A GLOOMY SUMMER
[우울한 여름]
Cast:
-
Cho Kyu Hyun
-
Park Sung Hye
-
Kim Hyun Hae
Genre:
Romance & Comfort
Rate:
PG-15
Disclaimer:
The plot belongs to Machiko Sakurai. I really truly take no profit.
AN: Ini adalah
fanfik pertama saya yang mengikutsertakan Kim Hyun Hae di dalamnya. Ada
beberapa hal yang mungkin tidak disukai, dan sebagai writer yang baik hati,
tolong jangan nilai karakter dari luarnya. Silakan tunjuk karakter ‘licik’ yang
sebenarnya setelah membaca ff ini. Dan … ini full Romance! ^.^
Enjoy read my fanfic with coffee in your clasp because
the words are 3.000~!
***
Mereka bertengkar lagi.
Di koridor sekolah yang tampak ramai karena sedang
berlangsungnya jam istirahat sama sekali tak menyurutkan amarah Kim Hyun Hae.
Gadis cantik itu meluapkan emosinya pada sosok yang justru terkesan seolah
tengah mengabaikannya. Cho Kyu Hyun yang tak lain adalah kekasih Hyun Hae tak
menggubris kata-kata kasar yang diluncurkan gadis itu padanya. Ia tetap duduk
bersandar pada tiang sambil—berpura-pura—fokus membaca manga.
“Bagaimana bisa kita akan menghabiskan musim panas hanya
di rumah dan menonton televisi? Hampir semua teman-temanku akan berencana pergi
ke pantai bersama kekasih mereka! Kenapa kau selalu saja bersikeras tak mau
ikut?! Kau bosan padaku?!”
Kyu Hyun menghela napas. Ia menolak ajakan Hyun Hae untuk
pergi ke pantai karena, sungguh, ia merasa itu sama sekali tidak penting. Tidak
ada hubungannya dengan kebosanan yang tidak dirasakan Kyu Hyun terhadap
hubungan mereka. Hyun Hae terlalu sensitif.
“Aku tidak bosan padamu. Lagipula liburan musim panas
tahun lalu kita lalui dengan pergi ke pantai juga, kan? Apa salahnya kalau
liburan kali ini cukup bersantai di rumah?” akhirnya Kyu Hyun menjawab cercaan
kekasihnya.
Di balik jendela kelas, tampak seorang gadis berambut
hitam panjang sedang memperhatikan pertengkaran dua kekasih itu. Gadis beriris
oniks kelam tersebut tak mengalihkan wajahnya sama sekali, bahkan ketika salah
seorang temannya mengajak ia pergi ke kantin.
Seseorang tiba-tiba menepuk bahunya. Gadis itu terlonjak
kaget dan terpaksa mengalihkan perhatiannya.
“Park Sung Hye, apa kau tahu kenapa akhir-akhir ini
mereka lebih sering bertengkar?” tanya temannya. Gadis yang ternyata memiliki
nama Park Sung Hye itu mengangkat bahu, isyarat kalau ia pun tidak tahu.
“Entahlah. Kurasa Hyun Hae memang sedikit egois,”
jawabnya.
“Lagi pula Kyu Hyun sepertinya tipe kekasih yang tak
acuh. Lihat saja dia, menghadapi amarah Hyun Hae begitu santainya. Bahkan masih
sempat-sempatnya membaca manga.”
Sung Hye menoleh kembali ke luar jendela. Mereka masih
bertengkar.
“Kau benar. Kyu Hyun bukan tipe laki-laki yang memiliki
inisiatif.” Sung Hye bergumam. Kedua tangannya menggempal keras kala melihat
Hyun Hae merampas manga yang sedang
di baca Kyu Hyun. Gadis cantik yang banyak memiliki pengagum itu merobek manga Kyu Hyun …
Keterlaluan.
Dan setelah itu, Hyun Hae beranjak meninggalkan laki-laki
yang tengah terbengong-bengong itu. Hyun Hae mendobrak pintu kelas dengan
amarah yang masih berada di puncak.
“Menyebalkan sekali! Lihat saja nanti, Cho Kyu Hyun! Aku
akan pergi ke pantai dan bertemu dengan laki-laki yang jauh lebih baik darimu!”
ujar Hyun Hae sambil mendudukkan dirinya di kursi di depan Park Sung Hye.
Oniks kelam Sung Hye menoleh ke arah Hyun Hae, sedetik
kemudian ia kembali menolehkan pandangannya pada obyek di luar jendela sana.
Iris matanya tak menemukan siapapun selain siswa-siswi yang berlalu-lalang. Kyu
Hyun sudah pergi dari tempatnya.
“Kita akan ke pantai besok. Kau mau ikut? Tidak masalah
meskipun tidak memiliki kekasih untuk diajak bersama.” Teman Sung Hye yang tadi
menepuk pundaknya itu menawarkan. “Sepertinya Hyun Hae juga hanya seorang
diri.” ia menambahkan.
Sung Hye tersenyum, namun ia menggeleng. “Aku tidak ikut.
Banyak hal yang harus kukerjakan selama liburan musim panas berlangsung.”
“Sayang sekali. Tahun kemarin kau juga tidak ikut.”
Gadis berambut hitam panjang itu mengulum senyum lagi.
“Maaf. Tapi, aku sudah terbiasa menghabiskan liburan di rumah dan membantu Ibu menjajakan
barang dagangannya.”
“Tak perlu memaksa orang yang tidak mau ikut. Lagipula
Sung Hye pasti sangat sibuk. Aku benar, kan?” timpal Hyun Hae seraya menolehkan
wajahnya ke belakang, ke arah Sung Hye.
“Hyun Hae benar. Aku sangat sibuk,” jawabnya.
***
Park Sung Hye melangkahkan kakinya menuju ruang perpustakaan.
Ia melirik arloji di pergelangan tangannya sebentar, masih lima menit menuju
bel masuk.
Dan gadis itu pun memasuki perpustakaan. Hanya ada satu
orang di dalamnya.
“Cho Kyu Hyun.”
Laki-laki itu sedikit terlonjak. Obsidiannya menoleh ke
arah sumber suara.
“Hei, kau membuatku kaget, Sung Hye ssi,” jawab Kyu Hyun seraya membenarkan letak duduknya. Gadis itu
mendekat ke arahnya sambil terus melukis senyum di bibir tipisnya.
“Sudah kuduga, kau pasti ada di sini.” Sung Hye
mengabaikan protesan Kyu Hyun. Gadis tersebut mendudukkan dirinya di samping
Kyu Hyun. “Kau bertengkar lagi dengan Hyun Hae?”
Laki-laki itu menghela napas panjang.
“Kenapa menghela napas panjang?”
“Lama sekali rasanya menunggu liburan musim panas datang.
Kenapa juga harus menghabiskannya di tempat yang ramai seperti pantai? Aku
tidak mengerti jalan pikiran perempuan. Padahal tahun lalu sudah ke sana.” Kyu
Hyun mencerocos panjang. Walaupun ia terkesan santai saat bertengkar dengan
Hyun Hae, sebenarnya ia juga merasa sedikit kesal.
“Kau benar.” Sung Hye membenarkan. “Kudengar, mereka
berencana akan menyewa apartemen di pinggiran pantai selama satu minggu.”
Kyu Hyun angkat bahu. “Aku tidak tahu dan aku tidak mau
tahu. Lagipula apa enaknya seminggu bersama-sama orang yang tidak dikenal?
Pasti banyak sekali orang yang berdesakkan karena sama-sama ingin menikmati
liburan di pantai.”
Park Sung Hye mengangguk pelan. Gadis itu mengerti karena
ia pun tidak menyukai keramaian. Baginya, keramaian membuat kepala malangnya
berdenyut-denyut. Hening beberapa lama. Kyu Hyun menutup manga yang masih dibacanya, iris obsidiannya memandang Sung Hye.
“Akan berbeda jika menghabiskan satu minggu bersama orang
yang tenang sepertimu, Sung Hye ssi.
Aku takkan memprotes sama sekali.”
Sepasang oniks kelam itu membola. Penuturan Kyu Hyun
sungguh tidak ia duga.
Merasakan suasana canggung yang tiba-tiba menyusup, Kyu
Hyun berdehem sejenak lalu ia menyodorkan manga
miliknya pada Sung Hye.
“Kau mau baca? Ini jilid terbaru Death Note.”
“Eh?” gadis itu menerimanya. Sung Hye memandang sampul
manga Death Note volume 12 yang robek di bagian cover-nya. “Aku tidak terlalu mengikuti manga ini, sih. Tapi, sepertinya ini sangat bagus. Kenapa bagian
depannya robek?”
“Itu … dirobek Hyun Hae. Isinya masih bagus. Untung hanya
bagian cover yang rusak.” Kyu Hyun
menjawab. Sebenarnya Sung Hye sudah tahu, gadis itu hanya ingin bertanya agar
melunakkan suasana canggung yang dirasakannya. “Kasihan sekali dia, tidak tahu
betapa menyenangkannya membaca manga.”
Kyu Hyun menambahkan.
Sung Hye tersenyum. Dan tiba-tiba sepasang telinga mereka
mendengar bunyi bel masuk.
***
Cho Kyu Hyun masih bergelung dengan selimutnya. Liburan
musim panas sudah berlangsung dan laki-laki itu memilih untuk tetap
mempertahankan keinginannya untuk tidak ikut ke pantai.
Kamarnya begitu berantakan oleh bungkus mie cup. Begitulah kesehariannya jika ia
hanya berdiam diri di rumah.
Di saat-saat terberatnya karena tidur terlalu larut,
telinganya malah mendengar bunyi bel pintu dari depan. Kyu Hyun menggerung
kesal namun ia tetap bangkit untuk membuka pintu. Tak ia pedulikan keadaannya
yang belum membersihkan diri dengan rambut ikal yang berantakan.
Kyu Hyun membuka pintu. Ia terpaku.
“Aku ingin mengembalikan ini,” ujar seorang gadis seraya
mengacungkan sebuah manga di tangan
kanannya. “Dan … aku lupa mengatakannya kalau aku akan meminjam jilid lama. Kau
pasti punya, kan?”
Meski sedikit bingung, laki-laki itu mengangguk. “Oh,
begitu. Masuklah dulu.”
Sung Hye masih berdiri di ambang pintu ketika Kyu Hyun
sudah membalik badannya. Merasa tak ada yang mengikutinya, Kyu Hyun menoleh ke
arah belakang.
“Ada apa? Kukira kau ikut bersama yang lain pergi ke
pantai. Makanya, aku sedikit heran menemukanmu di sini sekarang,” ujar Kyu
Hyun. Sung Hye masih terdiam, Kyu Hyun tidak tahu apa yang terjadi dengan gadis
itu.
Dan tiba-tiba saja, Kyu Hyun merasakan sesuatu yang
lembut menempel di permukaan bibirnya. Terlalu tiba-tiba. Membuat laki-laki itu
terlambat menyadari kalau saat ini Sung Hye sedang menciumnya tepat di bibir.
“Dia bilang dia akan mencari laki-laki yang lebih baik
darimu di pantai. Dia memang selalu seenaknya. Dia jahat, kan?” Sung Hye
berbicara dengan wajah yang masih dekat. Kyu Hyun tercekat, ia tidak tahu
kenapa tiba-tiba tubuhnya tak bisa digerakan ketika Sung Hye lagi-lagi
menempelkan bibirnya.
Sebuah bunyi dering ponsel menyelamatkan Kyu Hyun dari
ketidaktahuannya harus bereaksi apa. Refleks, laki-laki itu mundur selangkah.
Mencoba untuk mengendalikan diri, susah payah ia berkata.
“U-uh, Sung Hye, ponselmu berbunyi barusan.”
Park Sung Hye membuang wajahnya ke kiri.
“Aku … aku sepertinya harus ke toilet sebentar,” ujar Kyu
Hyun lalu membalik badannya dan berlalu meninggalkan Sung Hye.
Gadis itu masih berdiri di ambang pintu. Dia tidak tahu
kenapa tubuhnya bereaksi seperti itu. Ia bukan gadis yang agresif, tapi melihat
Kyu Hyun di hadapannya seperti barusan membuat perasaan asing mendorong dirinya
untuk melakukan sesuatu seperti tadi. Sung Hye tak menyangka ia akan berani
mencium Kyu Hyun, kekasih teman sekelasnya sendiri.
Tersadar dari lamunannya, gadis itu pun meraih ponsel
dalam saku celananya. Ia menemukan nama Kim Hyun Hae di sana. Mengiriminya MMS.
Sebuah foto tiga orang gadis dan empat orang pria sedang
berada di pantai. Salah satu di antaranya adalah Hyun Hae. Gadis cantik itu
memasang senyum ke arah kamera dengan dua jari membentuk huruf V.
‘Banyak sekali
laki-laki yang menggodaku di sini. Lain kali kau juga harus merasakan betapa
menyenangkannya berlibur di pantai, Sung Hye ya. *wink*’ begitu bunyi
tulisan yang tertera di bawah foto yang dikirim Hyun Hae. Mendadak Sung Hye
sulit bernapas.
Apa yang ia lakukan? Apa yang barusan ia lakukan pada
kekasih temannya?!
Gadis berambut hitam panjang itu menggigit bibir
bawahnya. Ia tidak boleh cengeng. Sung Hye lalu melangkahkan kakinya ke dalam
rumah Kyu Hyun. Ia menunggu laki-laki itu di tepian ranjang kamar yang
berantakan.
Lima menit berlalu. Apa yang sedang dilakukan Kyu Hyun?
Sung Hye tahu, laki-laki itu pasti kaget karena tiba-tiba
ia menciumnya tanpa aba-aba. Wajar saja kalau Kyu Hyun mengurung lebih lama di
balik toilet, laki-laki itu pasti sedang berpikir keras perihal apa yang
terjadi dengan Sung Hye.
Gadis itu gelisah.
Akhirnya ia memutuskan untuk merapikan kamar Kyu Hyun.
Diambilnya bungkus-bungkus mie cup
yang berserakan, tak lupa pula ia mengambil beberapa helai kaos yang tergeletak
di atas lantai dan menggantungkannya di tempat yang seharusnya. Setelah itu,
Sung Hye membenarkan letak sprai yang tampak sangat berantakan.
Lama sekali … kenapa laki-laki itu belum kembali?
Park Sung Hye semakin gelisah. Ia memandang ke luar
jendela. Hujan tiba-tiba saja turun. Cukup deras.
Gadis itu kembali mendudukkan diri di tepi ranjang dengan
oniks yang masih memandang rintik-rintik air yang berjatuhan dari langit di
balik jendela.
“Hujannya deras. Sebaiknya kau berteduh dulu,” ujar Kyu
Hyun yang mendadak sudah memasuki kamar. Sung Hye menoleh dan mengangguk pelan.
“Ya.”
“Maaf membuatmu menunggu lama. Aku membuatkan jus jeruk
untukmu, aku tidak tahu kau suka jeruk atau tidak.”
Gadis itu tersenyum tipis. “Aku suka jeruk. Gomawo.”
Kyu Hyun menyimpan dua gelas berisi jus jeruk di atas
meja. “Baguslah kalau begitu. Seharusnya aku yang berterima kasih padamu.”
“Eh?”
Laki-laki itu tersenyum. “Kau sudah memperbaiki manga-ku dan …” iris obsidiannya
menjelajah ke penjuru kamar, lalu ia melanjutkan. “Dan bahkan kau merapikan
kamarku yang sangat berantakan.”
Sung Hye tersenyum. Ya, ia memperbaiki manga itu dengan cara menempelkan solasi
tepat di bagian cover yang robek.
Gadis itu lalu memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan Kyu Hyun, dimulai
dari cara laki-laki itu menyimpan dua minumannya.
“Kau ingin meminjam jilid lama, kan? Banyak orang yang
bilang kalau series manga ini mengesankan, makanya aku
memiliki semua jilidnya.”
Gadis itu tak menjawab apapun. Oniksnya masih setia
memandang Kyu Hyun.
“Ah, ya ampun, hujannya deras sekali. Sebaiknya kau baca
di sini sambil menunggu hujan reda,” ujar Kyu Hyun seraya menarik tirai
jendela, menutupnya. Laki-laki itu berjalan ke sebelah ranjangnya dan menekan
saklar lampu di sana. Meskipun waktu masih menunjukkan pukul sebelas pagi,
kamarnya tampak remang-remang akibat dari ia yang menutup tirai jendela.
“Tentu saja,” jawab Sung Hye.
Dua anak manusia itu tenggelam dalam keheningan. Kyu Hyun
tampak begitu serius membaca manga
yang ada dalam genggamannya, begitupun Sung Hye. Keduanya hanya terhalangi oleh
meja kecil di tengah-tengah mereka.
Sebenarnya Sung Hye tidak begitu serius membaca. Sesekali
matanya terarah pada sosok di hadapannya. Kyu Hyun begitu tenang. Laki-laki itu
semakin terlihat tampan ketika sedang serius membaca.
Sung Hye tidak tahu kenapa ia seperti ini. Ia menggeser
posisi duduknya. Ia merangkak mendekati Kyu Hyun yang berada di seberangnya.
Dan kini mereka duduk berdampingan. Laki-laki itu melirik sekilas, namun Kyu
Hyun mencoba untuk tidak acuh.
Tangan Sung Hye terjulur untuk menyimpan manga yang dibacanya di atas ranjang. Ia
semakin merapatkan posisinya dengan Kyu Hyun.
“Aku menyukai adegan ini. Aku ingin membaca ulang. Kita
bisa membacanya bersama-sama, kan, Kyu Hyun ah?”
Laki-laki itu terdiam beberapa detik sebelum menjawab
dengan gumaman tidak jelas.
Kyu Hyun tersentak kaget ketika Sung Hye menyandarkan
kepalanya di bahunya. Terlebih lagi tangan kanan gadis itu yang merayap
memegangi pahanya. Mendadak laki-laki itu lupa bernapas.
Mencoba untuk menghalau perasaan aneh dalam dirinya, ia
pun membalikkan halaman demi halaman. Membacanya dengan penuh konsentrasi meski
Kyu Hyun tahu ia akan gagal melakukannya. Konsentrasinya buyar.
“Eergh … Sung Hye ssi,
hujannya sudah reda.”
Park Sung Hye tersadar. Ia menjauh dari Kyu Hyun.
“Ah, ya, kau benar. Hujannya sudah reda.”
Pandangan laki-laki itu terarah pada Sung Hye. Tidak lama
karena setelah itu ia mengalihkan lagi pandangannya ke arah lain. “Kau mau
membeli makanan?”
Gadis itu mengerjap-ngerjap. “Apa?”
“Kudengar ada festival tak jauh dari sini. Kita bisa
membeli makanan di sana, itu pun jika kau bersedia.”
Sung Hye tak butuh berpikir untuk menjawabnya, bukan?
***
Gadis itu tak pernah tahu kalau tak jauh dari rumah Kyu Hyun
ada sebuah perayaan menyambut datangnya musim panas. Sung Hye terpukau oleh
berbagai macam pernak-pernik berwarna cerah yang dijajakan oleh para pedagang.
“Setiap musim panas di sini selalu dirayakan dengan
mempromosikan barang dagangan masing-masing. Selain itu, diadakan potongan
harga yang cukup menggiurkan,” ujar sesosok laki-laki di samping Sung Hye.
