Ada seseorang yang aku tunggu. Ada seseorang yang
membuat hidupku kelabu. Ada seseorang yang membuatku mematung dengan kaki goyah
nyaris tak sanggup bertumpu.
Beribu tanya dariku untuk seseorang yang mampu
membalikan duniaku itu…
Akankah ia kembali menoleh padaku? Akankah ia
kembali memberi semangat hidupku? Akankah ia membangkitkan segala rasanya itu
untukku? Akankah ia kembali padaku?
Takkan ada jawaban selama aku masih menunggu. Meski
pahit, akan kucoba tepati janjiku. Menunggu, sampai orang yang kutunggu itu
kembali atau bahkan menyuruhku untuk pergi dan menyarankanku untuk berhenti
menunggunya lagi.
Hanya itu yang bisa kulakukan. Tak ada lagi selain
menunggu.
Sekeras apapun usahaku untuk membuat dia kembali,
sekeras itu pula usahanya untuk pergi. Benar, tak ada yang bisa kulakukan,
selain menunggu. Dan itu…, lebih dari sekedar kata menyakitkan.
Tapi, ada satu sosok yang membuatku berpikir
berulang kali untuk apa aku menunggu hal yang tak pasti, sosok itu yang mampu
membuatku tertawa disela tangisku. Satu-satunya sosok yang membuatku terpaku
menikmati senyum simpulnya.
Sejujurnya, selama beberapa minggu ini aku tak
menampik aku tak bisa berhenti memikirkan keadaan orang yang aku tunggu itu.
Dimalam-malam, tak hentinya aku menunggu pesan masuk darinya. Meski nihil yang
menjadi jawaban tiap malam-malam itu.
Dan bayangan sosok dengan senyum simpul itu hadir.
Memenuhi ruang mimpiku akhir-akhir ini. Aku tahu apa yang terjadi, dan aku tak
bisa menyangkalnya. Aku menyukainya ketika aku menunggu seseorang yang amat
kudamba.
“Untukmu,
Kau bisa lakukan apapun semaumu. Kau bisa patahkan
hatiku lagi jika itu maumu. Kau juga bisa se’enaknya menyuruhku untuk pergi
ataupun kembali. Kau bisa buatku kembali meratapi kepergianmu. Kau bisa katakan
‘titik’ setelah ‘koma’. Kau bisa mengambil seluruh bahagiaku untuk bahagiamu.
Apapun, kau bisa melakukannya padaku.
Dengan satu syarat,
Itupun jika aku masih menunggumu. Jika aku masih
sanggup mengkonsumsi semua rasa perih yang kau beri lewat kalimatmu. Jika aku
masih sanggup hidup diantara satu warna tanpa iringan warna lainnya.
Aku akan tersenyum jika kau kembali.
Aku juga akan tersenyum jika kau tak dapat kembali.
Aku tahu, Tuhan telah merencanakan sesuatu yang
besar untuk hidupku. Ia akan memberiku sosok yang baik jika aku baik. Begitu
juga sebaliknya.
Jika kau tak kembali, mungkin itulah cara Tuhan
memberitahu padaku bahwa kau bukan yang terbaik untukku. Mungkin juga, sosok
dengan senyum simpul itu adalah kado yang telah Tuhan persiapkan untukku nanti.
Aku boleh berharap, bukan?
Yeah, siapa yang tahu.
Dan panas telah berlalu. Dan hujan telah menjamah
tahun ini. Dan dengan bodohnya aku katakan,
I still waiting for you.
Aku masih menunggumu. Karena aku merasa aku masih
sanggup menahan pedih ini sampai malaikat menarik keluar rohku.
Setidaknya, Tuhan telah membisikkan sesuatu padaku
lewat rasaku padamu yang tak kunjung terkikis. Cinta ini murni untukmu. Untuk
orang yang kutunggu. Meski berjuta kali kau coba berlari dan pergi kebenua
lain, aku tak bisa berhenti menunggumu karena cinta ini masih untukmu, dan akan
terus untukmu jika memang Tuhan mengizinkannya. Sekalipun aku berharap Tuhan
mematikan rasaku ini terhadapmu, tapi entah kenapa rasa ini selalu untukmu.
Sekalipun sosok senyum simpul itu telah mengalihkan
padanganku darimu.
Tapi aku masih menunggumu.
Masih menunggumu.”
Posted by - @ichaoctavianna
5th of November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar