya aku dan Junya-sensei makan malam bersama. Aku tidak menyangka Junya-sensei akan makan selahap itu. Aku tersenyum memandangnya yang sedang makan.
“Ternyata cukup enak.” Komentar Junya-sensei.
“Tentu saja. Teman-temanku bilang, aku ini pandai memasak.” Kataku bersemangat.
Selesai makan malam, Junya-sensei pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya dan menggosok gigi. Aku duduk di sofa. Baiklah, kira-kira aku akan tidur dimana? Di sofa? Sepertinya begitu.
Mendadak ponselku berbunyi. Ah, Naomi-chan mengirimiku pesan singkat.
Jangan lupa untuk katakan ‘would you like to kissing my lip?’
Aku mengernyitkan kening. Satu-satunya teman yang tau aku menginap dirumah Junya-sensei adalah Naomi-chan. Aku mencoba mengartikan maksud dari pesan singkat Naomi. Kiss itu cium, kalau Kissing itu apa? Aku mengetik balasan.
Apa itu artinya?
Tak lama kemudian Naomi-chan membalasnya.
Artinya ‘Apakah kau mau kopi?’
Aku memiringkan kepala. Bingung. Benarkah itu artinya? Tapi, untuk apa aku menawari Junya-sensei kopi?
Junya-sensei duduk disebelahku sambil mengusap wajah dan rambutnya yang basah dengan handuk. Astaga, betapa kerennya dirimu Junya-sensei!
“Sensei..,”
“Panggil saja aku Junya-kun. Aku sudah bukan gurumu lagi sekarang.” Kata Junya-kun sambil tersenyum dan mengusap rambutnya.
“Rasanya malu sekali memanggilmu seperti itu. Tapi, baiklah. Junya-kun.”
“Bagus.” Katanya sambil mengacak rambutku pelan.
“Junya-kun, would you like to kissing my lip?” kataku akhirnya. Meski tidak yakin, tapi kata-kata itu meluncur dengan lancar dari mulutku. Junya-kun terdiam.
“Kau ingin aku menciummu?” Tanya Junya-kun. Aku kaget. Naomi-chan membohongiku!
“Ah, ti-tidak! Aku hanya asal bicara!” kataku menegaskan. Junya-kun tertawa lepas.
“Sejujurnya kau ini bodoh sekali. Tapi, yang lebih jujur, aku lebih bodoh lagi dari kau.” Ujarnya. Aku mengernyit tak mengerti.
“Kenapa?”
“Aku tak menyangka, aku menyukai gadis bodoh sepertimu. Dan aku pikir, aku lebih bodoh darimu karena aku menyukaimu.” Ungkapnya. Aku melongo. Ternyata Junya-kun juga menyukaiku! Lagi-lagi jantungku berdebar hebat.
“Junya-kun, apa aku bermimpi? Aku tak menyangka kau akan mengatakan hal semacam itu dengan frontal.” Kataku dengan mimik muka polos. Junya-kun tersenyum dan menjawil hidungku.
“Kau sedang tidak bermimpi.”
Aku mencibit pipiku sendiri. Sakit. Aku memang tak bermimpi. Aku tersenyum. Aku merasa sangat bahagia.
Teacher, I love you!”
Junya-kun tersenyum manis lagi.
I love you too.”
-o0o-


TAMAT
Ini adalah cerpenku yang paling gaje. Hahahaha~ Semoga yang baca nggak ikut gaje ;)


Name : Icha Zahra Octavianna
Birth :Tangerang, 07th of October 96
School : SMA KORPRI Karawang
Twitter : @KENzeira

Saturday
10th of November 2012

Kamis, 08 November 2012

THE TASTE OF LOVE: Sebuah definisi tentang cinta




THE TASTE OF LOVE

Baru saja kutemukan sepasang mata penawar luka. Sepasang mata milik sesosok pria yang mampu menebar bunga-bunga. Aku terpaku dibuatnya. Bagaimana tidak? Dalam sekejap aku sanggup tak merasakan perihnya luka ketika kutatap kedua matanya.
Pipiku memanas mendapati dirinya tengah menatap dan tersenyum ke arahku. Meski malu, aku selalu mencoba memberi senyum termanis untuknya, selalu mencoba menggapai tangannya. Sejumput harapan telah hadir untuk kembali merasakan cinta. Dengan tangan terbuka, aku menyambutnya.
Patah hati, kecewa, terluka, itu asumsi biasa bagi mereka yang tak lelah jatuh cinta. Dan semoga aku termasuk didalamnya. Semoga tak ada luka yang membuatku putus asa untuk kembali merasakan cinta. Remaja seperti diriku tak seharusnya memupuk derita. Kandasnya yang lalu akan menjadi pelajaran untuk masadepanku. Akan kubuat hariku seindah pelangi setelah aku terbebas dari segala lukaku.
Semuanya akan jauh lebih baik jika pria dengan sepasang mata itu merasakan rasa yang sama. Meski berbeda, aku akan tetap menikmati indahnya jatuh cinta. Karena pada hakikatnya jatuh cinta adalah anugerah dari Tuhan yang paling indah.
Cinta akan membuat siapa saja bahagia bila ia menghargai dan memahaminya. Cinta juga bisa membuat siapa saja terluka bila ia dibuat kecewa. Cinta mengandung banyak rasa tergantung bagaimana kita menyikapinya.


Karawang,
Thursday, 8th of November 2012
– Icha Zahra Octavianna –
(@ichaoctavainna)