Gadis itu
mengangguk-ngangguk mengerti. Sepertinya setelah ini ia harus mengabarkan
berita ini pada ibunya yang notabene
adalah seorang pedagang.
“Kyu Hyun ah,
aku ingin membeli permen jeruk di sana,” kata Sung Hye seraya menunjukkan
tempat yang banyak dikerubungi orang. “Kau tunggulah di sini sebentar.”
Sung Hye hendak melangkah kalau saja tidak ada tangan
besar yang menahannya.
“Kenapa aku tidak boleh ikut?”
“Eh? Di sana sangat ramai oleh pembeli. Kau sangat tidak
menyukai tempat ramai, kan? Makanya, biar aku saja yang membelinya sendiri.”
“Aku ikut bersamamu. Peganglah tanganku.”
Gadis itu tidak menyangka Kyu Hyun akan menggenggam
tangannya seperti ini. Dadanya bergemuruh keras, bahkan Sung Hye sampai bisa
mendengar degup jantungnya sendiri.
Mereka berjalan beriringan setelah mendapatkan permen
jeruk yang diinginkan Sung Hye. Mereka tidak tahu harus berjalan-jalan ke mana.
Kyu Hyun bahkan tidak tahu kenapa ia merasa sayang kalau harus melepas
genggaman itu. Entah dorongan dari mana, laki-laki itu berani menyilangkan
jari-jemarinya dengan jari-jemari Sung Hye.
Dua anak manusia itu melangkah entah kemana. Menyusuri
setiap jajakan pedagang mungkin. Namun tiba-tiba sebuah dering telepon
terdengar dari arah saku Kyu Hyun.
Lama sekali ponsel itu berdering, tapi laki-laki itu tak
berinisiatif untuk mengangkat telepon yang tersambung padanya. Mendadak
kegelisahan kembali menyelimuti hati Park Sung Hye, terlebih ketika ia melihat
Kyu Hyun begitu tak acuh terhadap ponsel yang menjerit-jerit di balik saku celananya.
“Kenapa?”
Laki-laki itu menoleh. “Eh?”
“Kenapa kau tidak mengangkat teleponnya? Itu pasti dari
kekasihmu, kan?”
Kyu Hyun tak menjawab. Tiba-tiba Sung Hye melepas
genggamannya. Gadis itu meraih ponselnya dan menunjukkan foto yang beberapa
saat lalu dikirimkan Kim Hyun Hae.
“Hyun Hae mengirim fotonya bersama laki-laki yang
merayunya. Dia jahat sekali, kan? Kenapa kau masih menjalin hubungan dengan
perempuan seperti itu?”
Kyu Hyun tidak tahu harus menjawab apa. Iris obsidiannya
memandang Sung Hye dengan tatapan yang … dipenuhi rasa kasihan.
“Kenapa?” gadis itu bertanya sekali lagi. Namun ia justru
mendapatkan sebuah rengkuhan.
Kyu Hyun memeluk Sung Hye.
“Hyun Hae seperti itu … karena salahku.”
Gadis beriris oniks kelam itu tercekat.
“Aku selalu bersikap seolah aku tidak peduli padanya. Aku
sama sekali tidak menghargai usaha Hyun Hae yang selalu berusaha untuk
membuatku senang. Maafkan aku…”
Sebuah tetesan air mata terjatuh di kedua pipi putih itu.
Sung Hye merasa ia sulit bernapas. Bukan karena rengkuhan yang dilakukan Kyu
Hyun, tapi karena ia tahu, perasaannya sudah dihempaskan begitu keras bahkan
sebelum ia mengungkapkannya.
Hatinya terasa sakit.
“Seharusnya kau tidak seperti ini. Atau setidaknya,
seharusnya kau menyukaiku sebelum aku bersama Hyun Hae. Seharusnya kau
mengutarakan perasaanmu lebih awal,” tutur Kyu Hyun.
Sung Hye tak mampu menghentikan air matanya. Gadis itu
melepas rengkuhan Kyu Hyun. Ia menghapus air matanya dengan kasar.
Gadis itu memandang wajah sosok tinggi di hadapannya.
Lalu memasang senyuman lebar. “Apa yang sebenarnya sedang kaubicarakan?”
Kyu Hyun menatap sosok yang lebih pendek darinya itu
dengan iba. Lalu bergumam. “Park Sung Hye ssi…”
“Kau serius meminjamkan manga-mu padaku, kan? Aku akan mengembalikannya setelah liburan
musim panas selesai.”
Laki-laki itu tahu kalau Sung Hye sedang mengalihkan
pembicaraan. Detik berikutnya, ia melihat punggung Sung Hye yang menjauh. Gadis
itu berlari meinggalkannya di tengah-tengah keramaian festival.
Apa yang salah?
***
“Ada apa lagi?!”
Kim Hyun Hae tampak kesal ketika Kyu Hyun meneleponnya
tiba-tiba. Padahal ia akan bersenang-senang sebentar lagi bersama
teman-temannya.
“Bukankah kemarin kau meneleponku?” tanya seseorang di
seberang telepon.
Gadis itu memajukan bibir bawahnya, memasang wajah
cemberut meskipun ia tahu kekasihnya takkan mungkin bisa melihat wajahnya
sekarang.
“Ya. Dan kau malah mengabaikanku. Kau selingkuh, ya?!”
Asal tebak sebenarnya.
“Apa kau merasa senang di sana?” Kyu Hyun bertanya dengan
mengabaikan pertanyaan terakhir Hyun Hae.
“Tentu saja! Aku sampai merasa tidak mau pulang!”
“Bohong. Senyummu dalam foto tidak terlihat bahagia.”
Gadis itu mengerjap-ngerjap. “E-eh? Foto?”
“Besok pagi aku akan menjemputmu. Setelah pulang nanti,
kuajak kau ke mana saja. Tolong pikirkan baik-baik tempat mana saja yang ingin
kaukunjungi bersamaku, oke?”
Hening. Entah kenapa Hyun Hae merasa ada yang tidak
beres.
“Ada apa denganmu? Kau tampak aneh, Kyu Hyun ah. Pasti terjadi sesuatu. Jangan-jangan
kau memang berselingkuh?!”
Suara menghela napas terdengar. Hyun Hae tidak sabar
mendengar jawaban dari mulut kekasihnya. Ia menunggu respon dengan cemas.
“Tidak. Tidak bisa …”
Gadis cantik itu mengernyit tak mengerti. “Apa?”
“Aku tidak bisa tidak setia padamu.”
***
Tiga buah manga
berserakan di atas ranjang. Pemilik kamar itu sedang menyibukkan diri di balkon
kamarnya di lantai atas. Gadis itu sedang memperhatikan anak-anak Akademi yang
tengah berolahraga.
“Rentangkan lengan ke depan, lalu diayun. Lima, enam, tujuh,
delapan … selanjutnya arahkan ke kaki.” Intruksi dari guru pembimbing Akademi
terdengar sampai ke balkon kamarnya.
Park Sung Hye memandang dengan tatapan kosong.
Cairan kristal itu terjatuh di kedua pipinya. Gadis itu
menunduk dalam-dalam. Menyembunyikan wajah patah hatinya yang menyedihkan.
Apa yang sudah ia lakukan?
Bahunya bergetar. Isakan demi isakan terdengar.
Ia lalu menghela napas panjang.
Apa yang sebenarnya sudah ia lakukan?!
** END **
KENAPA. ceritanya nggak dibikin waktu versi Kyu-Hyun dan kekasihnya. momen-momen dimana Kyu-Hyun nggak perduli dan bisa bertengkar dengan kekasihnya. menurutku itu lebih gereget. walaupun emang alurnya sedikit maensream
BalasHapustapi ceritanya keren, kok. sudut pandang yang berbeda... like it